10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Waktu-Luar dan Waktu-Dalam di Tahun Baru

Wayan SumahardikabyWayan Sumahardika
January 13, 2020
inEsai
Festival Penonton, Penonton Festival
47
SHARES

Banyak yang bilang, mari menyongsong tahun baru yang lebih baik. Yang buruk dibiarkan lalu. Kita bawa cita-cita baik menuju tahun mendatang. Hal-hal yang terjadi di tahun lalu, kita namai masa lalu, mengingatnya kini sebagai kenangan. Sementara tahun baru adalah masa depan. Tempat tumbuh harapan yang kita andaikan sebagai buah capaian diri. Maka masa lalu, masa kini, dan masa depan adalah tiga rangkaian waktu yang bergerak seperti sungai. Di atasnya adalah tubuh kita. Daun apung yang pasrah mengikuti alir waktu.

Oleh Agustinus, seorang filsuf abad pertengahan, waktu dikategorikan menjadi dua, yakni waktu objektif dan waktu subjektif. Waktu-luar dan waktu-dalam. Waktu objektif adalah waktu kolektif di luar diri manusia yang ditandai dengan hitungan tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, dan detik. Sementara waktu subjektif adalah waktu di dalam diri. Waktu eksistensial yang khusuk pada kualitas persepsi manusia sebagai dasein (aku yang meng-ada, aku yang me-waktu). Dalam pandangan lain, manusia bisa dikatakan sebagai pusat waktu. Tak ada hulu bernama masa lalu, tak ada hilir bernama masa depan. Yang ada hanya aku-waktu. Setiap hari adalah hari ini yang terhayati sepenuh-penuhnya, terhayati sesungguh-sungguhnya.

Jika dipikir, tentu begitu tegang manusia mengalami dua macam putar arus waktu ini. Waktu-luar menuntut kita menjadi bagian dari arena kultural sebuah peradaban. Percepatan, ketangkasan, efesiensi adalah standar yang mesti diperhatikan agar nilai kita tak tertinggal dan senantiasa sejajar dalam masyarakat sosial. Sementara waktu-dalam justru melarutkan kita pada dunia diri. Ruang renung yang suntuk mengeloni kualitas penghayatan diri sebagai individu. Kedua hal ini saling tarik menarik dan menjadikan manusia bingung, manakah sejatinya waktu yang mesti dipercaya?

Aktor teater barangkali merupakan salah satu yang paling terbuka menjadi ruang tatap manusia sebagai makhluk yang mewaktu. Sebab pada kerja aktor teaterlah, masa lalu, masa kini, dan masa depan hadir berkelindan pada satu dunia aktor bernama panggung. Masa lalu ditandai dengan tokoh dalam naskah yang akan dipentaskan, dengan konteks sosial yang terjadi di zaman naskah itu diceritakan dan dibuat. Masa kini adalah proses aktor menghayati dirinya sebagai manusia dengan segala biografi hidupnya, ditambah identitas sebagai aktor, serta proses penciptaan tokoh yang akan dimainkan. Sedang masa depan adalah hasil aktualisasi aktor terhadap tokoh yang dihadirkan di atas panggung pertunjukan.

Bisa dibayangkan, bagaimana tubuh aktor mengandung begitu banyak waktu di dalam tubuhnya. Waktu hidup sendiri sebagai aku-diri, waktu proses dalam menjalani latihan keaktoran sebagai aku-aktor, lalu waktu peran yang akan dimainkan sesuai konteks dan sejarah naskah sebagai aku-tokoh. Pada panggung pertunjukanlah, penonton dapat melihat waktu manusia yang begitu panjang jika dijalani pada kenyataan sehari-hari, kini dimampatkan dalam rangkaian alur, plot, babak, adegan dan durasi pentas dalam tubuh aktor.

Pada panggung pertunjukan pula hadir tawar menawar durasi pentas agar sesuai dengan batas waktu kuat penonton untuk khusuk menyaksikan pentas. Di sinilah kepiawaian aktor dituntut untuk mengelola segala waktu yang hadir dalam panggung. Bagaimana sang aktor membawa waktu-diri, waktu-aktor, dan waktu-tokoh di atas panggung, berinteraksi dengan waktu pemain lain, merespon waktu pentas, dan mengatur waktu gerr dan haru para penonton. Semua waktu terpusat pada diri aktor, sebagai tokoh yang bertugas mengemban gagasan pertunjukan agar mampu memprovokasi cara pandang penonton atas kenyataan hidup sekitarnya.

Di Bali, pada 2019 lalu, kita cukup berbahagia karena disuguhi begitu banyak ragam pentas yang mengingatkan kembali, bahwa panggung teater adalah ruang yang paling mewaktu. Ada Abu Bakar dengan Teater Bumi yang mementaskan ‘Detik-detik Proklamasi’, menghadirkan waktu sejarah Indonesia pada masa kemerdekaan. Ada Putu Satriya Kusuma dengan Teater Selem Putih mementaskan ‘Budak dari Bali Untung Surapati’ berdasarkan riset tentang perdagangan budak di Bali pada waktu kolonial, serta Nanoq da Kansas dengan Bali Eksperimental Teater yang mementaskan ‘Pan Balang Tamak Reborn’, hasil dekonstruksi cerita rakyat Bali yang cukup populer di masa lalu.

