25 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Lontar Aji Swamandala yang menganjurkan pengunduran Tawur Kasanga untuk dilakukan pada Tilem Kadasa, sebulan kemudian, seadainya Tilem Kasanga jatuh pada periode Uncal Balung, atau sebelum  Buda Pahang, 35 hari setelah Galungan. [Foto Sugi Lanus]

Lontar Aji Swamandala yang menganjurkan pengunduran Tawur Kasanga untuk dilakukan pada Tilem Kadasa, sebulan kemudian, seadainya Tilem Kasanga jatuh pada periode Uncal Balung, atau sebelum Buda Pahang, 35 hari setelah Galungan. [Foto Sugi Lanus]

Tawur Kasanga versus Uncal Balung (2) – Pertarungan Rezim Kalender Sasih dan Kalender Pawukon

Sugi Lanus by Sugi Lanus
March 21, 2020
in Esai
241
SHARES

[ringkasan artikel]

Ada dua rezim[*] kalender di Bali:

1. Kalender Sasih (Perhitungan merujuk pada Purnama dan Tilem [bulan gelap])

2. Kalender Pawukon (Perhitungan merujuk pada 30 wuku, yang masing-masing wuku terdiri dari 7 hari, seperti putaran mingguan, sehingga satu putaran menjadi 210 hari. Weton di Jawa dan Bali mengikuti putaran Pawukon)

Penentuan Odalan dan ritual keagamaan di Bali penjadwalannya ditentukan dengan sasih, sesuai purnama atau tilem, dan satunya lagi berdasarkan Wuku dan Sapta Wara berkombinasi dengan Panca Wara.

Ada beberapa pokok yang perlu dipahami terkait kesejarahan pemakaian kedua rezim kalender ritual ini:

1. Sebelum Raja Udayana tidak menyebutkan Wuku dalam prasastinya. Kemungkinan kalender Pawukon baru masuk atau diperkenalkan ketika zaman Udayana.

2. Pura-pura kuno di Bali kebanyakanan perayaan tahunanya mengikuti jadwal Purnama-Tilem, artinya mengikuti rezim kalender Sasih. Demikian juga siklus ritual desa-desa Bali kuno merayakan ritual desa dengan istlah Ngusaba Desa dan Ngusaba lainnya dengan pertimbangan agenda sesuai kalender Sasih. Mereka kelihatannya lebih mengikuti “rezim sasih”. Ketika saya masih kecil saya mendapat cerita kalau ada masyarakat Bali Aga tidak menaikkan penjor ketika Galungan, ada indikasi tidak “menngikuti perayaan Galungan” karena telah melakukan tradisi keagamaan dan ritual yang diutamakan menurut kalender Sasih (?). Sekarang kebanyakan desa yang dimaksud tersebut telah “ikut magalung”.

3. Sundarigama merupakan lontar yang mengikuti Rezim Pawukon. Semua upakara mengkuti siklus 30 x 7 hari. Ini dijadikan pedoman semua hari besar yang disucikan menurut siklus 210 hari atau weton, oton.

4. Aji Swamandala adalah lontar yang berusaha menjaga semua ritual mengikuti pola pawukon ala Sundarigama. Sehingga, jika terjadi tumpang tindih periode atau hari perayaan yang besar terjadi, maka yang diutamakan untuk diikuti adalah Pawukon. Yang tidak sejalan ditunda. Salah satu bentuknya adalah pelarangan berbagai kegiatan keagamaan dalam periode Nguncal Balung.

5. Jika kita melihat tradisi kalender Sasih, maka Tawur Kasanga menjadi puncak yang terbesar, dirayakan secara serempak di Bali, dan setelah kemerdekaan menjadi bagian perayaan Hindu di Nusantara.

6. Jika kita melihat tradisi kalender Pawukon, maka rangkaian Galungan-Kuningan sampai Uncal Balung tidak boleh diintrupsi. Semua kegiatan lainnya mesti ditunda, menurut rezim kalender Pawukon.

Setelah kemerdekaan RI, dan penetapan serta pengakuan semua tradisi Hindu Nusantara dipayungi di bawah PHDI dan lembaga lokal lainnya yang merujuk di bawah PHDI, perayaan Tawur Kasanga berkembang secara nasional dan telah menjadi perayaan Hindu Nasional. Seluruh Hindu di Nusantara semenjak diakui sebagai perayaan dan libur nasional ikut merayakan Tawur dan Nyepi.

