12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tugas Kita Menghilangkan “Tenget” di Gedong Kirtya

Putu MardikabyPutu Mardika
September 5, 2020
inEsai
Tugas Kita Menghilangkan “Tenget” di Gedong Kirtya

webinar bertajuk “Koleksi Gedong Kirtya Sebagai Rujukan Para Pemikir Bali dan Dunia” yang digelar Pemkab Buleleng bersama STAHN Mpu Kuturan Singaraja di Rumah Jabatan Bupati Buleleng, Kamis (3/9) sore.

Museum lontar Gedong Kirtya yang terletak di jantung Kota Singaraja bukan hanya sebatas museum lontar satu-satunya di Dunia. Ribuan koleksi lontar yang berusia ratusan tahun tersebut kini kerap menjadi rujukan bagi pemikir Bali dan peneliti dunia dari tahun ke tahun. Bahkan, Gedong Kirtya membantu dalam perumusan Agama Hindu di era kemerdekaan dan awal terbentuknya Parisada. Seperti apa?

Hal itu terungkap dalam webinar bertajuk “Koleksi Gedong Kirtya Sebagai Rujukan Para Pemikir Bali dan Dunia” yang digelar Pemkab Buleleng bersama STAHN Mpu Kuturan Singaraja di Rumah Jabatan Bupati Buleleng, Kamis (3/9/2020) sore.

Dalam webinar tersebut, menghadirkan sejumlah narasumber. Seperti Filolog sekaligus Peneliti Lontar, Sugi Lanus, Anggota Komisi IV DPRD Bali, Ir. I Gusti Ayu Aries Sujati, Kepala Dinas Kebudayaan, gede Dody Sukma Oktiva Askara, M.Si dan Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Dr. I Gede Suwindia, S.Ag, M.A.

***

Ada rasa bangga dan haru. Ketika kampus saya, STAHN Mpu Kuturan Singaraja punya perhatian besar terhadap Gedong Kirtya. Museum yang punya ribuan koleksi lontar berusia ratusan tahun. Yang mendapat julukan “satu-satunya” museum lontar di Dunia. Yang dulunya kerap dianggap “tenget”. Yang saat ini masih “ditakuti” anak milenial untuk dikunjungi.

Haru itu ketika ditindaklanjuti dengan nota kesepahaman. Antara STAHN Mpu Kuturan dengan Pemkab Buleleng. Ini momentum untuk lebih serius memperhatikan warisan leluhur. Membangunkan kembali kearifan lokal yang diwariskan para leluhur yang sempat mati suri.

Tentu perhatian ini menjadi jalan menebus kesalahan jika pariwisata dan pembukaan jalan di Bali tahun 1920-an telah membuat banyak orang Bali menjual lontar ke para wisatawan ketika itu. Semoga kenangan pahit ini tak kembali terjadi di era sekarang.

Sebelumnya, beberapa kali saya sempat masuk Gedong Kirtya. Saat mahasiswa. Sekitar 2008 silam. Itupun karena tugas kampus. Saya harus mencari lontar yang berkaitan dengan Tattwa. Itupun sudah setengah mati membaca lontarnya. Malah tak sampai tuntas.

Malah saya paling greget cari Lontar Pengayam-Ayam. Lontar ini paling populer dan disebut-sebut sebagai “kitab sucinya” para bebotoh di arena Tajen. Saya penasaran. Rupanya, lontar ini memang tak sesederhana yang saya bayangkan. Tak sesederhana orang-orang menyebutnya.

Saking penasarannya, setelah dilihat sepintas, dalam lontar Pengayam-Ayam ini memang ada petunjuk mengadu ayam pada hari-hari tertentu yang berpedoman pada wuku, saptawara, dan pancawara secara terpadu. Jika patokan ini diikuti, konon ayam akan berjaya mencapai kemenangan.

Misalnya Soma (Senin) Klwon ayam yang Berjaya adalah klawu, ijo dan brumbun. Dan ayam yang kalah adalah serawah, polos, sekuning mata putih, buik, wangkas, biying kuping putih. Hal itu harus dikaitkan dengan keberangkatan. Yakni ke selatan, atau ke timur dan ayam yang harus dilepas dari utara. Jika ke tajen, warna pakaian pun perlu diatur, agar peluang menang lebih besar. Nah, ruwet kan. Tak usah dilanjutkan. hanya sekedar contoh saja.

Kemudian, ketika berprofesi sebagai wartawan, tempat yang pertama saya liput adalah Gedong Kirtya. Kala itu, saya mendapat penjelasan beragam jenis lontar dari penjaga Gedong Kirtya. Ada sekitar 1.808 cakep lontar. Diklasifikasikan menjadi beberapa jenis seperti Weda, Agama, Wariga, Itihasa, Tantri, Usada, Lelampahan hingga babad.

Ada pula buku-buku tua yang berusia ratusan tahun di museum ini. Sudah keropos termakan usia. Tahun 2018 silam, ketika Gede Komang menjadi Kepala Dinas Kebudayaan buku tua ini sempat diajukan proposal agar mendapat anggaran untuk direstorasi oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Yang biayanya bisa menghabiskan Rp 25 juta per buku. Namun sampai saat ini belum jelas, sudah berapa buku yang diestorasi.

Jika dilihat dari daftar pengunjung, Gedong Kirtya memang tak setenar destinasi wisata yang “instagramable” di kalangan anak muda. Wajar saja, terkesan tak ramah bagi anak-anak milenial. Terlalu kuno bahkan “tenget”.

Pengunjung lokal hanya bisa dihitung dengan jari. Jika itu anak muda yang sedang kuliah, sudah pasti datang karena tugas kampus. Ya seperti saya ini dulu ketika kuliah, yang jika tidak ada tugas, mungkin saja tidak tahu ada apa saja di Gedong Kirtya. Memang tak patut ditiru.

Saya sempat telisik daftar pengunjungnya. Yang bikin kaget, setiap hari selalu saja ada turis berkunjung ke Gedong Kirtya. Tujuannya beragam. Ada yang untuk sekedar bewisata sembari foto-foto koleksi lontar, ada yang mencari lontar jenis tertentu untuk kajian dan penelitian, hingga mencari refrensi.

Sebelum pageblug Virus Corona mewabah, setiap ada kapal pesiar yang bersandar di Pelabuhan Celukan Bawang, Gerokgak, para turis menjadikan Museum Gedong Kirtya sebagai city tour Kota Singaraja. Dalam sehari, sampai ada lima bus yang mengantar turis secara bertahap masuk ke museum Gedong kirtya.

Tak pelak muncul lelucon. Gedong Kirtya itu sangat jauh. Jauh bagi orang-orang lokal. Namun dekat bagi turis manca negara. Lelucon itu ada benarnya. Soalnya, turis dari manca negara utamanya dari Belanda lebih dulu menginjakkan kakinya lokasi Gedong Kirtya.

Mereka lebih dulu tahu isinya. Tahu koleksinya. Dipelajari, dikaji, dibukukan, dieksplorasi. Bahkan bisa meraih gelar Professor gara-gara koleksi lontar di Gedong Kirtya. Ironis memang. Seolah orang Belanda sedang mencari “kawitannya” ke Gedong Kirtya. Tak salah, Gedong Kirtya menjadi rujukan peneliti dunia. Bahkan, berbagai disertasi di Leiden tentang Bali, tidak satupun yang tidak merujuk koleksi Gedong Kirtya.

Dari penjelasan Filolog sekaligus peneliti lontar, Guru Sugi Lanus, di sela-sela webinar setelah penandatanganan MoU baru saya mendapat pencerahan. Jika koleksi lontar Gedong Kirtya menjadi rujukan penyusunan dan pedoman Parisada dan para pemuka agama atau sulinggih untuk menyusun buku-buku pengajaran dan penyuluhan Agama Hindu dari sebelum kemerdekaan dan sampai kini.

