10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mengapa Tamba-Ipat (Bisa) Menang Pada Pilkada Jembrana? || Winasa Effect? Ah…

Eka PrasetyabyEka Prasetya
December 15, 2020
inOpini
Mengapa Tamba-Ipat (Bisa) Menang Pada Pilkada Jembrana? || Winasa Effect? Ah…

Ilustrasi diolah dari sumber Google dan tatkala.co

PASANGAN Calon Bupati dan Wakil Bupati Jembrana, I Nengah Tamba dan I Gede Ngurah Patriana Krisna, secara mengejutkan memenangkan Pemilihan Bupati (Pilbup) Jembrana 2020. Berdasar data sementara di KPU,  Tamba-Ipat memperoleh 78.017 suara atau 52 persen, sementara Kembang-Sugiasa mendapat 72.001 suara atau 48 persen. Data itu dihitung dari  521 TPS dari 640 TPS yang ada di Jembrana. Meski hitungan itu belum 100 persen, namun kemenangan Tamba-Ipat tampaknya tinggal disahkan saja.

Kemenangan itu memang mengejutkan, karena berdasarkan hitung-hitungan di atas kertas, semestinya pasangan Made Kembang Hartawan dan I Ketut Sugiasa yang memenangkan kontestasi.

Mari kita bicarakan pasangan Made Kembang Hartawan dan I Ketut Sugiasa terlebih dulu. Pasangan yang kerap disebut sebagai Paket Bangsa ini, merupakan politisi moncer.

Made Kembang Hartawan merupakan politisi asal Desa Pangyangan. Ia sempat menjabat sebagai Ketua DPRD Jembrana selama dua periode. Yakni pada periode 2004-2009 dan periode 2009-2014. Pada 2010, ia maju sebagai calon Wakil Bupati Jembrana, mendampingi I Putu Artha. Kembang kemudian menduduki kursi Wakil Bupati Jembrana sejak 2010 hingga 2020.

Sementara pendampingnya adalah I Ketut Sugiasa. Sugiasa merupakan politisi yang benar-benar berangkat dari nol. Ketokohan Sugiasa sangat dikenal. Pada periode 2009-2014 ia akhirnya berhasil masuk ke gedung dewan di Jalan Surapati, Jembrana.

Selanjutnya pada 2010, ia menggantikan posisi Kembang Hartawan sebagai Ketua DPRD Jembrana. Sugiasa terus mempertahankan posisi tersebut hingga tahun 2019. Pada Pemilu 2019 ia maju ke DPRD Bali dan berhasil merebut satu kursi di sana.

Selain itu paket ini juga didukung oleh partai yang dominan di parlemen. Paket Bangsa diusung oleh PDI Perjuangan dan Partai Hanura. PDI Perjuangan menguasai 18 kursi, sementara Partai Hanura menguasai 1 kursi di DPRD Jembrana. Belasan kursi itu setara 62.123 suara yang diperoleh pada Pemilu 2019 lalu.

Berbeda dengan pasangan I Nengah Tamba dan I Gede Ngurah Patriana Krisna. I Nengah Tamba merupakan politisi yang baru saja keok pada Pemilu 2019 lalu. Ia gagal mempertahankan kursinya di DPRD Bali. Sementara Patriana Krisna hanya tokoh independen. Patriana lebih banyak beraktivitas di Kota Kediri, sehingga secara popularitas kurang begitu dikenal. Jabatannya pun hanya setingkat kepala seksi (kasi). Ditambah lagi Patriana Krisna sempat kalah pada kontestasi Pilkada Jembrana pada tahun 2010 lalu.

Dari hitung-hitungan politik, pasangan yang kerap disebut Paket Tepat ini memang didukung oleh banyak partai. Tercatat ada 5 partai parlemen yang mengusung paket ini. Masing-masing Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Namun partai-partai ini bukan partai dominan di parlemen. Mereka hanya menguasai 16 kursi. Meski mengumpulkan 16 kursi, mereka hanya mengumpulkan 33.082 suara pada Pemilu 2019 lalu.

Saya sendiri termasuk orang yang optimistis paket Bangsa akan melenggang sebagai pemenang kontestasi dengan relative mudah. Hitung-hitungan di atas kertas, Paket Bangsa sudah demikian dominan.

Mereka merupakan pasangan petahana yang bisa memanfaatkan dana hibah, bansos, maupun program-program pemerintahan untuk mempromosikan agenda politik yang akan mereka songsong. Pasangan ini juga memiliki kuasa menyisipkan agenda politik maupun pesan politik terselubung pada aparatur sipil serta aparatur pemerintahan di Kabupaten Jembrana.

