Setelah menyimak orasi ilmiah dosen saya saat kuliah dulu, saya menyimpulkan ada masalah dengan pendidikan kita. Meskipun dengan anggaran yang besar, pendidikan kita sepertinya stagnan. Bahkan setelah diperkenalkannya konsep revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0, pendidikan kita masih lemes sepertinya.
Saya pun bingung, konsep revolusi ini rasanya hanya diperkenalkan sebagai konsep dalam seminar dan lokakarya. Menyiapkan Pendidikan Era Revolusi 4.0, begitu kira-kira judulnya. Entah ngerti atau tidak, yang penting dapat nasi kotak. Hehehe…
Yang menarik dalam pendidikan saat ini adalah penunjukan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan. Seorang yang dikenal karena unicorn yang dia kembangkan menjadi revolusi banyak hal dalam aspek kehidupan manusia. Saya jadi teringat bahwa dulu Presiden pernah menunjuk orang yang saya kira sangat visioner terhadap pendidikan kita. Semua orang berharap besar padanya. Eh, malah dipecat.
Penunjukan Nadiem oleh Presiden menurut saya adalah sebuah perjudian dengan nilai taruhan yang besar. Mungkin saja Presiden ingin pendidikan Indonesia dapat menciptakan orang-orang seperti Nadiem. Nadiem adalah orang yang menghabiskan waktu belajarnya di luar negeri. Ia pernah kuliah d Brown University, dan Harvard Bussiness School. Lingkungan belajar yang tak mempersiapkannya menjadi PNS, atau jadi pegawai kontrak pemerintahan. Atau hanya sekedar bersiap untuk bekerja di dunia industri. Lingkungan belajar yang menyiapkan ia lebih dari pada apa yang banyak orang Indonesia cita-citakan.
Sebagai orang kreatif, Nadiem harus membuka ruang-ruang kreatif dalam pendidikan kita. Ruang-ruang untuk explorasi atas kreatifitas siswa yang dasarnya adalah minat dan bakat siswa. Siswa yang bakatnya bermain bola, biarlah bermain bola. Siapa tau nanti bisa main di Real Madrid. Klub bola yang sangat saya idamkan.
Berhentilah membangun tembok besar untuk ruang-ruang kreatifitas ini.
Tentu tidak mudah mengakomodasi kreatiftas yang sangat bermacam. Tapi setidaknya ada sistem yang mulai dibangun. Ada ruang dalam kurikulum untuk ini. Setidaknya sekolah menjadi wadah agar siswa mampu mengembangkan potensi terbaik dalam dirinya. Saya juga menyarakan agar full day school ini dihapus saja. Saya sadar bahwa kehidupan sekolah tak mulu-mulu tentang belajar matematika, kimia, fisika, yang pada akhirnya berakhir sampai ujian nasional saja.
Kita semua banyak yang berharap pada Nadiem. Ia muda, sukses, terkenal, pintar, lulusan luar negeri. Sama seperti menteri yang dulu pernah saya kagumi (kini tak lagi), yang kemudian diberhentikan. Tapi apakah Nadiem akan bernasib sama? Apakah dia akan lulus atau dipecat juga pada akhirnya? Jika ia mewacanakan menghapus ujian nasional, maka Nadiem sendiri saat ini ibarat menempuh ujian nasional untuk kemajuan pendidikan nasional.
Kita tunggu saja. Lebih-lebih pendidikan kita ini akan berevolusi ke arah yang lebih baik. Atau ini hanya sekedar perjudian biasa yang mempertatuhkan pendidikan kita? Selagi kita berenung, saya lanjutkan dulu menjawab soal simulasi test soal CPNS untuk tahun ini. [T]