2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dalem Melanting di Pulaki, Dewi Melanting di Pasar-Sawah-Kebun: Apa Bedanya?

Sugi LanusbySugi Lanus
August 5, 2020
inEsai
Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

ILustrasi tatkala.co / Nana Partha

—Catatan Harian Sugi Lanus, 5 Agustus 2020.

1. Masyarakat Bali umumya pasti mengetahui bahwa setiap pasar pasti ada Pura Melanting, atau setidaknya pelinggih — tabik — Bhatari Melanting atau Dewi Melanting.

2. Namun, mungkin sama dengan saya, yang sedari kecil saya berpikir kalau semua Dewi Melanting itu sama, baik yang di sawah-abian-pasar dan yang di Pulaki.

3. Saya masih ingat ketika mlaspas Pura Mlanting (Melanting) di Pulaki ikut medeeng (semacam pawai rias) untuk ritual. Mewakili desa kami, beberapa hari ikut terlibat dalam prosesi upakara panjang berbulan persiapan pemugaran dan akhirnya penyucian. Dewi Melanting dalam dongeng masyarakat Banyupoh dan Pulaki terkait dengan perjalanan Danghyang Nirartha (DHN). Dan putri beliau yang “digaibkan” kemudian disebut “distanakan” atau “melinggih” sebagai Dewi Melanting.

4. Belakangan saya membaca ada versi lain dari Dewi Melanting. Beliau adalah putri dari Bhatara Wisnu dan Dewi Sri. Jadi ada dua versi yang mana versi pertama yang diketahui sebagian besar masyarakat Bali.

5. Dewi Melanting dikenal dalam legenda atau kisah dewi padi. Ia adalah putri dari Dewi Sri dan Dewa Wisnu. Goris mencatat bahwa: “Pada pemujaan umum dari Seri sebagai Dewi Padi, masih harus ditulis di sini tentanq dongenq bahwa puterinya (Dewi Melanting) setengah tahun berdiam di bawah bumi dan setengah tahun di atas bumi. Ia baru dapat hidup kembali setelah mati dahulu di bawah tanah yang hitam. Jalan ke Hidup Baru dengan melalui kematian dahulu, adalah inti dongeng padi-padian. Demikianlah Puteri Padi ini (puteri Dewi Padi) disembah di kebun-kebun (sebagai Dewi Melanting ring kebon) dan di pasar (sebagai Dewi Melanting ring pasar); karena pasar adalah tempat di mana hasil pertanian, pemberian Dewi Melanting, dibagi-bagikan kepada orang-orang.”

6. Dewi Melanting yang adalah putri dari Dewi Sri dan Dewa Wisnu ini menyebar di Bali masih dipuja di ‘Pura Melanting ring kebon’ dan di pasar disebut ‘Pura Melanting ring Pasar’.

7. Kita menemukan banyak sekali Pura Melanting di Bali di kebon dan juga di pasar. Yang di pasar biasanya identik dengan Bhatara Rambut Sedana. Sementara itu, lanjut ke penjelasan R. Goris, bahwa Pura Melanting sebagai bagian tidak terpisahkan dari pemujaan atas Dewi Sri (Dewi Padi) dan Dewa Wisnu penguasa dari kemakmuran, kesejahteraan. Gabungan Seri dengan Sadhana (kemakmuran) sebagai Seri-Sedana atau Rambut-Sedana di Bali dibentuk sebagai perwujudan nama patung-patung kecil (terbuat dari uang logam bolong atau pis bolong) yang disembah di pura-pura rumah sebagai patung-patung nenek-moyang dan terkait dengan kesejahteraan. Para pedagang di pasar memuja dengan perwujudan ini, demikian juga lumbung dengan Bhatari Nini dan Dewi Sri, terkait dengan pemujaan Dewi Melanting sebagai dewi padi dan kesejahteraan.

8. Saya masih ingat ketika ibu saya mendoakan padi di sawah dengan doa agar padi penuh berisi — mangda ratu mas melanting jelih lambih. Warna padi ibarat emas dan penuh panjang berisi. Dari dulu saya berpikir “Mas Melanting” adalah metafor biji padi yang serupa buliran emas (mas melanting). Bulih-bulih padi menguning nan penuh sesak melenting bulirnya laksana bulir-bulir emas. Rasa bersyukur tengadah atas berkah ibu pertiwi, ibu bumi, Dewi Sri yang memberikan putrinya untuk jadi serat pemberi pangan pada umat manusia.

