30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mengingat Pesan Nenek di Tengah Wabah Corona

Agus WiratamabyAgus Wiratama
April 24, 2020
inEsai
Mengingat Pesan Nenek di Tengah Wabah Corona

Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha

106
SHARES

Suara sepeda motor yang agak kencang terdengar nyaring ketika beberapa anak sibuk bermain di depan sebuah kamar. Salah seorang anak tiba-tiba berteriak, “Bapak datang!”

Ia bergegas mangambil sandal yang tak jauh darinya. Belum jauh melangkah, anak itu langsung ditangkap oleh seorang wanita yang kebetulan melihatnya, “Gak boleh nyamperin orang baru datang!” tegur perempuan itu.

Anak itu pun terisak dan langsung menangis. Bagaimana tidak menangis, baru kali ini ia dilarang menyapa ayahnya yang baru sampai rumah.

Peristiwa tersebut mengingatkan saya dengan pesan-pesan lama nenek. Dulu, semasih nenek ada, saya selalu dilarang menghampiri siapa pun yang baru datang dari bekerja atau bepergian, jangankan tamu, ibu yang kala itu selalu membawakan oleh-oleh pun tak boleh langsung dihampiri. Tetapi, ponakan-ponakan saya tidak merasakan larangan itu, sebab nenek telah tak ada.

Mereka terbiasa dengan oleh-oleh yang disambar ketika orang tuanya datang. Memeluk manja bapak atau ibunya yang ditunggu dari pagi. Suasana ini memang sangat sejuk dilihat, tetapi inilah yang tidak dibenarkan nenek saya.

Selain menghampiri orang yang datang dari bepergian jauh atau dari tempat bekerja, ada satu hal yang sangat tabu dilakukan, yaitu menyentuh orang yang datang dari kuburan. Hal ini benar-benar tak boleh dilanggar. Bila itu saya lakukan, hukuman akan segera menimpa saya.

Setiap orang yang datang dari kuburan tidak boleh disentuh, jarak harus dijaga sebelum ia menuju dapur untuk melukat dari air yang dilempar ke atas genting untuk kemudian ditadah. Hal itu belum cukup, sebab orang-orang yang belum mandi dan keramas, masih dianggap belum bersih. Jadi, masih ada satu ritual sebelum boleh disentuh. Sebelum adanya wabah Corona saya memandang semua ini adalah peristiwa gaib. Sangat mistis.

Pikir saya, “Jangan-jangan orang yang datang dari perjalanan jauh diikuti oleh makhluk gaib, apalagi dari kuburan yang jelas-jelas merupakan rumah bagi orang meninggal, pasti roh yang entah baik atau jahat banyak di sana. Kalau yang jahat ikut pulang bagaimana?” Begitu pikir saya ketika mendengar larangan seperti itu. Semakin dewasa, saya belum juga berpikir logis, hanya beranggapan, “nak gae-gaene gen, to!”

Sesampainya di rumah sepupu saya yang dikejar oleh anaknya ketika datang dari tempat kerja itu langsung melakukan beberapa ritual yang lebih modern. Pertama, dia melepas hampir semua barang yang digunakan, lalu menyemprot barang-barangnya dengan disinfektan, beberapa pakaiannya yang lain langsung direndam untuk dicuci, kemudian mandi, keramas, besok setelah itu baru mulai menyapa anaknya. Barangkali ini terdengar sedikit berlebihan, tapi saya setuju dengan sikapnya di tengah situasi seperti saat ini.

Sekarang, saya boleh malu terhadap diri sendiri, sebab dulu saya menganggap remeh persoalan ini. Hal seperti ini didukung oleh teman sepergaulan, bahkan kadang orang yang lebih tua berani berkata, “sing ada keto!”

Dan itu membuat saya semakin yakin, bahwa apa yang disampaikan oleh nenek hanya sebuah mitos! Mitos…! Sekarang, pesan lawas itu dibungkus dengan istilah kekinian dan beseliweran di media sosial. Alhasil, saya mengikutinya! Bukankah ini memalukan?

Ketika saya masih gemar nongkrong. Anak muda seumuran saya ketika itu pasti memilih tempat yang dilewati banyak orang. Bagi pemuda kampung, tempat yang paling strategis untuk nongkrong adalah tempat yang barangkali tidak terpikir oleh anak-anak zaman sekarang yaitu, pinggir pertigaan atau perempatan!

Tak ada yang ditunggu di sana, hanya duduk untuk ngobrol, menyiuli gadis lewat, hingga manggang-manggang. Kalau pulang, saya akan mengendap-endap berharap nenek tidak tahu. Alhasil, cara ini tidak pernah gagal, sebab setiap saya pulang nenek sudah tidur, esok harinya kalau ditanya tinggal katakan, “kemarin main ke rumah si Anu” semua beres!

Dulu omongan nenek yang semacam ini hanya omong kosong yang tidak saya pedulikan. Barangkali, dari dunianya, kini ia tertawa cekikikan sambil nyengir, “tuh kan, dilakuin juga sekarang!”

Hal-hal semacam itu perlahan bisa saya cerna akibat pandemi Covid-19. Larangan nongkrong di pertigaan atau perempatan saya pahami secara sederhana saja. Pertigaan atau perempatan menjadi tempat yang seolah angker barangkali karena memberi peluang besar terjadinya pertemuan, terlebih tiupan angin dari banyak arah yang mungkin membawa penyakit. Hal ini tentu saja tidak baik.

Saya membayangkan, bila sekarang saya nongkrong di pinggir perempatan atau pertigaan. Teman yang tak sengaja lewat mungkin akan berhenti untuk basa-basi tanpa kita tahu, dia sehat atau tidak, dan entah penyakit apa yang dibawa. Atau bisa saja di jalan kampung yang sempit, seorang pengendara yang lewat bersin kemudian angin meniupkan ke arah kita, maka hal tidak mengenakkan bisa saja terjadi. Untuk saat ini, pesan nenek saya coba ingat-ingat kembali.

Begitu pula dengan kasus datang dari kuburan tadi. Setelah melihat berita bahwa pasien Covid-19 yang meninggal harus ditangani secara ahli plus pakaian khusus, saya mencoba menghubungkannya dengan pesan nenek. Barangkali, orang meninggal dengan penyakit pun dari dulu dipercayai masih berkemungkinan menularkan penyakit sehingga sepulang dari sana harus bersih terlebih dahulu.

Sekarang, keponakan saya mulai terbiasa dengan situasi semacam ini. Ia mulai sibuk dengan hal yang sedang dikerjakan ketika ayahnya datang meski saya yakin, perhatiannya jauh dari mainan, melainkan tas kecil yang selalu dijinjing ayahnya dengan kejutan yang dibawa setiap pulang. [T]

Tags: covid 19filsafat balirenunganvirusvirus corona
Previous Post

Peran Nyata LPD Hadapi Covid-19

Next Post

Gadis China yang Menawan

Agus Wiratama

Agus Wiratama

Agus Wiratama adalah penulis, aktor, produser teater dan pertunjukan kelahiran 1995 yang aktif di Mulawali Performance Forum. Ia menjadi manajer program di Mulawali Institute, sebuah lembaga kajian, manajemen, dan produksi seni pertunjukan berbasis di Bali.

Next Post
Kerja di Kapal Pesiar, “Macolek Pamor” Dianggap Kaya

Gadis China yang Menawan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co