2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Bacaan Menunjukkan Bangsa? || Renungan Tentang “Catatan Pinggir” GM

dr. Ketut Suantarabydr. Ketut Suantara
January 3, 2021
inEsai

Buku Catatan Pinggir

Musim pandemi membuat waktu terasa panjang dan luang. Kita jadi bisa menikmati hobi yang selama waktu normal biasanya susah kita lakukan. Termasuk waktu membaca tulisan penulis kesayangan kita. Sekaligus membaca tulisan yang mengkritisi penulis kita.

Hari itu sebuah status/review singkat lewat di time line facebook saya. Review itu mengkritisi tulisan Goenawan Mohamad (GM) dalam esainya yang populer, Catatan Pinggir, yang untuk selanjutnya saya sebut Caping saja.

Review singkat yang kritis itu sebenarnya ditulis oleh seseorang yang tak begitu saya kenal, namun diteruskan dan disetujui juga oleh Made Supriatma, seorang penulis yang juga idola saya. Karena GM dan Made Supriatma sama-sama penulis idola saya, maka saya pun jadi ikut merenung-renung kembali terhadap Caping yang saya gemari, sekaligus merenungkan juga kritik terhadap Caping.

Goenawan Mohamad adalah sastrawan dan wartawan, yang menulis Caping di Tempo sejak sekitar 50 tahun lalu. Sementara Made Supriatma, adalah salah satu penulis opini politik terkemuka saat ini, putra terbaik Bali dalam hal pemikiran politik untuk saat ini. Beliau satu-satunya orang Bali yang menjadi lulusan Cornell, sama dengan George Aditjondro yang terkenal dengan bukunya Gurita Cikeas itu. Mereka berdua sama-sama didikan langsung Ben Anderson, Indonesianis yang pemikirannya tentang Indonesia banyak dijadikan rujukan oleh penulis lain di tingkat internasional.

Caping dan kritik terhadapnya membangun opini bahwa “Bacaan menunjukkan bangsa”.  Baru kali ini saya dengar ada opini seperti itu. Yang sering kita dengar adalah, bahasa menunjukkan bangsa. Saat kita diajarkan oleh orang tua kita untuk selalu berbahasa yang sopan kepada siapapun, karena dari bahasa kita, orang akan bisa menilai bagaimana kita dididik di sebuah keluarga, di lingkungan seperti apa kita bertumbuh.

Tetapi saat kualitas suatu bangsa, dinilai dari kegemaran bangsa tersebut pada suatu tulisan, dalam hal ini Caping karya GM, maka saat itulah kita mesti mengkritisi kembali, menanyakan diri kita, mengapa kita menyukai tulisan itu, dan apakah tulisan itu memang begitu besar pengaruhnya terhadap nilai-nilai kita, keseharian kita dan cara kita mendudukkan sebuah persoalan.

Saya tuliskan kutipan review singkat itu:

Caping dan Instatory

Mengapa esai2 Catatan pinggir (Caping) Gonawan Mohamad (GM) banyak disukai pembaca? Setelah mengenal Instagram, saya semakin sadar Caping GM ini persis dalam foto2 Instatory yang berganti setiap 15 detik…….

Digemarinya Caping GM tentu terhubung dengan pendidikan dasar kita yang bertujuan “tahu sedikit tentang banyak hal”. Sedikit Matematika, Sedikit Bahasa Inggris, sedikit olahraga, sedikit agama, sedikit Fisika. Pendidikan kita adalah pendidikan Instatory. Bukan “tahu banyak tentang sedikit hal” melainkan “tahu banyak, tapi per 15 detik saja”

Itu adalah review singkat yang mengusik keimanan saya. Karena saya mengoleksi hampir seluruh buku Caping GM, dan menganggap buku tersebut laksana sebuah kitab, yang menuntun saya dalam memandang sebuah masalah, persoalan bangsa maupun dunia. Setelah menenangkan perasaan , baru bisa saya melihat sedikit garis merah dari kritik itu, terutama kalau dikaitkan dengan sistem pendidikan di negara kita. Pendidikan yang menghendaki anak bangsanya tahu banyak hal, meski tak cukup dalam.

Generasi seperti apakah yang diharapkan dari sistem pendidikan seperti itu. Saya merasa mendapat pembenaran dari pernyataan ini. Saya yang dididik dalam sistem ini, tak salah kalau saya menggemari Caping. Seperti itulah jadinya kesimpulan yang bisa diambil oleh si empunya kritik. Pendidikan di negeri ini memang nyaris seperti yang dituliskan kritik tadi, begitu banyak mata pelajaran yang hendak dijejalkan ke kepala anak anak kita, seakan otak mereka adalah balon yang bisa berkembang untuk memuat semua yang diajarkan kepada mereka.

Ke depan sebaiknya kita bisa meniru negara lain yang sistem pendidikannya lebih baik dan terbukti menghasilkan generasi muda yang lebih berhasil. Anak anak cukup diberikan beberapa mata pelajaran wajib, dan sisanya pelajaran pilihan. Tapi perlu pengkajian yang mendalam saat memilih pelajaran mana yang termasuk pelajaran wajib itu. Saat ada wacana menghapus pelajaran sejarah kemarin, terlihat resistensi dari sebagian kalangan masyarakat yang tak menghendaki pelajaran tersebut dihilangkan.