9. Kisah Dalem Melanting atau Bhatari Melanting adalah putri dari DHN,  yang semula bernama Ida Ayu Swabhawa, diceritakan dalam Dwijendra Tattwa, sebuah lontar yang beredar sangat luas, sebagai berikut kisahnya — sebagaimana diterjemahankan IBG Agastia, dengan penyesuaian. Ketika DHN hijrah ke Bali, dari Jawa, sampai di Pulaki. Di sana sang pendeta sambil terus berjalan ke timur, tiba-tiba beliau· melihat seekor naga besar yang mulutnya menganga menakutkan, namun sang pendeta masuk ke tengah mulut naga itu. Setibanya beliau di tengah perut naga tersebut beliau menemui sebuah telaga yang berisi tiga bunga teratai tiga warna. Yang di timur berwarna putih. di selatan berwana merah, dan di utara berwarna hitam. Lalu oleh sang pendeta dicabut dan disumpangnya (disuntingnya) di telinga, yang merah disuntingkannya di telinga kanan, yang hitam disumpangkannya di telinga kiri dan yang putih di pegangnya, lalu beliau keluar dari perut naga itu dengan mengucapkan weda mantra “hayu wreddhi” dan “sapa wreddhiastu”. Istri dan putra-putra sang pendeta melihat sang pendeta berubah-ubah warna, kadang-kadang merah. kadang-kadang hitam kelihatannya. Tiba-tiba wajah beliau bagaikan emas. Bertanyalah sang pendeta kepada istrinya. Sang Patni Kaniten menyatakan bahwa putra putri beliau semuanya lari dengan tujuan yang berbeda-beda. Selanjutnya Danghyang Nirartha mencari putra-putrinya untuk dikumpulkannya kembali. Namun putra beliau yang tertua hilang. Danghyang Nirartha mencari kembali putrinya yang hilang tersebut. Tak lama kemudian putrinya ditemuinya kembali dalam keadaan wajah yang pucat pasi. Danghyang Nirartha bertanya, “Putriku, mengapa engkau lari menjauh, serta mengapa engkau menjadi takut, katakanlah!”. Tak lama kemudian menjawablah sang putri, “Dengan segala hormatku kepada ayah, sebabnya hamba lari menjauh, karena wajah ayahanda terlihat sangat menakutkan ketika ayah keluar dari mulut naga itu, kadang-kadang wajah ayah kelihatan berwarna merah , demikianlah terlihat oleh ananda”. Sang putri melanjutkan, “Duhai Empu Danghyang, hamba mohon anugerah ke hadapan paduka ayah, sekarang hamba ingin kasunyatan, sehingga tidak dilihat oleh setiap orang, yang menyebabkan hamba bersatu dengan niskala (alam gaib), itulah yang hendaknya segera diajarkan kepada hamba, sehingga hamba mengetahui hakekat kehidupan dan kematian”. Menjawablah Danghyang Nirartha, “Duhai putriku, janganlah khawatir, dengarlah apa yang ayahanda ajarkan sekarang”. Selanjutnya sang pendeta mengajarkan ajaran rahasia kepada putrinya, setelah itu lenyaplah sang putri, namun tetap berada di tengah asrama itu serta disebut Dalem Melanting. Ia telah berbadankan niskala (gaib) dan diberi nama Bhatari Melanting, sebagai dewa di sana. Demikian keutamaan anugerah Danghyang Nirartha kepada putrinya yang bemama Ida Ayu Swabhawa, yang tak dikenai oleh umur tua dan kematian. Ketika sang pendeta hendak berjalan, berkatalah istri beliau yang tidak kuat lagi berjalan yang nama Sang Istri Patni Kaniten. Sabda sang pendeta, “Adindaku, di sinilah engkau bertempat tinggal, di desa Melanting, karena putrimu Ida Ayu Swabhawa telah menjadi sungsungannya orang-orang Melanting sekarang, kanda akan melenyapkan orang-orang Melanting”. Orang-orang Melanting segera dipanggil, jumlahnya kurang lebih delapan ribu orang, disuruh menjaga putri dan istrinya. Didoakanlah orang­ orang di sana supaya tidak kekurangan emas permata, serta makanan dan minuman, serta orang lain tidak dapat melihat orang-orang di sana, semuanya tidak menolak. Lalu dilenyapkanlah desa itu oleh Danghyang Nirartha, sampai sekarang desa ini tidak terlihat.

10. Sastrawan (almarhum) IBM Dharma Palguna mendapat informasi lain terkait “gaibnya Ida Ayu Swambhawa”, sebagai berikut: “Ada keterangan dari sumber tertulis lain, yang menyebutkan bahwa Bhatara Mahadewa yang disebut Bhatara Tohlangkir yang bersemayam di puncak Gunung Agung, mengutus Sang Hyang Dwijendra untuk menyampaikan bahwa para dewata di Bali-lah yang meminta agar Ida Ayu Swabhawa menjadi dewanya para lelembut untuk menjaga alam Bali hingga di kelak kemudian hari. Itulah sebabnya Dang Hyang Nirartha bersedia melaksanakan “tugas” menggaibkan putri kandungnya sendiri agar tetap sebagai penghuni alam Lelembut yang tidak dibatasi oleh umur tua dan kematian (tan keneng tuwa pati). Tidaklah mudah sesungguhnya bagi seorang ayah biologis menggaibkan puteri kandung sendiri. Tidaklah ringan sesungguhnya bagi seorang perempuan pindah dari alam manusia ke alam Lelembut untuk selama-lamanya. Mengapa seorang puteri sulung seorang pendeta shakti bernama Ida Ayu Swabhawa yang cantik jelita mesti menjalani pilihan hidup seperti itu? Mengapa harus Dang Hyang Nirartha yang melakukan swadharma menggaibkan putri kandung sendiri?”

11. Prasasti Malat-Gede, prasasti yang terbuat dari batu pilar ditemukan berdiri di pelinggih Ratu Sakti Bagus Bima bagian jeroan Pura Penataran Bale Agung, Desa Malet Tengah, Susut, Bangli. Pelinggih Ratu Sakti Bagus Bima ini diapit oleh pelinggih lain yaitu: Pelinggih Ratu Mas Ayu Melanting dengan batu lingga antara gambar batu pria dan wanita, dua pelinggih lainnya yang salah satunya disebut Manik Tirta dengan beberapa batu alam besar diletakkan di atasnya. Prasasti tersebut bertahun Saka 835 (914 M) di bulan Phalguna (delapan bulan), bagian gelap dari bulan. Jika keberadaan prasasti ini sejaman dengan Pelinggih Ratu Mas Ayu Melanting, maka pelinggih Ratu Mas Melanting setidaknya telah ada 575 tahun sebelum kedatangan Danghyang Nirartha (bersama putrinya Ida Ayu Swabhawa yang disebutkan distanakan atau dilinggihkan sebagai Dalem Melanting).  Danghyang Nirartha (bersama putrinya Ida Ayu Swabhawa disebutkan tiba di Bali sekitar tahun 1489 M, pada masa pemerintahan Raja Sri Dalem Waturenggong.

12. Pernyataan sekarang, jika masyarakat Bali ditanya: Siapakah Dewi Melanting yang dipuja di sawah, di kebun, dan di pasar? Mungkin jawabannya beda-beda. Barangkali umumnya dikaitkan dengan Dalem Melanting atau Bhatari Melanting di Desa Melanting di kawasan hutan Pulaki, Kecamatan Gerokgak, Bali utara bagian barat. Teman-teman saya yang pedagang atau bisnis di Bali umumnya berpikir demikian. Namun, jika kita merujuk pada catatan Goris — tersisip dalam artikel “Secten op Bali” dimuat dalam Mededeelingen van de Kirtya Liefrinck-Van der Tuuk. 3, Singaradja, 1931, yang dikutip juga oleh MIGUEL COVARRUBIAS dalam Island of Bali (1937): “Dewi Melanting, the native goddess of seed and plants, who, as daughter of Dewi Sri, remains the goddess of gardens and markets. Dewi Melanting spends half the year above the earth and the other half below; or, as Dr. Goris puts it, “she has first to undergo death under the black earth before she can come to new life.” — maka yang dipuja di Pura Melanting di Pulaki dengan yang Dewi Melanting di pasar-sawah-kebun adalah berbeda?

13. Dalam urusan keyakinan kita bisa (bahkan dipersilahkan berbeda) tergantung keyakinan masing-masing. Namun informasi atas peristiwa atau cerita yang mempengaruhi keyakinan kita sepertinya perlu diperdalam, lebih jauh-dalam-luas, agar apapun yang kita yakini atau pahami semakin terang dalam cahaya pengetahuan yang jembar, hati yang terbuka yang memberikan kemungkinan lebih mendalam dan jernih dalam menjalani kehidupan, terkhusus kehidupan batiniah.

Tags: Dang Hyang NirarthapadiPulakiPura MelantingPura Pulaki
Previous Post

Dongeng Kayu, Metode Kreatif Mengasuh Anak

Next Post

Pura Maha Saraswati, Karya Monumental Abad ke-20 – [Refleksi Masa Lalu dan Sumber Inspirasi Menuju Masa Depan]

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post
“I Panti dan I Nganti” – Catatan Tumpek Landep

Pura Maha Saraswati, Karya Monumental Abad ke-20 - [Refleksi Masa Lalu dan Sumber Inspirasi Menuju Masa Depan]

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co