Sementara itu, sampai saat ini rezim kalender Pawukon yang berisi ketetapan perayaan Galungan sampai Uncal Balung, dll, tidak (belum) menjadi bagian dari tradisi Hindu di suku-suku lain di Nusantara. Galungan tidak dirayakan di Karo, Tengger, Kei dll. Berbeda dengan Tawur Kasanga yang berbasis pada kalender Sasih yang telah diadopsi menjadi bagian tradisi Hindu di Nusantara, bahkan secara formal Hari Raya Nyepi diakui sebagai Hari Raya Nasional, ditetapkan dalam kalender nasional sebagai hari libur.

Ketika masyarakat di Hindu mau merujuk kembali ke Pawukon saja — katanya Tawur Kasanga diundur pelaksanannya ke sebulan yaitu Tilem Kadasa sesuai ajaran lontar Aji Swamadala — maka harus dipertimbangkan kebingungan yang muncul jika Tawur Kasanga juga ditunda dilakukan juga dikenakan pada suku-suku lain yang tidak mengikuti rezim kalender Pawukon?

Pesamuhan Agung PHDI Bali melalui Surat Keputusan Nomor 2/TUS/PHDI Bali/I/2016 telah memutuskan bahwa Tawur Kasanga dan rangkaian Nyepi tetap dilaksanakan di masa Uncal Balung (sebelum Pegatwakan) dengan berbagai pertimbangan dan keputusan ini tetap dipakai acuan di masa depan jika terjadi hal yang sama. Jika ini ingin dikaji ulang, tentu hari melalui koridor pertemuan kajian dan juga lewat pencabutan dan atau penetapan kembali, setelah kajian ulang terhadap bagaimana mencari titik tengah di antara rezim kalender Sasih dan kalender Pawukon. [T]

[*] Rezim adalah serangkaian peraturan, baik formal (misalnya, Konstitusi) dan informal (hukum adat, norma-norma budaya atau sosial, dll) yang mengatur pelaksanaan suatu pemerintahan dan masyarakatnya, beserta interaksi keagamaan, ekonomi, pemerintahan, secara umum serangkaian aturan yang dipakai untuk masyarakat.

BACA JUGA:

  • Tawur Kasanga Versus Uncal Balung (1) – Aji Swamandala, Lontar Kontraversi

Tags: Hari Raya NyepihindulontarTawur Kesanga
Sugi Lanus

Sugi Lanus

pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Foto ilustrasi: FB/Hendra Enteriadi
Esai

Bekerjalah pada Pekerjaan yang dapat Membuat Anda Bahagia

“Ketika mengejar kekayaan atau karir jangan sampai mengorbankan kesehatan. Karena sebenar-benarnya, kesehatan adalah kekayaan yang paling berharga” -Richard Baker- ____ Kerja apa dikerjain? itu ...

September 12, 2019
Novel Kunang-kunang Hitam
Ulasan

Kunang-kunang Hitam: Sebuah Narasi Tentang Perempuan dan Alam

Judul: Kunang-kunang HitamPenulis: Geg Ary SuharsaniPenerbit: Binsar Hiras, 2020ISBN: 978-623-92658-1-4Cetakan pertama, Januari 2020, 14x20cm,166 halaman Perkembangan industri pariwisata di Bali ...

December 20, 2020
Kegiatan sosial Karang Taruna Desa Bungkulan, saat pembagian masker di pasar Bungkulan, Buleleng, Bali
Esai

Pandemi, Momentum Menjaga Spirit Gotong Royong.

Tidak terhitung lagi dampak yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19, mulai dari ekonomi, sosial hingga budaya. Kita rasakan bersama, di sekitar ...

June 20, 2020
Foto: koleksi penulis
Peristiwa

“Singaraja Movement”, Kebangkitan Skena Musik Bawah Tanah Singaraja?

DALAM skena musik bawah tanah di Bali, kota Singaraja memang tak terlalu masyur namanya. Berbeda ketika membicarakan jalan kreativitas seni ...

February 2, 2018
Petani Rumput Laut di Nusa Penida. Sumber Foto: balipost.com
Opini

Di Nusa Penida, Ketika Pariwisata “Menghegemoni”, ke Mana Generasi Petani Rumput Laut?

Sektor apa yang paling ampuh dapat menarik generasi milenial bertahan dan bahkan kembali ke kampung Nusa Penida (NP)? Untuk sementara, ...

February 22, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Sayang Kukiss/Diah Cintya
Esai

7 Jurus Memperbaiki Diri untuk Melangkah pada Rencana Panjang | tatkalamuda

by Sayang Kukiss
January 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1360) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In