Kejiwaan yang dimaksud disini adalah spiritualitas ( spirituality ) yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan Religi atau kepercayaan tertentu.Spiritualsimplenyabisa diartikan akan kesadaran seseorang yang lebih kepada keberadaan Sang Jiwa dalam setiap individu yang lepas dari nilai nilai materialisme. Kejiwaan yang mana sifat dan tekstur perasaanya lebih halus.
Oleh karenanya, pemenuhan kebutuhan spiritualitas adalah dengan cara melihat kedalam dengan memutuskan segala koneksi dengan kesenangan – kesenangan yang mengandung unsur duniawi : nafsu & keserakahan.
Kepercayaan , budaya dan tradisi kita di Bali kuat menanamkan pemahaman Tri Hita Karana yang menyebutkan koneksi dengan Tuhan, sesama manusia dan dengan alam yang mengantarkan kita pada keharmonisan. Koneksi dengan Tuhan dilaksanakan dengan cara : menghaturkan yadnya dan persembahyangan . Sedangkan dengan alam, disamping dengan yadnya juga diwujudkan dengan perilaku menjaga kelestarian dan keseimbangan alam . Tidak berburu, tidak mengotori dan “menyakiti” alam.
Harusnya, jelas terpapar adanya pemahaman akan unsur kejiwaan atau spiritualisme dalam kehidupan ini. Spiritual itu natural adanya dalam setiap individu yang ada. Di saat kita menjalani hidup dalam berbagai aspek dan tahapannya, kita mungkin saja mencapai titik di mana kita menyadari bahwa semua hal dimana kita pernah dan sedang terlibat – semua yang kita anggap penting dan berharga tidak benar-benar menuntun kita pada pemenuhan atau kepuasan batin yang menciptakan perasaan ketidak lengkapan.
Ruang lingkup spirituality atau kejiwaan jauh diluar jangkauan unsur – unsur duniawi. Berangkat dari perspektif inilah akan banyak menimbulkan pertanyaan dalam level kesadaran batin mengenai Sang Jiwa. Orang bijak sangat memahami jika, semua jawaban mengenai kehidupan dan jiwa yang selama ini kita cari diluar sana – sudah ada didalam diri kita. Hanya saja kita belum bisa mendapatkannya karena ada cara atau metode tertentu yang digunakan .
Kita terlalu menyibukkan diri untuk memenuhi kebutuhan fisik dengan memanfaatkan panca indriya , pikiran dan perasaan kita. Namun apabila kedua mata mulai ditutup , indriya lainnya digunakan dalam keadaan siaga dan sadar , mengambil sikap badan tegak dan nyaman , pikiran fokus terkontrol – dalam keheningan perjalanan batin inilah jawaban itu nantinya akan dapat ditemukan. Katakanlah bermeditasi, merupakan cara yang tepat yang dapat dilakukan.
Meditasi – kedengarannya sangat mudah . Pemahaman awam : duduk diam merenung. Hanya sampai disana sajakah? Pasti ada banyak hal yang perlu dipahami. Dua mata kita sebagai indriya penglihatan , memiliki fungsi untuk melihat keluar – keadaan di luar yang bersifat objek duniawi dan di sekitar badan fisik ini. Ada istilah mata ketiga atau inner eye . Mata ini membawa kita kepada pemahaman mendalam karena “melihat” dengan kebijaksanaan dan intelek yang mana informasi yang ditangkap bukan lagi dalam wujud objek tertentu melainkan vibrasi energi.
Sekali lagi , meditasi adalah praktek spirituality yang telah berusia ribuan tahun dengan cara mengontrol pikiran dan indriya dalam sikap tubuh yang tegak dan siaga. Pikiran sejatinya bisa membimbing kita menuju kepada kedamaian, penyembuhan ataupun sebaliknya menjerumuskan kita kedalam penderitaaan.
Maka dari itu, sadarilah akan the power of mind. Sakit dan bahagia datangnya dari bagaimana kita mengelola pikiran. Ketika dalam posisi duduk dengan kaki bersilang , tulang punggung harus dalam posisi tegak. Semua bagian tubuh mulai dari ujung kepala hingga kaki dalam posisi siaga – awarenamun relaxed.
Sikap tegap ini sangat berpengaruh pada bagaimana sirkulasi energi prana didalam tubuh mengalir tanpa adanya hambatan.Diawali dengan keteguhan yang kuat secara disiplin , lama kelamaan akan terbentuklah habit.
Dengan pola kebiasaan yang telah terarah ke hal yang lebih positif memicu perubahan terhadap kualitas energi spiritual kita: kecantikan dari dalam , intelektual dan aura otomatis akan terpancar keluar dan terlihat melalui badan fisik, tingkah laku, bagaimana kita berbicara dan bagaimana kita bereaksi atas suatu hal.
Pikiran ini tidak lagi terisi dengan segala keluh kesah, kebingungan, ketepurukan namun telah menjadi tempat lahirnya ide-ide dan berbagai inspirasi yang nantinya pasti berguna dalam perjalanan hidup kita kedepannya. Kita mungkin perlahan-lahan akan menemukan passion – kecintaan atau sesuatu yang membuat kita selalu bergairah untuk melakukannya. Tidak peduli harus bangun lebih pagi, cuaca kurang bersahabat, atau alasan-alasan lainnya.
