Berbicara mengenai kesehatan secara umum, sejatinya tak bisa terlepas dari kesehatan gigi dan mulut. Namun, seringkali kesehatan gigi dan mulut menjadi prioritas kesekian bagi sebagian masyarakat. Meski memiliki fungsi krusial bagi tubuh. Selain sebagai alat pengunyahan dan gerbang awal masuknya nutrisi. Gigi dan mulut juga bisa menjadi pintu utama masuknya bakteri ke dalam tubuh, apabila tidak dijaga kebersihannya dengan baik.
Sakit gigi pasti pernah dialami oleh sebagian orang. Namun, tak sedikit juga yang menganggapnya sebagai angin lalu. Banyak pula mitos yang berkembang perihal sakit gigi, yang tak jarang membuat masyarakat khawatir. Salah satu mitos yang berkembang di masyarakat adalah adanya ulat yang menggerogoti gigi dan menyebabkan gigi terasa sakit. Padahal faktanya, rasa sakit yang timbul pada gigi bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah karies gigi (gigi berlubang).
Gigi berlubang adalah salah satu tanda bahwa gigi anda sedang tidak sehat, karena terjadi kerusakan pada jaringan keras gigi. Perlu diketahui, sejatinya lapisan terluar pada gigi yang disebut email adalah jaringan yang paling keras di dalam tubuh manusia. Bahkan lebih kuat dari tulang. Namun, bersifat getas atau mudah rapuh serta tidak memiliki kemampuan untuk tumbuh kembali. Jadi, jika email mengalami kerusakan, maka email tidak mampu kembali seperti semula. Berbeda halnya dengan tulang yang memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur tulang itu sendiri. Proses gigi berlubang diibaratkan seperti besi yang mulai berkarat. Karena diawali dengan kerusakan pada lapisan terluar gigi, apabila tidak secepatnya dirawat akan meluas ke lapisan yang lebih dalam pada gigi. Dan dapat menimbulkan infeksi baik lokal maupun infeksi pada organ lainnya.
Banyak yang bertanya, sebenarnya apa yang menyebabkan gigi berlubang? Padahal sudah rajin menyikat gigi, bahkan sudah tiga kali menyikat gigi dalam sehari. Tapi tetap saja gigi masih bisa berlubang.
Jadi, ada empat faktor utama yang menjadi pencetus terjadinya lubang pada gigi. Seperti, struktur gigi, mikroorganisme (bakteri), substrat (makanan kariogenik), dan waktu. Stuktur gigi memiliki peran penting terhadap perkembangan lesi karies terutama pada permukaan enamel. Tak hanya itu, keadaan morfologi gigi yang memiliki ceruk yang dalam, akan menjadi tempat melekatnya sisa makanan yang sulit dibersihkan. Sehingga menjadi tempat bagi mikroorganisme, seperti bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus yang memiliki sifat acidogenic yaitu bakteri yang mampu memproduksi asam, dan aciduric yang artinya mampu bertahan pada kondisi asam. Bakteri tersebut mampu menurunkan pH didalam mulut hingga 5,5 yang disebut sebagai pH kritis. Sehingga terjadi demineralisasi mineral, dengan cara memetabolisme karbohidrat yang di dapatkan dari makanan manis yang mudah melekat, penyebab karies pada gigi, disebut sebagai makanan kariogenik. Proses terbentuknya lubang pada gigi, terjadi secara perlahan, ini dapat berlangsung secara terus menerus bahkan dalam kurun waktu bulan hingga tahun.
Selain keempat faktor tersebut, adapula faktor tidak langsung yang mempengaruhi terjadinya karies pada gigi. Seperti faktor Ras, Usia, Jenis Kelamin, Keturunan serta Status Sosial Masyarakat. Tanda dan gejala awal terjadinya karies gigi ditandai dengan perubahan warna pada gigi, adanya rasa ngilu apabila terkena rangsangan makanan atau minuman yang panas atau dingin, asam atau manis. Dengan mengenali tanda-tanda ini, sebaiknya segera ke pelayanan kesehatan gigi untuk dilakukan penambalan, agar karies gigi tidak semakin meluas.
Namun, apabila lubang pada gigi sudah terlanjur besar hingga mengenai saraf, akan timbul rasa sakit yang spontan dan berdenyut, rasa tidak nyaman, bahkan rasa sakit bisa menjalar ke telinga hingga kepala. Untuk itu, akan diperlukan perawatan saluran akar yang dapat dilakukan dengan sekali kunjungan atau beberapa kali kunjungan, tergantung kondisi gigi. Alangkah lebih baik,jika gigi tersebut dipertahankan dan dirawat dengan baik.Tetapi kebanyakan masyarakat yang merasa giginya sakit, lebih memilih untuk mencabut giginya.
Karies gigi menjadi masalah yang cukup serius di Indonesia dengan prevalensi yang tinggi. Akan tetapi, kebanyakan orang menunda pergi ke dokter gigi karena takut dan khawatir dengan biaya yang mahal. Padahal dengan ditahan-tahan, selain membahayakan juga akan membuat biaya pengobatan kian mahal. Dan perawatan yang dilakukan akan memakan waktu, sehingga memerlukan beberapa kali kunjungan ke pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Kekhawatiran masyarakat akan hal tersebut, menyebabkan masyarakat cenderung memilih pengobatan secara swamedikasi. Swamedikasi adalah upaya yang dilakukan masyarakat dengan melakukan pengobatan sendiri, terhadap tanda dan gejala yang dirasakan, dengan mengunjungi apotik atau toko terdekat, untuk membeli obat dengan merk yang mereka ketahui. Padahal penggunaan obat harus sesuai dengan kebutuhan klinis pasien dengan dosis yang tepat dan harga yang terjangkau. Perlu diingat, penggunaan obat tidak dapat menyembuhkan gigi berlubang. Tetapi hanya sebagai pereda rasa sakit sementara, sehingga perlu mendapatkan penanganan dari tenaga kesehatan gigi dan mulut.
Mencegah tentunya lebih baik daripada mengobati, untuk itu jaga dengan baik kesehatan gigi dan mulut dari resiko gigi berlubang dengan cara :
- Menyikat gigi minimal 2 kali sehari, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah penumpukan plak dan sisa makanan setelah sarapan di pagi hari. Menyikat gigi pada malam hari haruslah dilakukan, karena terjadi penurunan produksi air ludah akibat tidak adanya aktivitas di dalam mulut, sehingga meningkatkan resiko penurunan pH menjadi asam oleh bakteri, disebabkan oleh penumpukan plak dan sisa makanan.
- Menyikat gigi dengan cara yang tepat, dan gunakan pasta gigi yang mengandung flour, untuk membantu proses remineralisasi mineral atau mengembalikan mineral yang hilang akibat asam yang diproduksi oleh bakteri.
- Mengurangi mengkonsumsi makanan manis dan mudah melekat seperti, coklat, permen dan biskuit. Atau setelah mengkonsumsi makanan tersebut segera berkumur dan menyikat gigi.
- Memperbanyak konsumsi makanan yang berserat dan berair, guna menstimulasi produksi air ludah. Sehingga pH di dalam mulut meningkat. Makanan berserat dan berair juga dapat digunakan sebagai pembersih alami (self cleansing) gigi dan mulut.
- Rutin memeriksakan gigi setiap 6 bulan sekali ke pelayanan kesehatan gigi dan mulut, untuk merawat dan mengetahui masalah kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin.
Senyum menawan dengan gigi yang sehat