30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Cerita Inspiratif Tentang Guru (Guru Saya)

dr. Ketut Suantarabydr. Ketut Suantara
December 3, 2019
inEsai
Cerita Inspiratif Tentang Guru (Guru Saya)

Bersama guru SMP saya dan guru pengajar Bahasa Indonesia saat SMA

108
SHARES

Hari-hari terakhir ini laman media sosial kita disibukkan oleh sosok guru. Terkait perayaan Hari Guru yang katanya terinspirasi kelahiran Ki Hajar Dewantara dan juga kehadiran sosok muda dan berbahaya di kursi tertinggi Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan, yang secara langsung maupun tak langsung mempengaruhi kehidupan dan keseharian sosok guru dalam lima tahun mendatang dengan kebijakan kebijakan yang beliau ambil.

Saya tak akan masuk kepada klise, bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, bahkan tanpa balas jasa (menurut seorang teman) karena hal itu seperti mengurai benang kusut yang tak tahu mesti darimana kita memulainya.

Ijinkan saya untuk bercerita tentang guru guru saya, yang telah mengantarkan saya sampai pada titik ini. Guru sebagai  seorang manusia  yang tak lepas dari cacat, dan tak luput dari kelalaian.

Begitu banyak guru dari saya SD sampai kuliah sarjana dulu yang mewarnai kehidupan saya, dan tak adil rasanya kalau saya mesti menempatkan mereka dalam sebuah pemeringkatan. Saya hanya ingin menceritakan sebagian darinya tanpa mengurangi hormat dan cinta saya kepada yang lainnya.

Sosok pertama yang ada di benak saat mendengar kata guru, pasti guru SD saya. Guru yang pertama saya kenal dan paling lama mengajar saya. Hampir 5 tahun beliau menjadi wali kelas saya.

Saya merasakan cinta yang tulus layaknya seorang bapak kalau berada di dekatnya (bahkan sampai hari ini). Beliau menyemai cinta saya pada bacaan. Saat ada buku baru koleksi perpustakaan, maka saya lah yang paling dulu diberikan kesempatan untuk membcanya, bahkan diijinkan untuk membawa pulang.

Satu yang tak mampu saya lupakan dan bahkan saya warisi sampai saat ini adalah kekaguman beliau pada negara Inggris, sebagai negeri penguasa lautan dan tak terkalahkan dalam perang. “ Siapa berani melawan Inggris di lautan, pasti kalah, apalagi kalau cuma negara kecil seperti Argentina”, begitu cerita beliau pada suatu kesempatan . Kebetulan waktu itu sedang hangat hangatnya berita tentang perang Malvianas antara Inggris dan Argentina di ujung selatan benua Amerika itu.

 Dari apa yang saya baca di kemudian hari memang demikian adanya, Napoleon dan Hitler tak mampu menaklukkan bangsa Inggris. Saya pun sampai saat ini adalah penggemar berat tim nasional Inggris untuk urusan Sepakbola. Bukan karena permainannya yang indah, lebih kepada semangat pantang menyerah yang memang mereka warisi dari pendahulunya dahulu.

Guru saya yang lain, adalah sosok guru yang ideal menurut saya. Kebetulan dia mengampu tiga bidang studi yang sepertinya memang lebih menitik beratkan kemampuan otak kanan. Yaitu bidang studi olah raga, kesenian dan ketrampilan. Beliau mengajarkan kami membuat puisi, naskah drama dan terus memainkannya di depan kelas. Dibidang ketrampilan beliau menyuruh kami belajar mengulat ketupat, membuat stempel dari umbi keladi, membuat gambar mozaik dari daun pisang yang kering.

Dan yang paling membekas bagi saya adalah saat disuruh memanfaatkan ketela pohon dari awal sampai akhir dan bisa dimakan. Minggu pertama beliau menyuruh kami membawa ketela dari rumah, lalu di sekolah ketela itu kami kupas dan potong kecil kecil (cacah ) lalu dibawa pulang dan disuruh menjemur setiap hari sampai kering. Lalu beberapa hari kemudian ketela yang telah kering itu dibawa lagi ke sekolah untuk kemudian ditumbuk halus menjadi serbuk halus menyerupai tepung.

Dan langkah terakhir tiga hari kemudian kami lanjut memasak penganan yang berbahan dasar tepung ketela tadi. Jadi hari itu kami membuat jajanan kolak onde onde yang nikamt dan manis dari ketela pohon mentah yang kami bawa beberapa minggu sebelumnya. Benar benar sebuah proses yang lengkap dalam menambah nilai sebuah bahan makanan.  Saya meragukan apakah guru guru anak saya sekarang bisa menyamai atau justru melebihi kreativitas yang orisinil dari guru saya tersebut.

Guru berikutnya adalah sosok yang semakin mematrikan kecintaan saya pada keindahan kata kata dan bahasa Indonesia. Guru bahasa saya di SMA selalu hadir dengan ide ide  baru bagi saya tentang Bahasa Indonesia. Pada satu kesempatan dia bertanya kepada kami setelah menuliskan sebuah kalimat di papan tulis.” I shall return”,diucapkan oleh tokoh ini saat dipaksa meninggalkan Philipina. Siapakah orang ini?, tanya beliau.

Saya yang kebetulan sudah suka membaca menjawab dengan yakin. Benigno Aquino, suami Cory aquino yang diusir oleh pemerintah Marcos. Bukan, jawab beliau singkat, and tak ada yang lain menjawab. Ini adalah kata kata panglima perang Amerika di Pasifik, Douglas McArthur saat pasukannya terusir dari Philipina di awal tahun 40-an. Dan dia membuktikan ucapannya berapa tahun berselang, saat Jepang menyerah tanpa syarat dalam perang dunia ke2.

Dialah pimpinan tertinggi pasukan Amerika yang melucuti tentara Jepang yang tersisa dan memimpin perode peralihan di Jepang pasca perang dengan bijaksana dan menghormati Kaisar Hirohito sebagai pihak yang kalah perang.

Pada kesempatan yang lain, guru saya ini menuliskan sebait puisi di papan tulis dan kita para murid diminta untuk menafsirkan puisi tersebut. