Banyak cara dilakukan oleh para orang tua untuk mengingatkan kita tentang arti pentingnya kisah masa lampau kepada generasi penerusnya. Kisah – kisah yang dibahas ini,mungkin akan menjadi pelajaran yang sangat berarti bagi mereka generasi 2019 ke atas dikemudian hari.
Kesibukan para orang tua saat ini, mengharuskan kita untuk mencari pembatu rumah tangga untuk mengasuh buah hati. Terkadang peranan Kakek dan Nenek sangat berarti ditengah kesibukan sang anak mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan di keluarganya.
Saya adalah salah satu contohnya. Namun saya tidak mencari pembatu rumah tangga, melainkan hanya mengandalkan kedua orang tua saya. Kedua anak saya,hampir setengah hari lebih bersama kakek dan neneknya ketika kami bekerja . Kedekatan mereka sudah sangat dekat, sehingga saya tidak perlu menjadikan beban mereka Ketika saya sedang bekerja.
Saya tinggal di Desa Nagasepaha, Buleleng. Ayah saya sendiri, pekerjaan utamanya adalah sebagai pelukis wayang kaca, sedangkan pekerjaan sampingannya adalah berdagang permata,uang logam ( pis bolong ),serta yang paling menyibukan adalah momong cucu.
Sejauh ini,pria yang memiliki nama lengkap I Nyoman Netep memiliki tiga orang anak, buah perkawinannya dengan Ketut Masih.b ahkan kini Nyoman Netep sudah dikarunianya 9 cucu dari ketiga anaknya.
Paling membanggakan lagi, pria kelahiran 5 november 1960 ini, tidak pernah membeda bedakan cucunya, baik dari anak pertama,kedua dan anak saya. Hanya saja karena saya yang tinggal bersama orang tua, kuota untuk cucu bersama kakeknya lebih banyak dibandingkan dengan kakak sepupu laiinya.
Saya akui, Sang Kakek sangat kreatif dalam momong cucu atau ngempu cucunya. Ada saja hal – hal unik yang ia buat untuk sang cucu. Apalagi di masa pandemi COCID-19 ini, di mana anak-anak memang lebih banyak tinggal di rumah.
Hal yang terbaru yang dilakukan Sang Kakek adalah dengan menyajikan atau kisah pewayangan setiap akhir pekan untuk cucu – cucunya. Bahkan Sang Kakek harus merogoh kocek lebih dari 600 ribu rupiah,untuk membeli wayang kulit,pengeras suara dan kelir wayang yang digunakan.
Saya sendiri awalnya terkejut, ketika Sang Kakek datang dengan membawa pipa paralon, membeli pengeras suara hingga membeli 2 buah wayang kulit Sang Rejuna dan Tawalen.Hal ini belum terpikirkan sedikitpun, bahwa sang kakek akan mebuat pertunjukan pewayangan untuk sang cucu.
Awal pementasan,kedua anak saya sama sekali merasa tidak tertarik dengan aksi dari sang kakek. Berselang beberapa hari kemudian,mereka diberikan kesempatan untuk mencoba hingga akhirnya ketagihan,bahkan wayangnya sempat dibawa tidur oleh anak pertama saya.
Lelampahan wayangnya pun sangat sederhana, dari beberapa cerita yang dibawakan lebih mengacu kepada perjalanan dan perjungan sang kakek dimasa dulu. Kisah-kisahnya dimasa lampau mengajarkan kita untuk tegar dalam kondisi apapun.Suka tolong menolong dan belajar menghargai selalu diselipkan didalam pewayangan.
Entah anak saya mengerti atau tidak tentang makna yang dibawakan dalam cerita. Hal yang terpenting adalah bagaimana sang cucu nyaman,ketika orang tua tidak ada dirumah.
Kenapa pewayangan?,
Beginilah desa kami, desa kecil yang banyak memiliki bibit seni untuk regenerasi. Keluarga saya sendiri dari kakek,hingga ayah merupakan seorang pelukis lukisan kaca,mereka banyak mengetahui cerita pewayangan, termasuk pedalangan.
‘’Saya berani jamin,hanya beberapa kakek-nekek yang mainannya seperti ini,selebihnya bermain gudjet , ungkapnya”.
Netep menambahkan, Saat ini, jarang anak – anak yang betah menyaksikan pertunjukan wayang berjam-jam seperti jaman dulu. Karena itu kita harus punya strategi bagaimana agar anak-anak kita menyukai pertunjukan wayang. Kemasannya mau tak mau harus disesuaikan dengan era kekinian.
“Untuk bisa diterima generasi muda memang kita perlu terobosan, seperti wayang dengan cerita yang lebih simpel dan kekinian. Unsur-unsur modern bisa dimasukkan di pertunjukan wayang. Meski ada usaha menggabungkan unsur modern, tapi kita juga tetap harus menghadirkan wayang dengan kemurniannya dan tetap mempertahankan pakem-pakemnya, tambahnya”.
Mungkin tulisan saya terlalu serius ya, padahal yang saya ceritakan, hanya permainan pewayangan untuk kedua anak saya. Hanya saja alat-alat yang digunakan bukan mainan biasa.
Dari tulisan tersebut, saya dapat simpulkan cinta orangtua sangatlah besar terhadap keluarganya. Cinta orangtua tidak akan pernah terbalaskan dengan cara apapun. Maka dari itu sebagai anak, setidaknya kamu harus selalu berusaha untuk terus bisa membahagiakan kedua orangtua. Tidak peduli bagaimana keadaan orangtua, sudah sewajarnya kamu selalu sayang terhadap mereka. Namun banyak diantara kalian yang sering menyakiti hati orangtua, terlepas dari sengaja maupun tidak. Segeralah untuk minta maaf.