Kenapa saya belajar ilmu ekonomi? Toh juga selalu menjadi pencari berita.
Ilmu ekonomi rasanya tidak ada pengaruh dalam kehidupan dan kegiatan saya sehari-hari.Toh juga saya sudah bekerja sebagai pencari berita di salah satu televisi lokal diBali.Buat apa saya jauh- jauh berjuang,menghabiskan dana sekian juta guna meraih gelar sarjana Ekonomi.
Saya ingat sekali, awal tahun 2016 silam,Saya pertama kali ditugaskan sebagai wartawan di tanah kelahiran saya,yakni Kabupaten Buleleng.Awal tahun 2016 pula,saya pertama kalinya ikut kegiatan orientasi kehumasan yang diselenggarakan oleh Humas Pemkab Buleleng yang saat ini bernama Protokol dan Komunikasi Pimpinan.Pada waktu itu,rute yang dipilih ke Sulawesi Selatan.
Pertama kalinya, sebagai orang baru, dan bertemu dengan sejumlah rekan kerja yakni wartawan yang lebih dulu bertugas di Kabupaten Buleleng, saya mencoba menggali Latar bekalang pendidikannya. Ternyata sebagaian besar pendidikannnya sudah tingkat D3 hingga sarjana berbagai jurusan.
Dari situlah saya berfikir, hanya saya yang saat itu belum memiliki gelar sarjana. Sedangkan tuntutan kinerja mengharuskan kita mempunyai gelar, guna mampu bersaing jika nantinya ijazah SMA/SMK sudah tidak diperlukan lagi.
Saya pun bercerita dengan rekan sekamar saya,yang pada saat itu belum saya ketahui jika orang yang saya ajak sekamar adalah Presiden Komunitas Jurnalis Buleleng ( KJB), Ketut Wiratmaja. Saya pun diberikan banyak sekali wejangan oleh beliau. Mulai dari awal berdirinya Komunitas Jurnalis Buleleng, cara-cara liputan hingga karakter-karakter dari teman-teman seperjuangan.
Tanpa sadar saya nyeletuk, menyampaikan bahwa saya akan melanjutkan pendidikan, namun masih bingung mau ke mana,dan mencari jurusan apa. Dengan cepatnya Wiratmaja langsung menelpon Rektor Universitas Panji Sakti Singaraja,yang pada waktu itu dijabat oleh Dr.Ketut Gunawan,MM. Saya terkejut,persiapan hingga dana belum ada,mau gimana? Dengan santainya Wiratmaja menjelaskan, masuk dulu bayar belakangan.
Singkat cerita,temen yang lain sudah pada mulai pembelajaran, saya masih sibuk mencari berita, guna mengisi ruang redaksi. Dua bulan berlalu, saya mulai berkuliah seperti biasa, saya sudah putuskan untuk bergabung dengan Fakultas Ekonomi dengan tujuan dan pandangan yang belum jelas. Kemana saya akan bawa gelar ini nantinya? Toh juga akan tetap menjadi seorang pencari berita.
Seperti lagunya Anak Agung Raka Sidan, semester awal 1,2,3 saya selalu rajin kuliah. Permata kuliahan pada saat itu jarang saya tinggalkan. Nah mulai pada semester 4,5,6 sudah mulai rada-rada sebulan sekali mengunjungi kampus tempat saya menuntut ilmu. Bukan karena banyaknya liputan dan kegiatan, melainkan penyakit ngekoh (malas-malasan) muncul terus di setiap jadwal perkuliahan. Ngekoh mungkin akibat saya belum tahu jawaban, kenapa saya kuliah di Fakultas Ekonomi.
Akhirnya keresahan dan kegelisahan saya mencari Jurusan Ekonomi, terjawab pada akhir semestar 6. Sebuah kenyataan bahwa pada akhirnya semua orang, cepat atau lambat, akan berurusan dengan ilmu ekonomi, contohnya uang. Terlepas dari apapun jurusan kuliah, apapun bidang ilmu yang ditekuni, apapun karya hidup, tidak ada profesi yang jauh dari uang.
Pribadi saya sebetulnya meyakini bahwa “mengejar uang” bukanlah tujuan hidup yang tepat. Kita bukan belajar untuk bekerja dengan tujuan “hanya” untuk mendapatkan uang, tapi kita belajar untuk berkarya dalam hidup, dan uang hanyalah media atau fasilitator agar kita tetap dapat berkarya dengan efektif setidaknya.
Didasari pemikiran itu, saya berkesimpulan bahwa semua orang setidaknya perlu memahami dasar-dasar ilmu ekonomi. Walaupun kelak akan berkecimpung pada bidang profesi yang kesannya “sangat jauh” dari dunia ekonomi, katakanlah seorang dokter, programmer, atlit, desainer,Youtuber, atau aktivis lingkungan sekalipun, akan tetap butuh memahami bagaimana uang bekerja.
Jadi intinya ilmu ekonomi menurut saya sebenarnya adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam menentukan pilihan yang tujuannya untuk mencapai kesejahteraan. Wah, kesannya luas sekali ya ilmu ekonomi itu, dari mulai urusan dapur sampai urusan negara. Ya, memang ilmu ekonomi itu luas sekali, kita bisa lihat dari perspektif sempit sampai yang luas. Dari mulai perekonomian individu, keluarga, perusahaan, negara, sampai skala internasional.
Kesimpulan simpel sekali menurut saya, penting banget – setidaknya kita bejalar ilmu ekonomi, apalagi meraih sarjana ekonomi. Sekali lagi, bukan karena saya mendewakan uang atau ilmu ekonomi, tapi kita perlu kondisi finansial yang sehat untuk tetap bisa berkarya, terlepas apapun bidang yang kita tekuni. Rasanya ironis sekali, jika ada orang yang berkontribusi besar dalam karya bidang ilmunya, tapi terpaksa langkahnya terhenti hanya karena kesulitan keuangan.
Itulah tujuan saya mencari dan mengejar sarjana ekonomi yang tinggal beberapa langkah lagi. Bagaimana kita bisa berkarya yang tak terlepas dari prinsip ekonomi yang begitu luasnya.
Saran buat temen-temen lainnya, terutama yang merasa bekerja di bidang yang jauh dari urusan ekonomi, jangan malu menjadi Sarjana Ekonomi. [T]