17 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kata Mer[d]eka, Suara Persembahan Puspanjali

I Gede Gita Purnama A.PbyI Gede Gita Purnama A.P
December 15, 2019
inUlasan
Kata Mer[d]eka, Suara Persembahan Puspanjali
71
SHARES

Satu lagi kumpulan puisi berbahasa Bali lahir, lahirnya dari sebuah komunitas di Bangli, Bangli Sastra Komala. Buku kumpulan Puisi Puspanjali, sebuah buku hasil kompilasi beberapa puisi peserta lomba penulisan puisi yang diselenggarakan berkaitan dengan hajatan bulan bahasa Bali awal tahun 2019.

Buku ini berisi 37 puisi peserta lomba, ditambah 34 puisi dari sastrawan Bangli yang diundang untuk berpartisipasi mengirimkan puisinya. Ada beberapa hal menarik yang patut dicatat dari lahirnya buku kumpulan puisi ini, pertama, buku kumpulan puisi ini adalah bentuk pertanggungjawaban secara moral-sastra panitia penyelenggara lomba puisi serangkaian bulan bahasa Bali. Membukukan hasil lomba cipta karya sastra menjadi sebuah karya antologi adalah sebuah kewajiban moral-sastra yang seyogyanya harus dipenuhi oleh panitia penyelenggara lomba. Bukan perkara sepele, hal ini adalah usaha untuk mendokumentasikan setiap karya sastra yang telah lahir dari rahim sang penulis. Dokumentasi sastra ini juga kelak akan menjadi bagian dari sejarah sastra kita.

Usaha mendokumentasikan setiap karya yang lahir dari ajang sayembara atau lomba sastra Bali modern sempat menjadi hal rutin di era 1960-1970an. Kala itu Lembaga Bahasa Nasional dan Listibya yang mengadakan lomba-lomba sastra Bali modern membukukan karya-karya yang menjadi jawara dalam perhelatan tersebut. Nyatanya, produk dokumentasi tersebut hari ini perperan penting sebagai data primer melihat sejauh mana sastra Bali modern bergerak dalam kancah sejarah sastra di Bali. Tradisi dokumentasi ini kemudia alpa dilakukan oleh banyak penyelenggara lomba sastra, sehingga praktis kita kehilangan atau melewatkan begitu banyak dokumen sejarah pergerakan sastra, khususnya sastra Bali modern. Hari ini, dokumentasi berupa buku bukan hal yang rumit dan sulit, buku tak mesti dicetak, buku bisa dalam bentuk digital, dan justru ini menjadi kemudahan tersendiri dari sisi distribusi dokumentasi tersebut.

Catatan kedua dari lahirnya buku ini adalah buku ini menjadi salah satu buku antologi puisi bahasa Bali yang seluruh penulisnya adalah berasal dari satu daerah yang sama, Bangli. Semacam antologi sastrawan Bangli, kemudian berbicara soal Bangli, dan berkontribusi tidak hanya untuk sastra di Bangli. Sepanjang pengetahuan saya, dalam sastra Bali modern terdapat beberapa antologi puisi yang ditulis untuk didedikasikan pada satu kabupaten/kota, namun penulisnya tak semata berasal dari kabupaten/kota tersebut. Penulisnya berasal dari luar kabupaten/kota tersebut namun tinggal menetap di kabupaten/kota tersebut. Dalam bahasa rasisnya, penulisnya bukan orang pribumi, maaf. Perihal satu ini, barangkali tidak berdampak signifikan pada kualitas karya yang menjadi bagian antologi puisi tersebut. Hanya saja dari sudut pandang dokumentasi pengrang dan perkembangan kesejarahan pengarang, hal ini sangat penting.

