5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ibu, Kau Menyesal Mengandungku?

Satria AdityabySatria Aditya
March 16, 2020
inCerpen
Ibu, Kau Menyesal Mengandungku?
52
SHARES

Cerpen: Satria Aditya

Hari sudah nampak gelap, lampu-lampu di depan rumah sudah dimatikan. Beberapa anjing nampak berkeliaran seperti saling menyapa anjing-anjing lainnya. Di sudut gang nampak seorang wanita muda yang tertunduk lesu dengan raut wajah pucat dan air mata yang terus mengalir, ia berdiri di bawah lampu jalan yang remang. Ia masih menangis, kakinya kotor entah dari mana. Ia terus saja menangis sampai kakinya gemetar dan tersungkur di bawah tiang lampu itu.

Beberapa waktu sebelumnya, nampak seorang lelaki menemuinya di depan rumah kontrakan. Entah apa yang mereka bicarakan, namun nadanya sangat tinggi sampai si wanita itu menangis sejadi-jadinya. Lalu, mereka pergi ke suatu tempat.

Di sudut kota, sangat dekat dengan laut. Mereka berhenti di suatu tempat yang sangat kotor, bau dan belatung di mana-mana. Plastik, dedaunan sampai bangkai ada di sana. Wanita itu lalu membuang sebuah kantong plastik dengan darah yang memenuhi kantong plastik itu. Baunya sangat amis. Dengan raut muka yang sangat pucat dan air mata yang terus membasahi pipi wanita itu sejak tadi.

Pria itu langsung mengajaknya pergi dari tempat itu dengan kecepatan motornya yang sangat kencang. Lalu, wanita itu ditinggalkan di depan gang yang sudah sunyi tak ada orang atau kendaraan yang lalu lalang. Hanya ada suara lolongan anjing dari kejauhan. Wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, sedangkan pria itu pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata.

Wanita itu masih saja duduk tersungkur di bawah tiang lampu. Dengan tubuh yang sudah tampak lemas wanita itu berusaha berdiri namun tetap saja tersungkur kembali. Ia mencoba kembali, sampai akhirnya ia bangun dan berjalan ke rumahnya dengan tubuh yang masih gemetar. Anjing-anjing di sana menggonggong wanita itu, tetapi ia tidak menghiraukan sama sekali. Sampai di rumahnya, wanita itu kembali tersungkur di atas kasurnya dan kembali menangis sejadi-jadinya. Tiba- tiba saja dengan tidak sadar wanita itu tertidur pulas setelah tangisnya yang tak kunjung selesai.

Di tengah pulasnya, seseorang mengetuk pintu dari luar.

“Siapa?” tanya wanita itu sedikit ragu. Ia berjalan pelan menuju pintu.

Pintu masih terketuk, tapi tidak ada siapapun yang menjawab pertanyaan wanita itu. Ia lantas gemetar, ada sekelebat bayangan dipikirannya; antara itu maling atau pria yang mengajaknya ke tempat dimana bangkai, belatung dan sampah-sampah busuk bercampur menjadi satu. Wanita itu kian takut, tangannya gemetar untuk membukakan pintu.

“Si.. si.. siapa?” Wanita itu terbata-bata.

Dengan tangan gemetar wanita itu memberanikan diri membukakan pintu. Seorang anak dengan tubuh yang kotor dan penuh lumpur dengan muka yang sangat pucat berdiri di depan pintu. Darah melekat di sekujur tubuhnya dan tali pusar yang masih melekat.

“Kau siapa?” tanya wanita itu dengan tubuh gemetar.

“I…buu… ibuu..”  anak itu menjawab lirih.

Kakinya lemas seperti mati rasa, ia tak bisa melakukan apapun, wanita itu  jatuh tersungkur ke lantai. Menangis, hanya itu yang bisa dilakukannya.

“Kenapa, Bu? Kenapa kau membuangku di tempat itu?”

Wanita itu semakin ketakutan, ia terus menangis dan tubuhnya membeku. Ingin sekali wanita itu berkata, tapi tak sepatah kata pun bisa terucap dari bibirnya. Mulutnya seperti dibekap oleh tangan yang sangat besar.

“Ibu…, aku anakmu, yang kau buang di tempat pembuang sampah yang besar di sudut kota itu, Bu, tepat setelah kau meminta maaf padaku. Bu, kenapa kau membuangku? Apa kau tidak menyayangiku? Kau menyesal telah mengandungku, Bu?” lanjut anak itu sembari mendekatinya.