Tapi seiring waktu saya melihat jumlah mata pelajaran di sekolah mulai dirampingkan. Mata pelajaran untuk anak anak saya yang masih SD terlihat tak terlalu banyak seperti zaman bapaknya dulu. Tapi ada yang sedikit mengusik saat saya membaca laporan hasil pendidikan semesteran mereka. Penilaian hasil ketuntasan pelajaran yang memisahkan antara kemampuan kognitif dan afektif anak terhadap pelajaran.

Penilaian kognitif pelajaran agama atau bahasa daerah misalnya, mungkin bisa melalui tes tertulis. Tetapi untuk menilai kemampuan afektif mereka, saya kira perlu usaha  yang cukup berat dari para guru untuk melakukannya. Syarat yang paling mutlak adalah kapasitas ruang kelas yang tak terlalu besar, maksimal dalam satu kelas diisi oleh 20 -25 orang, sehingga sang guru bisa lebih optimal untuk melakukan penilaian afektif dari anak didiknya. Tapi bagaimanapun juga kita mesti mengapresiasi sekecil apapun usaha ke arah kemajuan yang diambil pemangku kebijakan di bidang pendidikan nasional kita.

Mengaitkan kegemaran orang akan sebuah tulisan, hanya berdasarkan jenis pendidikan yang diterima, bagi saya juga terlalu menyederhanakan persoalan. Saya merasa kesukaan kita tentang banyak hal secara sepintas barangkali juga berhubungan dengan kecenderungan sosial kita. Orang akan lebih menghargai mereka yang punya banyak teman, dan untuk bisa mempunya banyak teman kita mesti menguasai banyak bahan pembicaraan meski secara sepintas. Di negeri ini pilihan untuk memilih sikap individualistis dianggap sebagai salah satu dosa tak termaafkan.

Kembali ke kritik terhadap tulisan GM tadi, saya merasa memang banyak orang berharap terlalu besar pada tulisan yang dibaca. Barangkali ada harapan besar bahwa setelah membaca sebuah tulisan, seseorang akan tercerahkan, bisa mengambil peran dalam masyarakat secara nyata. Saya sendiri memandang Caping sebagai karya sastra atau seni yang menyentuh jiwa, untuk itu tulisan itu saya beri nilai dengan sederhana. Seperti saat Sapardi ditanya tentang apa kelebihan puisi Chairil Anwar dibanding karya penyair lain seangkatannya. Jawabnya singkat : “Chairil mengenalkan kata-kata baru yang memperkaya khazanah bahasa nasional kita“.

Saya pribadi sangat menikmati tulisan Caping yang ditulis dengan gaya bercerita. Karena saya percaya sebuah cerita yang bagus ibarat pencuri ulung, yang menyelinap jauh ke dasar ingatan kita, mendekam di sana dalam waktu yang lama, dan setiap saat bisa kita panggil keluar saat dibutuhkan (AS.Laksana).

Cerita tentang Anne Frank yang tertangkap agen Nazi di rumahnya di Amsterdam, misalnya, atau kisah perbudakan yang memilukan di awal abad ke 19 di Bali Utara, dan juga riwayat pangeran aneh dari Mataram yang meninggalkan kemewahan kerajaan untuk menjadi rakyat biasa, dan dipergoki sedang menggali sumur di daerah Kroya. Kisah seperti itu sangat menyentuh hati saya, dan rasanya akan terus bersembunyi dengan manis di pojok ingatan saya, layaknya pencuri kelas wahid.

Kritik yang diajukan terhadap penulis kesukaan, apalagi yang diamini juga oleh penulis kesukaan saya, tentu tak seketika membuat si pengkritik tiba-tiba tak saya sukai lagi. Saya justru berterima kasih, karena ia memberikan sudut pandang lain yang tak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Tetapi, di sisi lain, saya berharap kritik itu juga bersifat memperbaiki, atau melengkapi, tak melulu menunjukkan kekurangan sebuah karya yang kita tahu pasti dibuat sepenuh hati oleh penciptanya.

Namun bagaimana pun, saya sendiri merasa pas sekali penggambaran tentang penyuka Caping yang tahu banyak tapi sedikit-sedikit. Penggambaran itu sungguh pas juga dialamatkan ke  diri saya sendiri. Namun, sebagai tamatan S1 saya merasa cukup puas dengan hidup saya saat ini, sebagai kelas menengah di masyarakat dengan peran yang saya anggap sesuai dengan kapasitas saya.  Tetapi saya punya banyak teman yang juga penyuka Caping GM berhasil di profesinya, juga bisa aktif di berbagai kegiatan lain, semacam kegiatan sosial, dan sekaligus menjadi pimpinan sebuah institusi yang cukup besar.

Untuk situasi ini saya teringat sebuah pesan dari seorang ilmuwan Amerika yang saya lupa namanya. “Nak, untuk bisa menjadi seseorang yang sukses dalam kehidupanmu, kuasailah satu bidang secara mendalam, lalu ketahuilah banyak bidang lain secukupnya, niscaya kehidupanmu akan paripurna”.

Jadi kita bisa tetap membaca Caping dengan gembira, tanpa mengurangi keseriusan kita di bidang yang kita tekuni. [T]

Previous Post

Dewa Komang Yudi || Mengubah Lilin Menjadi Obor

Next Post

Pikiran, Kunci Sehat di Tahun 2021

dr. Ketut Suantara

dr. Ketut Suantara

Dokter. Lahir di Tista, Busungbiu, Buleleng. Kini bertugas di Puskesmas Busungbiu 2 dan buka praktek di Desa Dapdaputih, Busungbiu

Next Post
Hal-hal Lucu Saat Wabah Covid-19

Pikiran, Kunci Sehat di Tahun 2021

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co