Catatan ketiga adalah munculnya kejahatan sastra dalam hajatan lomba cipta karya puisi yang melatarbelakangi lahirnya buku ini. Dalam catatan pengantar yang ditulis Putu Supartika selaku salah satu juri saat lomba penulisan puisi tersebut, setidaknya ada 3 puisi yang mengandung unsur plagiat. Supartika adalah pembaca suntuk karya sastra, tentu saja sangat jeli mengamati setiap karya peserta lomba sehingga puisi-puisi hasil plagiasi tak mungkin lolos dari pengamatannya. Hal ini menjadi luka bagi khasanah sastra, meski ini bukan kejadian pertama dalam dunia sastra, namun cukup menyakitkan mengetahui peserta yang melakukan tindak kejahatan sastra semacam ini. Peserta dominan adalah siswa sekolah, mereka berkarya atas nama pribadi mewakili sekolah, kita tak sedang mencoba menghakimi yang salah. Jelas sudah ini buntut dari iklim kejujuran yang tak dibangun dengan baik, bahkan mesti tak jujur pada sastra, ruang paling bebas sejagat raya. Ini menyedihkan sekali!

Mari beranjak untuk beranjangsana pada buku antologi Puspanjali, diawali dengan cover buku. Bagian awal yang menjadi titik daya tarik buku, secara pribadi, saya meyakini cover memegang peranan penting. Sebabnyalah, pembuatan cover buku wajib mendapatkan perhatian serius penggarapannya. Buku Puspanjali menggunakan salah satu karya perupa muda Bangli, Tien Hong, sebagai lukisan yang menghiasi cover buku. Lukisan bergaya abstrak ini sangat menarik, ekspresi seniman muda ini luar biasa bebasnya.

Permainan warna yang kontras dengan pola yang tak beraturan menunjukkan kekuatan ekspresi seniman, serta simbol-simbol numerik pada latar lukisan yang barangkali menjadi identitas pelukis dalam karya-karyanya. Jika melihat tema yang diusung dalam antologi ini, “Merdeka Seratus Persen”, lukisan ini cukup mewakili ekspresi merdeka. Lukisan ini sepertinya tidak disiapkan secara khusus untuk cover buku, sehingga lukisan sepertinya tidak mampu menjadi cover secara penuh dalam buku. Lukisan yang begitu ekspresi dan penuh kesan “merdeka” menjadi terganggu dengan hadirnya garis kuning pada bagian depan cover, serta garis vertikal pada bagian belakang. Garis-garis tegas bergradasi kuning ini justru menghadirkan kesan tak seirama pada jenis lukisan yang sangat ekspresif. Jika dipandang, kehadiran garis-garis kuning pada cover depan pun bagian belakang ini tak mengimbangi lukisannya.

Kita lanjut beranjak pada bagian isi. Tema “Merdeka Seratus Persen” menjadi kesepakatan panitia sekaligus menjadi rambu-rambu bagi penulis dalam antologi ini. Tentu peserta lomba maupun penulis undangan akan menginterpretasi tema besar tersebut, hingga akhirnya lahirlah karya dengan interpretasi “merdeka” yang sangat dominan. Merdeka oleh sebagian penyair masih dilihat dalam konteks perjuangan dan peperangan atas penjajahan atau kolonialisme. Interpretasi sebagian penyair ini mengangkat isu-isu perjuangan membebaskan diri atas kolonialisme, aroma romantisme masih sangat kental pada sebagian besar karya para penyair dalam buku ini. 

Sebagian lagi penyair mampu melihat tema merdeka sebagai sebuah sudut pandang menyikapi perubahan gerak jaman. Penyair-penyair ini berkarya dengan mengusung tema dari perspektif yang tidak berbingkai koloniaslime. Beberapa justru melihat kemerdekaan dari sudut pandang politik, ideologi, yang bahkan menarik adalah cinta. Politik dan ideologi adalah hak yang memang mesti dimerdekakan dengan penuh. Penyair-penyair ini menyampaikan suara kemerdekaan mereka dalam berpolitik dan mengusung ideologi. Diksi para pengusung kemerdekaan ini lugas dan lagas, tanpa perlu berkulit dan memutar. Memang beberapa diantaranya menggunakan bahasa simbolik, namun tak mendayu-dayu. Latar belakang penulis yang berada pada generasi muda ini mempengaruhi pilihan kata mereka pada tataran yang cenderung terbuka tak terlampau berbunga. 