Ketika kita masuk lebih dalam ke dalam wilayah ini, selain disiplin yang lebih positif telah terbentuk kualitas diri kita pun menjadi lebih baik. Frekuensi energi kita setingkat lebih diatas. Layaknya sebuah radio, pada frekuensi tertentu tidak akan dapat menjangkau siaran dengan frekuensi yang berbeda.
Coba kita perhatikan mengapa untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik , harus dimulai dengan merubah frekuensi energi kita. Pada saat kita dapat mengendalikan pikiran ini , instead of mengulang-ulang kemalangan, kejelekkan, ketidaksempurnaan, akan jauh lebih bermanfaat apabila kita menanam bibit-bibit pikiran positif dengan berafirmasi.
Saya penuh dengan talenta. Saya penuh dengan cinta kasih . Saya sehat. Saya bahagia. Saya terberkati. Saya penuh perlindungan, dsb. Pernafasan harus lebih teratur, panjang, tenang, pada saat bermeditasi, hal ini dipercaya dapat memperkuat dan memperluas energi kehidupan (prana) pada setiap individu yang menjalaninya.
Begini, kita tahu ada aliran energi didalam tubuh kita. Untuk menciptakan keadaan sehat dan harmonis, energi harus dapat mengalir tanpa adanya hambatan. Seringkali apa yang kita pikirkan menimbulkan kegelisahan, kekhawatiran, marah, cemburu, iri hati, rakus, sedih – segala hal yang berbau negatif. Apabila tidak segera dikeluarkan atau ‘disembuhkan’ sudah pasti akan membawa segala macam kesengsaraan dan membentuk semacam block pada titik-titik tertentu.
Irama pernafasan yang tenang mempengaruhi irama pikiran kita. Semakin tenang nafas , semakin tenang pikiran. Dalam ketenangan muncul kejelasan ( clarity ). Jelas yang mana hitam dan putih tidak lagi abu-abu . Bijaksana. Pemahaman yang mendalam tentang Sang Jiwa yang murni dan bersih ,menyadarkan kita tidak perlu lagi memendam ketidaknyamanan dalam tingkat fisik, mental dan jiwa. Melepas dengan jalan afirmasi dan visualisasi – lagi lagi kekuatan pikiran – dan pernafasan merupakan kombinasi yang ampuh.
Perubahan akibat inner work , mengubah
frekuensi energi spiritual dan hampir semua pola dalam diri kita ( pikir ,
sikap , berbicara ) kearah yang lebih berkualitas. Inner work juga
mengantarkan kita kedalam pemahaman yang luas akan siapa dan apa kita
seutuhnya.
“The
Secret” karya Rhonda Byrne merupakan buku best – selling pada tahun
mungkin diantara 2006 – 2007 yang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan
telah terjual puluhan juta copy di seluruh dunia. Menjabarkan bagaimana ia
mengubah nasibnya melalui kekuatan pikiran. Ada hukum alam yang ia mengerti dan
lakukan yaitu Hukum tarik menarik (The law of attraction).
You become what you think about! Kita menjadi apa yang kita pikirkan ! – kurang lebih itulah pesannya. Dalam hukum tarik menarik ia menyebutkan beberapa langkah kerja untuk membuat keinginannya terwujud : minta (request), percaya (believe), visualisasi (visualization) dan terima (receive).
Untuk dapat mengirimkan permintaan pada semesta , haruslah ada getaran / vibrasi yang diterima. Maka dari itu buatlah dengan detail dan sejelas – jelasnya apa yang Anda inginkan, sehingga jelas juga vibrasi yang kita kirimkan. Vibrasi yang bekualitas guna menerima hasil yang berkualitas pula pastilah bermula dari energi spiritual yang berkualitas. Kembali lagi keawal, apa yang ada didalam diri kita – terpancar keluar. Semua terlahir sukses, semua terlahir berbakat, semua terlahir cerdas, semua terlahir sempurna.
Kita percaya akan adanya hukum karma yang dapat menjelaskan kenapa kita berada dalam kondisi yang berbeda dalam kehidupan ini. Namun ini bukan seharusnya menjadi pelampiasan akan nasib kita yang begitu-begitu saja. Terlebih lagi pada era sekarang , dimana kebutuhan duniawi menutupi kebutuhan batin menyebabkan keharmonisan dan keseimbangan tidak karuan-karuan disaat semua orang menginginkan ketentraman. Yang disangkanya membawa kepuasan, justru mengundang keserakahan.
Alam semakin menyempit dan kumuh.
Kesadaran semakin rendah. Dan kita seolah-olah nyasar tak tahu arah semakin jauh dari Sang Jiwa . Prinsip-prinsip
kejiwaan dalam menjalani hidup seperti : kemurnian, kepuasan batin, ketaatan
spiritual, belajar, kesetiaan – semakin jarang
walaupun beberapa pasti ada. Vibrasi energi kita, dapat mengubah kondisi
kita ke arah
positif maupun negatif -tergantung dari apa yang kita tanam di pikiran yang berdampak
pada frekuensi energi .
You Become What You Think About! Kita
Menjadi Apa Yang Kita Pikirkan! [T]