Pun saat sesi debat pasangan calon, saya melihat paket Bangsa begitu dominan. Mereka sangat menguasai persoalan yang ditanyakan. Pasangan ini juga memiliki mesin partai yang sangat solid serta relawan yang loyal. Banyak rekan-rekan saya yang secara sukarela bergabung menjadi relawan. Tentu sangat mengejutkan bila kemudian paket ini dikabarkan kalah pada ajang kontestasi Pilbup Jembrana.

Winasa Effect

Diakui atau tidak, ketokohan Winasa sangat memengaruhi proses kontestasi di Jembrana. Meski Winasa mendekam di Rutan Negara, tapi foto-fotonya selalu muncul pada alat peraga kampanye pasangan Tepat. Sosok Winasa juga melekat dengan Patriana Krisna. Karena Winasa dan Patriana adalah ayah-anak.

Dulu saat Winasa berkuasa, masyarakat Jembrana begitu dimanjakan dengan berbagai layanan publik. Administrasi kependudukan gratis, SPP gratis, pengobatan gratis, sampai pemberian beasiswa bagi mahasiswa yang ber-KTP Jembrana.

Belakangan proses layanan kesehatan di Jembrana dirasa tak semudah dulu, ketika Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ) diterapkan oleh Winasa. Tidak pula semudah saat masih ada Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM).

Dulu masyarakat miskin cukup bawa kartu, datang ke dokter atau puskesmas terdekat, sudah dapat pelayanan. Ke rumah sakit pun tak masalah. Karena tetap gratis. Hal serupa juga terjadi pada era JKBM.

Sejak dua tahun terakhir, prosedur pelayanan kesehatan dirasa terlalu birokratis. Masyarakat harus berobat pada fasilitas kesehatan tingkat pertama lebih dulu, seperti puskesmas. Bisa juga ke praktik dokter pribadi, sepanjang dokter itu menerima BPJS. Bagaimana bila ingin langsung ke rumah sakit? Di sini letak masalahnya. Masyarakat harus mencari rujukan, dan ini dirasa sangat birokratis.

Akhirnya muncul nostalgia-nostalgia terkait program pada masa Winasa. Paket Tepat diharapkan bisa mewujudkan nostalgia tersebut. Apalagi pasangan ini membawa jargon-jargon Winasa, serta menghadirkan foto Winasa dalam APK.

Selain itu masalah hukum yang membelit Winasa juga memicu simpati tersendiri. Untuk diketahui, Winasa kini sudah mendekam di Rutan Negara untuk ketiga kalinya. Pertama tersangkut korupsi pengadaan mesin pupuk kompos, kedua terjerat beasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Teknologi Jembrana (STITNA) dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Jembrana, terakhir tersandung korupsi perjalanan dinas.

Nah saat Winasa dijebloskan untuk ketiga kalinya, mulai muncul sikap kritis dari masyarakat. Mereka memandang ada “agenda tertentu” di balik kasus tersebut. Sehingga muncul sikap simpati dari masyarakat. Bila tidak bisa mengembalikan Winasa duduk sebagai penguasa, setidaknya sang putra mahkota bisa menjadi penguasa Jembrana.

Tapi perlu diingat, Patriana Krisna bukan I Gede Winasa. Posisinya pun hanya wakil bupati. Jadi tidak punya kuasa sebesar bupati. Selain itu setiap pemimpin punya gaya dan caranya sendiri. Berharap Patriana Krisna bisa memimpin seperti Winasa, tentu sebuah harapan yang berlebihan.

Menggarap Suara Minoritas

Jembrana merupakan daerah yang heterogen. Mengacu data statistik yang diterbitkan Pemerintah Kabupaten Jembrana, pada tahun 2016 lalu tercatat ada 322.256 orang penduduk. Dari ratusan penduduk itu, sebanyak 71,7 persen merupakan umat Hindu, 25,8 persen umat muslim, dan 2,5 persen lainnya pemeluk keyakinan lain.

Kondisi yang heterogen itu digarap serius oleh tim Patriana Krisna. Sejak beberapa tahun terakhir, di Jembrana terjadi polarisasi. Terutama sejak ada penyebutan istilah “dauh tukad” dan “dangin tukad”. Bagi minoritas, istilah-istilah itu dirasa sangat menyakitkan.

Di sisi lain Ipat sadar betul bahwa suara minoritas harus digarap. Ada potensi suara sekitar 80 ribu jiwa yang harus digarap secara serius. Apabila masyarakat minoritas ini bisa satu suara mendukung paket Tepat, tentu menjadi amunisi yang bagus.

Ipat juga memahami bagaimana bersikap sebagai minoritas. Sebab ia pernah berada di posisi itu, tatkala berkarir sebagai birokrat di Kota Kediri. Pendekatan minoritas dengan minoritas, menjadi jalan yang ampuh untuk meraup suara.

Ditambah lagi Ipat besar dan lama berkarir di Provinsi Jawa Timur. Ia dekat dengan kultur masyarakat muslim di wilayah Jawa Timur. Umat muslim Jembrana pun sangat dekat dengan kultur muslim di Jawa Timur. Mereka merasa nyaman dengan pendekatan yang dilakukan oleh Ipat.

