PROSA ALTAR SUCI
Dari balik jendela waktu
Terlihat bunga-bunga indah
Menghiasi sebuah pelaminan
Harum wangi parfum
Menapaki jejak jejak upacara suci
Rona mata
Sang Petualang ilmu
membias rasa bahagia
Kebahagian paripurna orang tua
Melepas lajang sang anak
Upacara ini,
Bukan hanya sebuah harum bunga dan parade janur
Saat dua rasa cinta
Memasuki altar suci
Pernikahan
Dua jiwa
membawa akar akar perjanjian
Dari
balik jendela waktu
Sang Petualang Ilmu
menikmati tetes air matanya
merembas ke palung jiwa
menatap sang anak
Menaiki jukung waktu
Berlayar ke samudera harapan
Melirihkan kidung kidung percintaan
Yang tak pernah mengenal warna
Inilah sebuah kitab cinta
Dari Altar Suci
Mengikat
Sebuah prasasti kesetiaan yang kudus
Tegar Beriman Cibinong, 15 Desember 2019 .
MERENUNG DI KAMPUNG PEMULUNG (1)
Menatap wajah wajah lusuh
para pemintal harapan
mereka tercabik
dari pergulatan hidup
yang mulai kehilangan
norma persaudaraan
Wajah wajah lusuh
tergolek dalam kekardusan waktu
berharap mimpi keluar dari kutukan
mereka terus
menyongsong cahaya masuk
dalam rongga zaman
yang kian memunculkan
rasa yang tak adil
katanya
negeri ini kaya akan rempah
tapi masih
ada yang makan nasi bekas
katanya
negeri ini makmur
tapi masih
ada jiwa berumah di kardus
luka mereka
tawa para penguasa
luka mereka
tangis ketidakberdayaan
dalam
mengarungi hidup
yang tak lagi punya warna
gelap yang mereka dapatkan
jadi potret air mata
dari luka para jelata.
Bogor (2019 )
MERENUNG DI KAMPUNG PEMULUNG (2)
Seorang ibu
menggendong anak balitanya
satu tangannya
menenteng tumpukan kardus
telah disusunya dari siang hari
peluhnya jadi aroma anggur
dari sepotong hari
yang melukiskan kekuatan batu
dari kumpulan doa doa nya
baginya
matahari mungkin tak ramah
baginya
gerimis jadi perahu ibadah
bagi seorang ibu
yang setia
menterjemahkan nasibnya
seorang ibu
senantiasa bergumpul dengan sampah
yang tidak dirindukan jadi sumpah
inilah fragmen
yang tak pernah ada endingnya
inilah fragmen
kekuatan lenguh ibu
dalam memintal
cahaya terang
bagi esok dan lusa
dari sisa nafasnya
yang jadi sajadah perjuangan.
Bogor (2019 )
UPACARA AIR MATA
Mendung menghuyung di langit agung
air mengamuk menjalar ke tembok tembok rumah
membongkar tiang tiang listrik
dan merabut cengkraman akar dari batangnya
bongkahan tanah membentang amarah
Siapa yang berada dibalik gelendong awan
mengarak tarian hujan yang tumpah
mengirimkan luka dan air mata
Engkau yang maha kuasa
telah mengajarkan kami
soal etika
menjaga irama harmoni alam
kegelapan ini
bukan semata mata hanya sebuah peringatan
dari Mu yang maha kuasa
kegelapan ini
apakah ini azab dari kealpaan kita
yang tak ramah pada harmoni alam
Januari di awal bulan 2020
Kau kirimkan sejuta luka
Kau tuangkan air mata
dalam pesta yang baru saja usai
ribuan jiwa teronggok luka
ribuan nafas mengeja
hari dengan puja dan doa
memintal kasih dari yang kuasa
meminta matahari kembali menyapa
hari hari yang gelap
hari hari yang didekap kabut duka .
