6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Bioritma Pemersatu Nusantara

Sugi LanusbySugi Lanus
April 22, 2020
inEsai
Bioritma Pemersatu Nusantara

Ilustrasi tatkala.co / wikipedia / Nana Partha

22
SHARES

Oleh Sugi Lanus bersama Donny Harimurti*

____

Pernah mendengar Bioritma (Biorythm)? https://en.wikipedia.org/wiki/Biorhythm

Dunia sempat berpendapat, bahwa manusia punya irama hidup untuk ketahanan fisik, emosi, dan intelektual yang berdaur secara teratur pasang naik dan pasang surutnya. Daur fisik 23 hari, emosi tiap 28 hari, dan intelektual 33 hari.

Tiap orang mengikuti siklus tubuh dan batiniah tersebut sejak lahir sampai mati. Siklus atau daur emosi 28 hari, misalnya, ditunjukkan dengan daur menstruasi bagi rata-rata kaum perempuan. Berbahagialah perempuan karena tubuhnya seiring dengan siklus semesta, dengan itu berkesempatan bersama semesta mengandung dan melahirkan kehidupan.

Bioritma juga dipakai mengukur pemilihan personel kunci yang menentukan keberhasilan perang sampai olympiade. Dulu sempat ada kalkulator bioritma.

Di Nusantara bioritma ini dikenal sebagai Kalender Wuku.

Dasar kalender Nusantara kuno ini lebih rinci berkaitan dengan wariga atau wewaran, mengandung perhitungan dari siklus 1 yaitu Ekawara sampai siklus 10 yaitu Dasawara, bersanding erat dengan perhitungan Wuku (siklus 7 dikalikan 30) yang disebut daur pawukon.

Kalender Wuku ini menentukan hari-hari penting penulisan dan pendirian prasasti, penobatan raja-raja, penentuan hari-hari suci di peradaban pardatuan, kedatuan, dan kerajaan-kerajaan dan komunitas kuno di Sumatera, Kalimantan, Sunda, Jawa, Bali, Buton, Kei, Sumba, dstnya.

Panjangnya wewaranyang diikat oleh pawukon ini masing-masing adalah 210 hari, atau di Bali disebut 6 bulan Bali.

Fisikawan Berlin ternama Wilhelm Fliess abad ke-19 — berdasarkan teori Sigmund Freud — merumuskan daur-daur bioritma membentuk siklus massal yang berdaur 23 x 28 x 33 = 21.252.

Periode nemu-gelangatau satu putaran oleh leluhur Nusantara dibagi menjadi 100 pawukon yang masing-masing sepanjang 210 hari. Totalnya 21.000 hari.

Kenapa rumusan fisikawan Jerman Wilhelm Flies sangat mendekati rumusan nemu gelang?

Dari mana leluhur kita tahu?

Biorhythm telah berdenyut dalam diri dan kehidupan masyarakat Nusantara kuno yang tubuh, napas, dan denyut hidupnya menyatu dengan alam sekitarnya, sungai, gunung-gunung, samudera, langit dan semesta.

Meskipun sempat menjadi pergunjingan sekian lama, bioritma semakin tidak populer karena fisikawan barat patah arang, tidak mempunyai tradisi pengetahuan kuno seperti yang dirumuskan leluhur kita lewat pendalaman laku hidup. Hening batiniah untuk mendengar denyut diri dan alam. Mereka gagal mencari realitas rumusannya, yang padahal, telah berlaku dalam kehidupan dan menjadi kalender peradaban Nusantara kuno dan tersisa sampai kini.

Sebagai bukti pengetahuan kuno ini masih hidup di Bali dan masih sangat menjadi pedoman utama untuk menentukan kalender kegiatan-kegiatan suci, pertanian, kegiatan nelayan dan semua aspek tradisi di Bali — ini berkaitan dengan bioritma karena aritmatikanya berasal dari micro-cosmos, yaitu tubuh manusia sendiri. Pengetahuan yang dihasilkan dari kesadaran kosmik, melalui pengetahuan diri bhuana alituntuk selaras-manunggal dengan alam semesta bhuana agung.

Di Jawa dan Sunda kalender wuku, sasih, titi mangsa masih menjadi jiwa dan irama kehidupan pedesaan.

Rumusnya:

“Wewaran alah dening Wuku, wuku alah dening penanggal lan pangelong, penanggal lan pangelong alah dening sasih, sasih alah dening dawuh, dawuh alah dening Sang Hyang Triyodasa Saksi”.

“Bahwa sistem siklus wewaran dikalahkan pengaruhnya oleh siklus pawukon, pawukon dikalahkan pengaruhnya oleh sasih (siklus bulan purnama dan bulan gelap), siklus sasih dikalahkan pengaruhnya oleh dawuh (putaran “momentum” waktu), “momentum” dikalahkan pengaruhnya oleh Sang Hyang Triyodasa Saksi — Maha Saksi Berwujud Tiga Belas Kekuatan Alam Semesta.“

Sang Hyang Triyodasa Saksi adalah Tiga Belas Kekuatan Mahadasyat pengatur semesta raya. KECERDASAN ULTIMA YANG MENGATUR SEMESTA RAYA. Ini sebab kenapa orang kita mengenal istilah cilaka tiga belasartinya tidak ada siapapun bisa membantu kalau kekuatan besar alam semesta raya bekerja di balik kejadian naas yang dialami.