Semua pentas yang telah disebutkan mempunyai kecenderungan sama yakni menghidupkan kembali tokoh-tokoh masa lalu sebagai tema pertunjukan. Membawa waktu masa lalu ke dalam waktu panggung hari ini. Ditambah lagi karena semua pertunjukan dipentaskan pada rangkaian acara Festival Bali Jani 2019. Sebuah festival yang khusus menyajikan seni-seni pertunjukan kontemporer Bali hari ini. Tentu jadi menarik untuk dikuliti, bagaimana hubungan tema pertunjukan yang diangkat dengan gagasan dalam festival? Apakah pemilihan tokoh yang diangkat ini terjadi hanya karena keterpengaruhan seniman Bali satu sama lain, cara pandang dunia yang mirip, atau memang kebutuhan untuk menghadirkan tokoh-tokoh masa lalu dalam menjawab segala macam kenyataan yang hadir di Bali saat ini?

Pada panggung yang berbeda, kita juga disuguhi pentas ‘Pembelaan Dirah’ karya Cok Sawitri. Naskah yang pertama kali dipentaskan pada tahun 1999 ini kemudian dipentaskan kembali pada tahun 2019 dalam acara Borobudur Writers and Cultural Festival. Meski memunculkan ‘Dirah’ yang juga sebagai tokoh dari masa lalu, pentas jadi punya varian gagasan lain ketika Cok menariknya pada persoalan ketokohan ‘Dirah’ pada naskah dan keaktoran ‘Cok’ mememerankan tokoh pada rentang jarak 20 tahun. Bagaimanakah perkembangan gagasan tokoh dan aktor kemudian? Apa saja yang tumbuh dan berubah? Atau sejatinya 20 tahun yang terlewati tak melahirkan perkembangan gagasan apapun lagi?

Lain daripada itu, patut dipertanyakan pula strategi para sutradara dalam mentransfer penghayatan akan waktu-luar dan waktu-dalam dirinya kepada para aktor. Sebab aktor adalah pusat waktu dalam pertunjukan. Sama seperti manusia sebagai pusat waktu bagi dunianya. Aktor tak hanya sekadar robot di atas panggung yang dipakaikan kostum masa lalu, set artistik di masa antah berantah, serta gagasan silang sengkarut antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Apakah para aktor sendiri tahu pada waktu manakah ia berada? Jika tidak, alih-alih mempercayai panggung sebagai ruang yang mewaktu, justru panggung jadi ruang yang kehilangan waktu.

Aktor teater jadi tak ada bedanya dengan manusia-manusia yang kehilangan waktu-dalam dan sibuk dengan runitinas mekanis waktu-luar. Minim kualitas, minim penghayatan. Dalam konteks ini, waktu-dalam dan waktu-luar jadi semakin penting artinya untuk dijadikan sarana melatih kemampuan keaktoran. Waktu-dalam berfungsi sebagai ruang melatih kesadaran, menghayati diri sebagai tokoh utama, yang menggerakan sejarah hidupnya sendiri. Sementara waktu-luar membuat manusia peka atas kedudukannya, sebagai bagian kecil dari sejarah besar peradaban umat manusia.

Alhasil, pentas tak hanya sekadar jadi hitungan angka-angka, meloncat dari panggung satu ke panggung lain, meloncat dari hari satu ke hari lain. Yang seketika kita sadari panggung-panggung telah habis, hari-hari telah terlewati dan tahun tiba-tiba saja sudah berganti baru. Demikianlah kemudian kita baru merasa kehilangan waktu. Maka, agar tak hilang lagi waktu di tahun 2020 ini, atas segala doa dan harapan kawan-kawan teater menyongsong tahun baru, saya pun turut berdoa dan berharap biar panjang waktu membuat pentas-pentas baru. Semoga saja, pentas-pentas yang baru ini bisa membuat penonton berdecak, “ini baru yang namanya pentas! Untung saja aku luwangkan waktu buat menontonnya!” [T]

Denpasar, 2020

Tags: balirenunganTeater
Previous Post

Lomba Musikalisasi Puisi Dies Natalis Undiksha: FBS dan FE Baik, FHIS Mengejutkan

Next Post

Birama Hadir Lewat “Tresna Sing Meganti”

Wayan Sumahardika

Wayan Sumahardika

Sutradara Teater Kalangan (dulu bernama Teater Tebu Tuh). Bergaul dan mengikuti proses menulis di Komunitas Mahima dan kini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Pasca Sarjana Undiksha, Singaraja.

Next Post
Birama Hadir Lewat “Tresna Sing Meganti”

Birama Hadir Lewat “Tresna Sing Meganti”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co