Koleksi Kirtya menjadi sumber-sumber mempelajari pemikiran filsafat, etika, sejarah kerajaan, teologi, sastra dan lingustik bagi para peneliti dunia dan masyarakat Bali. Dari sebelum kemerdekaan dan sampai kini. Ini luar biasa.

Sugi Lanus juga menceritakan, ketika rombongan Rabindranath Tagore datang ke Bali tahun 1927, ikut salah seorang ahli Sanskrit terbaik di India ketika itu bernama Suniti Kumar Chatterji mengunjungi Kirtya dan menulis laporan panjang dimuat di koran berbahasa Bengali secara bersambung.

Tahun 1930 ia berpidato di depan Asiatic Society, sebuah forum intellectual di India, menyatakan bahwa seluruh institusi di India yang mempelajari sejarah India atau Indologist harus bekerjasama dengan Kirtya. Pidato ini sangat berpengaruh pada masyarakat India yang ingin mengenal peradaban Hindu Kuno yang masih murni terwariskan di Bali. Di India sendiri telah punah atau jarang bisa ditemui berbagai text dan mantra-mantra yang sebagian ada di Kirtya.

Kembali ke MoU. Saya banyak berharap kerjasama ini menjadi awal eksplorasi isi Gedong Kirtya untuk dikaji dan sebarluaskan kepada masyarakat luas dengan cara kekinian. Kearifan lokal para leluhur yang tak ternilai dan sarat akan pengetahuan bisa menjadi “lentera” penerang.

Gedong Kirtya tak perlu lagi dianggap tenget. Di sinilah peran semua pihak. Termasuk STAHN Mpu Kuturan Singaraja dan Pemerintah. Lembaga ini bertanggung jawab menjadikan Gedong Kirtya sebagai pusat penelitian dan pengkajian lontar agar kian ramah milenial.

Saya membayangkan, suatu saat generasi muda mulai sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi akan terbiasa berduyun-duyun keluar masuk Gedong Kirtya. Mereka mengantre datang untuk mencari beragam jenis ilmu dari ribuan jenis lontar sesuai bidang pendidikan.

Yang kuliah kedokteran, bisa mempelajari lontar usadha Bali seperti Taru Pramana yang sudah terbukti berkhasiat untuk menyembuhkan beragam penyakit. Yang kuliah Arsitektur bisa mengkaji lontar tentang asta kosal-kosali. Yang kuliah astronomi bisa mengkaji lontar yang berkaitan dengan perbintangan maupun wariga.

Mahasiswa yang kuliah Hukum Hindu, Teologi Hindu, Filsafat Hindu, pendidikan Agama Hindu bisa mengkaji beragam lontar tattwa, weda dan agama. Jika kesulitan, mereka bisa saja bertanya kepada pemandu yang lihai membaca lontar-lontar untuk diterjemahkan, dan dikaitkan dengan ilmu masa kini.

Masyarakat dan Pemerintah Buleleng sudah sepantasnya bangga dengan keberadaan Gedong Kirtya. Pemerintah dan swasta juga bisa menganggarkan dana untuk memberikan hibah penelitian kepada akademisi di Bali agar mengkaji dan mempublikasikan isi lontar di Gedong Kirtya, sehingga mendatangkan manfaat kepada masyarakat dari berbagai bidang keilmuan. Astungkara.

Previous Post

Jangan Belajar ke India Sebelum ke Gedong Kirtya Buleleng

Next Post

Ngempu Cucu di Masa Pandemi: Sang Kakek Sampai Beli Wayang dan Pengeras Suara

Putu Mardika

Putu Mardika

Wartawan muda, pengajar muda. Punya keinginan besar untuk belajar apa saja, terutama dalam hal tulis-menulis . Tinggal di Singaraja.

Next Post
Ngempu Cucu di Masa Pandemi: Sang Kakek Sampai Beli Wayang dan Pengeras Suara

Ngempu Cucu di Masa Pandemi: Sang Kakek Sampai Beli Wayang dan Pengeras Suara

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co