Rasa bersalah seperti menampar di kiri kanan wajahnya. Ia semakin ketakutan melihat anak itu mendekatinya. Tubuhnya tak bisa bergerak sama sekali—tangisnya semakin menjadi-jadi. Sampai anak itu memegang tangannya dan duduk di depannya.

“Bu, sayangi aku. Aku belum sempat memeluk dan menyayangi kau, Bu.” Katanya sambil melihat wajah wanita itu.

“Maafkan aku,” jawabnya lirih sembari menundukkan kepalanya.

Tangan wanita itu masih gemetar merasakan begitu dinginnya tangan anak itu. Ia menghela nafas lalu mencoba berbicara dengan anak itu.

Wanita itu menatap wajah anak itu. Ia menangis dan memberanikan diri mengusap wajah anak itu. Anak itu tersenyum, seperti menunjukkan giginya yang hanya satu dan matanya yang sipit karena tersenyum.

“Maafkan aku. Aku menyayangimu. Aku tidak bermaksud membuangmu di tempat busuk itu. Anjing busuk yang tidak mau bertanggung jawab itu yang tak ingin kau dilahirkan!” Sambil menangis ia memeluk tubuh anak itu.

“Aku tahu, Bu. Aku tahu semuanya. Aku bisa melihatmu, meskipun masih menjadi gumpalan darah di rahimmu.”

“Kau tau betapa sakitnya aku harus membuangmu? Aku tahu perbuatanku itu salah. Dia mengajakku ke rumahnya. Aku terhasut rayuan, kedua mata dan telingaku seakan ditutup oleh cinta, oleh sesuatu yang begitu indah di bayanganku. Hingga aku tak bisa menolaknya.”

“Bu, jangan menyesal.  Itu adalah perbuatanmu. Aku tahu kau menyayangiku, sampai tubuhmu memar untuk mempertahankanku. Bu, aku akan selalu menyayangimu. Walaupun kau terpaksa membuangku di tempat yang tak semestinya.”

Wanita itu masih memeluk erat tubuh anak itu. Ia masih menangis dan penyesalan yang tak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya adalah telah membuang orok yang belum sempat merasakan kebahagiaan pelukan ibu.

“Anakku, maafkan ibumu ini. Sampai kapanpun aku tak akan pernah berhenti menyesal. Kau anak laki-laki yang sangat manis. Entah kau tidak dilahirkan atau dilahirkanpun aku akan tetap menyayangimu.”

“Bu, aku akan datang setiap hari. Memelukmu, tidur di sampingmu dan menjagamu, Bu.”

“Maafkan aku, maafkan aku!” Ia mengulang kata itu beberapa kali sembari menangis semakin keras.

Ketika wanita itu membuka matanya, anak itu telah menghilang dari pelukannya. Wanita itu kebingungan, matanya bergerak ke berbagai arah memastikan ke mana anak itu. Wanita itu menangis terus menerus seperti air matanya tak akan pernah habis-habis. Tiba-tiba wanita itu terbangun, menangis setiap memimpikan hal yang sama. Penyesalan seperti jalan panjang yang tak pernah ada ujung pangkal yang selalu menghampirinya, di setiap hari yang ia lewati.

Sesekali ia seperti menimang sambil tertawa lalu menangis kembali lalu seperti menyusui lalu menangis kembali lalu bernyanyi-nyanyi lalu menangis kembali lalu, begitu seterusnya. [T]

*Cerpen ini hasil workshop penulisan cerpen sehari dalam acara Mahima March March March, 14 Maret 2020 di Rumah Belajar Komunitas Mahima.

Tags: Cerpen
Previous Post

Prank

Next Post

Penguatan Bahasa Nasional Indonesia di Era Disrupsi: Dominasi, Infiltrasi dan Dialogisasi

Satria Aditya

Satria Aditya

Alumni Universitas Pendidikan Ganesha. Kini tinggal di Denpasar, jadi guru

Next Post
Penguatan Bahasa Nasional Indonesia di Era Disrupsi: Dominasi, Infiltrasi dan Dialogisasi

Penguatan Bahasa Nasional Indonesia di Era Disrupsi: Dominasi, Infiltrasi dan Dialogisasi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co