Beberapa puisi terlihat menggunakan tipografi yang cukup variatif. Tipografi ini menjadi unsur estetika visual dalam puisi yang mampu menarik kesan awal pembaca. Tipografi juga cukup mampu menutup beberapa titik lemah pemilihan kata dari penyair. Meski tak seluruh penyair dalam buku ini memanfaatkan tipografi yang spesifik sebagai identitas karya. Beberapa justru menghadirkan bentuk tipografi yang asik. Salah satu contohnya puisi-puisi karya I Made Supartha yang menggunakan tipografi bentuk dan tipografi aksara. Made Supartha memanfaatkan penggunaan tanda-tanda diakritik dalam setiap kata yang menyusun puisinya. Membaca tipografinya saja kita butuh waktu cukup untuk memahaminya sebagai sebuah relasi isi dan bentuk, yap,,,puisi-puisi karya Made Supartha ini sangat asik.

Beberapa penyair dalam buku ini justru mempertanyakan tema yang diusung dalam buku ini. Mereka menulis kegelisahan tentang hakekat sebuah kemerdekaan, tentu saja ini adalah potret kegelisahan yang mereka tangkap dalam keseharian. Mereka mempertanyakan kembali soal kemerdekaan meraih pendidikan, kemerdekaan menyuarakan pendapat, mereka menanyakan kembali kemerdekaan sebagai pembayar pajak, mereka seolah menjadi antitesis pada tema buku. Pada bagian ini, penyair yang menempatkan diri sebagai antitesis tema justru cukup mampu menarik perhatian. Sebab interpretasi mereka soal kemerdekaan justru dengan mempertanyakannya. Tema buku yang bermakna sebuah seruan, justru beberapa penulis menghadirkan pertanyaan, tanda seru di jawab tanda tanya.

Bentuk-bentuk kegelisahan dan mempertanyakan kemerdekaan justru banyak hadri dari puisi-puisi yang ditulis anak-anak muda. Menjelajah jauh ke wilayah-wilayah marginal tempat kelahiran mereka, Bangli. Bagi mereka, di tengah modernitas di segala bidang dan gemerlap euforia Bali sebagai pulau surga [?], mereka melihat sendiri sebaya mereka mesti berjuang keras hanya untuk sekolah, melihat desa yang tak terjamah perkembangan dan fasilitas pembangunan, ironi tentang kemerdekaan menjadi warga negara. Suara mereka tegas, lugas, dan menjadi suara sebuah potret sosial di masyarakat sosial mereka.

Secara keseluruhan, puisi-puisi dalam antologi ini memang memiliki kualitas yang tak merata. Sebagian penyair adalah penulis pemula yang bermodal niat tulus memulai berkarya, sebagian lagi penulis yang telah menjadikan sastra sebagai ladang hidup. Kurasi puisi dalam buku ini baik, membuat fluktuasi kualitas puisi yang naik turun, membuat pembaca cukup betah bertahan hingga halaman akhir. Artinya, kurator buku paham menempatkan puisi. Terakhir, banyak hal yang disampaikan dalam tulisan ini tak cukup jelas menggambarkan isi buku. Tujuannya satu, anda baca bukunya… [T]

Tags: BangliBukuresensi bukusastra bali modern
Previous Post

Ulangan Sejarah Krisis Air di Nusa Penida

Next Post

Pangeran Aja [Pernyataan Cinta]

I Gede Gita Purnama A.P

I Gede Gita Purnama A.P

Terkenal dengan panggilan Bayu. Hobi membaca dan minum kopi. Sehari-hari mondar-mandir di Fakultas Ilmu Budaya Unud.

Next Post
Swastyastu, Nama Saya Cangak

Pangeran Aja [Pernyataan Cinta]

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

by Gading Ganesha
May 17, 2025
0
Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

PULAU Bali milik siapa? Apa syarat disebut orang Bali? Semakin saya pikirkan, semakin ragu. Di tengah era yang begitu terbuka,...

Read more

‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

by Hartanto
May 16, 2025
0
‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

KARYA instalasi Ni Komang Atmi Kristia Dewi yang bertajuk ; ‘Neomesolitikum’.  menggunakan beberapa bahan, seperti  gerabah, cermin, batu pantai, dan...

Read more

Suatu Kajian Sumber-Sumber PAD Menurut UU No. 1 Tahun 2022

by Suradi Al Karim
May 16, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

TULISAN ini akan menarasikan tentang pentingnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Karena  PAD adalah...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co