30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kedudukan Perempuan

I Ketut Suar AdnyanabyI Ketut Suar Adnyana
December 14, 2020
inEsai
Kedudukan Perempuan

Foto ilustrasi: Pementasan teater Negeri Perempuan oleh Komunitas Mahima di Taman Budaya Denpasar 19 Juni 2012 [Foto Agus Wiryadi]

Peran perempuan  dalam kehIdupan keluarga menduduki posisi yang sangat penting. Perempuan  menjadi ibu dari anak yang dilahirkan. Ibu membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang. Peran ibu sangat penting dalam mendidik anak sehingga untuk menghargai peran ibu setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari ibu. Ketika lahir, anak  berinteraksi untuk pertama kali dengan ibu. Anak mulai belajar menetek. Anak berangsur-angsur tumbuh dan mulai belajar berbicara. Bahasa yang pertama dikuasai anak disebut sebagai bahasa ibu. Hal ini mengindikasikan bahwa perempuan menduduki posisi yang penting dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

Bachofen berasumsi bahwa sebelum masyarakat di dunia mengenal peradaban, masyarakat hidup dalam tatanan hetarisme (tidak beradab). Setelah masa hetarisme, masyarakat baru mengenal tatanan kehidupan yang menempatkan sosok ibu sebagai peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Asumsi Bachofen didasari oleh hasil analisisnya terhadap mitos-mitos dan simbol-simbol bangsa Romawi, Yunani, dan Mesir. Dari analisisnya, Bachofen berpendapat bahwa struktur patriarki dalam masyarakat merupakan struktur masyarakat yang relatif baru karena sebelum struktur tersebut ada, masyarakat telah mengenal struktur matriarkat. Fase matriarkat merupakan fase pertengahan yang berada di antara fase terendah (hetarisme) dan fase tertinggi (patriarkat) (dalam Fromm, 2011:57).

Munculnya teori ini didasari oleh konsep alamiah Bachofen yang diasosiasikan dengan kehidupan binatang. Induk binatang yang telah melahirkan anak-anaknya secara instingtif anak-anaknya akan mengikuti induknya. Begitu lahir anak binatang tersebut secara alamiah anak binatang tersebut mengikuti induknya. Induknya dengan penuh kasih sayang membesarkan anaknya.

Menurut Bachofen, hal yang sama juga dilakukan oleh seorang ibu. Rasa kasih sayang seorang ibu ditunjukkan sejak anak dalam kandungan. Setelah anak tersebut lahir, naluri seorang ibu untuk memerhatikan anaknya merupakan bentuk tanggung jawab alamiah seorang ibu. Cinta, perhatian, dan tanggung jawab terhadap anak merupakan tanggung jawab seorang ibu. Kasih ibu diberikan kepada anak-anaknya diberikan secara tulus tanpa pilih kasih. Konsekuensi dari prinsip budaya yang berpusat pada ibu adalah prinsip-prinsip tentang kemerdekaan, kesetaraan, kebahagiaan, dan pengakuan kehidupan tanpa syarat.

Dalam tatanan masyarakat matriarkat, perempuan memegang peranan penting dan mempunyai kedudukan sebagai ratu, pendeta atau pemimpin pemerintahan, sedangkan laki-laki berpartisipasi dalam masyarakat tersebut. Dalam masyarakat tersebut seorang ayah tidak diakui memiliki hubungan darah dengan anaknya (Fromm, 2011:57). Seorang anak merasa dekat dengan ibunya karena seorang ibu telah melahirkan anak-anaknya. Seorang ibu telah membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang.

Setelah melalui evolusi yang panjang, barulah kecenderungan dominasi laki-laki muncul. Usaha untuk mendominasi muncul karena kecemburuan laki-laki terhadap perempuan. Menurut Fromm (2011: 60), kecemburuan tersebut adalah kecemburuan terhadap kehamilan perempuan terutama kecemburuan akan kapasitas untuk dapat melahirkan anak. Hanya perempuan yang mempunyai kodrat melahirkan. Kodrat tentang kemampuan melahirkan tersebut memosisikan perempuan menjadi sosok penting dalam tatanan kehidupan.