Bioritma sebagai pemersatu alam pikir Nusantara

Pengorganisasian kehidupan petani, nelayan dan kerajaan di Sumatera, Sunda, Jawa, Bali, Lombok, sampai kepulauan Kei dstnya diikat oleh sebuah ikatan agenda kultural dan ritual bersama, yaitu sistem sasih dan kalender pawukon (30 x 7 hari = 210 hari), dikombinasikan dengan sitem lunar dan solar.

Setidaknya kalender Wuku telah mulai dikenal semenjak jaman Dinasti Sanjaya, Kerajaan Medang, sebagaimana tercantum dalam prasasti-prasasti Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala pada abad ke 8 masehi. Peradaban di balik kebesaran Candi Borobudur dan Prambanan memakai kalender Wuku.

Kalender Wuku sampai saat ini masih sangat relevan mengatur kehidupan keseharian dan sepanjang hayat sebagian warga Indonesia – warga rumpun Sunda, Jawa, Bali dan Lombok, dstnya.

Setidaknya ada 5 peran penting yang sampai saat ini masih relevan dimainkan kalender Wuku dan wewaran dalam kehidupan masyarakat di beberapa suku di Nusantara — seperti Sunda, Jawa, Madura, Bali, Sasak, Sumbawa, dll.

1. Mengatur agenda hajatan ‘ketuhanan’ dan ‘ritus’ keagamaan (ritual tradisional), termasuk hari-hari nyekar (ziarah kubur).

2. Pedoman memahami sebab musabab munculnya halangan hidup, pedoman menjalani tahap-tahap kehidupan, dan bagaimana hal-hal tersebut dirangkai atau dilalui lewat slametan dan ritual Nusantara lainnya.

3. Memahami tabiat dan bawaan bulan dan pralambangnya, serta bagaimana memusnahkan tabiat bawaan dengan ritual menghilangkan ‘pamali diri’ dan ruwatannya.

4. Menjadi pedoman untuk memahami persyaratan memelihara jiwa dan obat penghilang lara.

5. Menjadi media penyatuan dan pengaturan keharmonisan hidup dengan alam dan manusia lain, termasuk di dalamnya sebagai pedoman hari bertani (pertanian), melaut (nelayan), mengambil ternak (peternakan) dsbnya, ini ditempuh dengan perhitungan wewaran dan hitungan 210 hari (Wariga gĕmĕt sajroning wuku sawiji).

Kalender Wuku menjadi ‘sistem keyakinan bersama yang padu secara imajiner’, yang menyatukan ‘imajinasi’ kita sebagai sebuah rumpun suku-suku di Nusantara. Dalam kehidupan rumpun suku-suku Nusantara kuno, sekalipun mereka seolah-oleh sibuk dengan ‘kesukuannya’ masing-masing, mereka dipertemukan secara intens secara ‘kultural’ dan secara ‘batiniah’ oleh sebuah ikatan mendalam yang dibangun oleh mitos dan nilai-nilai yang dimajinasikan bersama, secara bioritmik, melalui piranti dan berbagai perwatakan dan narasi yang berada di balik 30 wuku yang menyusun kalender pawukon tersebut, yang memuat berbagai simbol kultural sarat makna.

Nenek moyang kita telah terasah dan ‘bertemu’ dalam ‘pertemuan kultural’ yang imajiner tersebut — berabad-abad sebelum kemerdekaan Indonesia — dalam menjalani kehidupan dengan keyakinan dan niatan yang penuh kedalaman rasa yang bioritmik. Sama-sama mendengar detak semesta dalam dirinya, dan diteguhkan dalam hidup berpedoman pada kalender Wuku dan sasih yang sama. Leluhur Nusantara di berbagai pulau, tanpa disadari, bertemu secara bioritma.

Kalender Wuku secara arkais berperan sebagai benang untaian yang mempersatukan irama kehidupan rumpun masyarakat Sumatera, Sunda, Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Bima, Kei dstnya dalam ‘ritmik-kalenderik’ yang sama.

Sekalipun terbentang gunung, sungai dan lintas laut serta pulau, mereka melangkah bersama dalam ‘siklus imajinasi’ – dijaga/diatur secara periodik dan tiada putus-putus. Irama kalenderik ini mengatur persamaan ‘persepsi imajiner’ mereka dalam melihat angin, hujan, laut dan ombak, juga berbagai mitologi yang melingkupinya.

Dalam mekanisme bioritmik ini leluhur menemukan hari baik buruk untuk memulai sesuatu agar tidak terhalang dalam pekerjaan, berkarya, memenuhi panggilan ritus kehidupan ruhaniah.

Bioritma kalender Wuku secara ‘misterius’ menjadi salah-satu pengikat ‘imajinasi kebangsaan’, ‘identitas kebangsaan’, memberi andil dalam membentuk ‘rasa ke-indonesia-an’ yang arkais di alam bawah sadar masyarakat Nusantara.

*Tulisan BIORITMA PEMERSATU NUSANTARA ini oleh Sugi Lanus bersama Donny Harimurti, yang menimbang ada keterkaitan antara Wuku dengan teori biorythm, terkhusus kaitannya dengan apa yang dirumuskan oleh fisikawan Wilhelm Fliess.

Tags: BioritmaNusantarapersatuan
Previous Post

Orang Desa Bicara Desa

Next Post

Peran Nyata LPD Hadapi Covid-19

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post
Covid-19, LPD Baiknya Ringankan Kredit Krama – Contoh LPD Peliatan Ubud

Peran Nyata LPD Hadapi Covid-19

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co