Hal ini pun diakui oleh beberapa kawan dan keluarga saya yang punya hak pilih di Jembrana.

Pendekatan Kelompok Rantau

Komunitas perantau merupakan potensi suara yang harus digarap maksimal. Barangkali tak kurang dari 20 persen penduduk Jembrana, memilih merantau di Denpasar dan Badung. Ditambah lagi sebagian besar perantau merupakan generasi 1990-an. Mereka merasakan masa-masa keemasan Winasa.

Para milenial yang dulunya kesulitan mendapat akses pendidikan, bisa menyelesaikan pendidikannya hingga bangku SMA. Tak sedikit yang melanjutkan kuliah, dengan berbekal beasiswa dari Pemkab Jembrana. Ada pula yang merasakan kemudahan akses biaya kesehatan.

Rasa-rasa nostalgia ini digarap oleh tim pemenangan Tepat. Mereka menggarap suara perantau secara senyap. Pergerakannya mirip dengan sistem promosi Multi Level Marketing (MLM). Pendekatan dilakukan lebih personal. Romantisme, nostalgia, dan glorifikasi masa-masa Winasa menjadi produk andalan.

Tidak mengherankan bila perantau kini berbondong-bondong pulang kampung untuk menyalurkan hak pilih mereka. Beberapa kawan saya bahkan membuat status di media sosial, yang arahnya berpihak pada pasangan Tepat. Seperti “saatnya balas budi”, “dulu saya dibantu, sekarang waktunya saya membantu”, bahkan ada yang membuat status lebih frontal seperti “kembali jaya” yang mengarah pada jargon paket tepat.

Buktinya angka partisipasi pada Pilbup Jembrana kali ini termasuk paling tinggi. Tingkat golput pada Pilbup tahun ini hanya 23 persen. Berbeda saat Pilbup 2015 lalu, yang tingkat golput-nya mencapai 37 persen.

Pandemi

Masa pandemi rupanya menguntungkan paket Tepat. Masa pandemi juga menggembosi perolehan suara paket Bangsa. Hal ini berkaitan dengan distribusi bantuan pada masa pandemi.

Saat pandemi, para politisi Jakarta tampil di televisi dan menyatakan bahwa bantuan akan disalurkan pada seluruh “masyarakat yang terdampak pandemi”. Tapi saat aturan terbit, bantuan hanya disalurkan pada “masyarakat miskin yang terdampak pandemi”.

Tentu saja ini menjadi polemik di masyarakat. Warga yang merasa ekonominya terdampak pandemi, turut menagih bantuan. Sementara aturan hukum memungkinkan. Masyarakat memandang paket Bangsa sebagai representasi politisi yang sedang berkuasa, tidak tepat janji. Lebih frontal lagi, paket ini diduga menyalurkan bantuan pada kelompok-kelompok tertentu. Sehingga tidak merata dan tidak tepat sasaran. Ini jelas sangat merugikan paket Bangsa.

Survey

Hasil survey seringkali membuat terlena. Berbagai survey, baik survey internal maupun publik, memposisikan paket Bangsa sebagai pemenang. Hal ini membuat tim menjadi terlena. Merasa sudah di atas angin.

Sebaliknya paket Tepat yang diposisikan sebagai pasangan yang akan kalah, menjadikan hasil survey itu sebagai pecut. Mereka bekerja lebih keras, lebih giat, dalam senyap. Sehingga berhasil membalikkan keadaan pada hari-hari terakhir.

Kini pasangan Tepat sudah hampir pasti menjadi pemenang Pibup Jembrana. Hanya perlu menanti rapat pleno rekapitulasi KPU Jembrana dan pleno penetapan. Paket Bangsa pun dipastikan tak akan melayangkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Karena selisih suara lebih dari 2 persen.

Setelah dilantik sebagai pemimpin nanti, tugas berat menanti pasangan Tamba-Ipat. Karena mereka dituntut merealisasikan janji-janji kampanye. Serta dituntut mengembalikan kejayaan Jembrana, seperti yang mereka usung sebagai jargon kampanye. [T]

Previous Post

BEMBENG, TAKSU YANG TENGET || Bagian kedua dari tiga tulisan

Next Post

Hapuskan Stereotype “Rajin” Pada Orang yang Gemar Membaca

Eka Prasetya

Eka Prasetya

Menjadi wartawan sejak SMA. Suka menulis berita kisah di dunia olahraga dan kebudayaan. Tinggal di Singaraja, indekost di Denpasar

Next Post
Hapuskan Stereotype “Rajin” Pada Orang yang Gemar Membaca

Hapuskan Stereotype “Rajin” Pada Orang yang Gemar Membaca

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co