Bogor, 1 Januari 2020
PROSA ALTAR SUCI
Dari balik jendela waktu
Terlihat bunga-bunga indah
Menghiasi sebuah pelaminan
Harum wangi parfum
Menapaki jejak jejak upacara suci
Rona mata
Sang Petualang ilmu
membias rasa bahagia
Kebahagian paripurna orang tua
Melepas lajang sang anak
Upacara ini,
Bukan hanya sebuah harum bunga dan parade janur
Saat dua rasa cinta
Memasuki altar suci
Pernikahan
Dua jiwa
membawa akar akar perjanjian
Dari
balik jendela waktu
Sang Petualang Ilmu
menikmati tetes air matanya
merembas ke palung jiwa
menatap sang anak
Menaiki jukung waktu
Berlayar ke samudera harapan
Melirihkan kidung kidung percintaan
Yang tak pernah mengenal warna
Inilah sebuah kitab cinta
Dari Altar Suci
Mengikat
Sebuah prasasti kesetiaan yang kudus
Tegar Beriman Cibinong, 15 Desember 2019 .
MERENUNG DI KAMPUNG PEMULUNG (1)
Menatap wajah wajah lusuh
para pemintal harapan
mereka tercabik
dari pergulatan hidup
yang mulai kehilangan
norma persaudaraan
Wajah wajah lusuh
tergolek dalam kekardusan waktu
berharap mimpi keluar dari kutukan
mereka terus
menyongsong cahaya masuk
dalam rongga zaman
yang kian memunculkan
rasa yang tak adil
katanya
negeri ini kaya akan rempah
tapi masih
ada yang makan nasi bekas
katanya
negeri ini makmur
tapi masih
ada jiwa berumah di kardus
luka mereka
tawa para penguasa
luka mereka
tangis ketidakberdayaan
dalam
mengarungi hidup
yang tak lagi punya warna
gelap yang mereka dapatkan
jadi potret air mata
dari luka para jelata.
Bogor (2019 )
MERENUNG DI KAMPUNG PEMULUNG (2)
Seorang ibu
menggendong anak balitanya
satu tangannya
menenteng tumpukan kardus
telah disusunya dari siang hari
peluhnya jadi aroma anggur
dari sepotong hari
yang melukiskan kekuatan batu
dari kumpulan doa doa nya
baginya
matahari mungkin tak ramah
baginya
gerimis jadi perahu ibadah
bagi seorang ibu
yang setia
menterjemahkan nasibnya
seorang ibu
senantiasa bergumpul dengan sampah
yang tidak dirindukan jadi sumpah
inilah fragmen
yang tak pernah ada endingnya
inilah fragmen
kekuatan lenguh ibu
dalam memintal
cahaya terang
bagi esok dan lusa
dari sisa nafasnya
yang jadi sajadah perjuangan.
Bogor (2019 )
UPACARA AIR MATA
Mendung menghuyung di langit agung
air mengamuk menjalar ke tembok tembok rumah
membongkar tiang tiang listrik
dan merabut cengkraman akar dari batangnya
bongkahan tanah membentang amarah
Siapa yang berada dibalik gelendong awan
mengarak tarian hujan yang tumpah
mengirimkan luka dan air mata
Engkau yang maha kuasa
telah mengajarkan kami
soal etika
menjaga irama harmoni alam
kegelapan ini
bukan semata mata hanya sebuah peringatan
dari Mu yang maha kuasa
kegelapan ini
apakah ini azab dari kealpaan kita
yang tak ramah pada harmoni alam
Januari di awal bulan 2020
Kau kirimkan sejuta luka
Kau tuangkan air mata
dalam pesta yang baru saja usai
ribuan jiwa teronggok luka
ribuan nafas mengeja
hari dengan puja dan doa
memintal kasih dari yang kuasa
meminta matahari kembali menyapa
hari hari yang gelap
hari hari yang didekap kabut duka .
Bogor, 1 Januari 2020