Menurut Fromm (2011: 60), ada beberapa alasan mengapa perempuan begitu berharga dalam tatanan masyarakat matriarkat. Pertama, karena alasan ekonomi. Semakin primitif perekonomian tersebut, semakin rendah penerapan teknologi yang digunakan (penggunaan mesin-mesin) semakin besar nilai tenaga manusia dalam perekonomian tersebut. Oleh karena itu, semakin besar pula nilai perempuan sebagai penyedia tenaga kerja bagi masyarakat. Kedua, dalam masyarakat primitif pertanian dan peternakan sangat tergantung pada kekuatan alam, seperti kesuburan tanah, cadangan air, dan cahaya matahari. Kekuatan alam memberikan kekayaan bagi kehidupan manusia. Perempuan sebagai penyedia tenaga manusia dianggap memiliki kekuatan misterius seperti kekuatan alam.

Dengan berkembangnya kehidupan manusia melalui masa evolusi dan semakin berkembangnya faktor rasional pada manusia membawa akibat pada perkembangan teknologi. Penerapan teknologi pada segala bidang kehidupan membawa pengaruh terhadap penghargaan perempuan sebagai penyedia tenaga kerja sehingga produktivitas alamiah perempuan tidak dihargai lagi. Peran prokreatif rasional laki-laki semakin berkembang sehingga peran laki-laki semakin dominan dan menggeser peran perempuan dalam kehidupan manusia. Pada akhirnya melalui evolusi yang sangat panjang dan perkembangan masyarakat mengarah pada masyarakat modern, peran perempuan semakin berkurang.

Dominasi laki-laki terlihat jelas dalam kehidupan masyarakat karena produktivitas prokreatif rasionalnya. Dengan perkembangan rasionalitas tersebut manusia mulai menjelajah dunia dengan penemuan dan penaklukan daratan-daratan baru, terjalinnya hubungan-hubungan dagang. Dengan penemuan teknologi dan terjalinnya hubungan dagang tersebut, faktor alam mulai tidak dihargai begitu pula peran perempuan tidak dihargai. Tatanan masyarakat telah berubah ke arah tatanan rasionalisme borjuis. Tatanan tersebut merupakan ciri dari struktur masyarakat patriarkat. Menurut Bachofen walaupun  tatanan masyarakat patriarkat merupakan bentuk evolusi tatanan masyarakat tertinggi, hal tersebut tidak membuat aspek positif matriarkat terabaikan.  Aspek positif matriarkat mengedepankan kesetaraan, universal, dan pengakuan kehidupan tanpa syarat sedangkan aspek negatifnya adalah ikatan akan darah dan tanah, kurang rasional, dan kemajuan. Aspek positif patriarkat adalah kebenaran, hukum, ilmu pengetahuan, peradaban, sedangkan aspek negatifnya adalah adanya hierarki, penindasan, ketidaksetaraan (Fromm, 2011:7). 

Bachofen memercayai, meskipun evolusi tatanan manusia telah terjadi, hal tersebut tidak berarti bahwa prinsip-prinsip matriarkat telah hilang. Dia percaya bahwa akhir berarti ke awal. Prinsip matriarkat tidak hilang begitu saja, tetapi dikonversi dan digabungkan dengan prinsip-prinsip patriarkat. Berdasarkan asumsi tersebut dalam tatanan masyrakat patriarkat masih dapat ditelusuri ciri kematriarkian masyarakat tersebut.[T]

Previous Post

Lontar Kalender

Next Post

BEMBENG, TAKSU YANG TENGET || Bagian kedua dari tiga tulisan

I Ketut Suar Adnyana

I Ketut Suar Adnyana

Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum. adalah Wakil Rektor I Universitas Dwijendra, Denpasar

Next Post
BEMBENG, TAKSU YANG TENGET || Bagian kedua dari tiga tulisan

BEMBENG, TAKSU YANG TENGET || Bagian kedua dari tiga tulisan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co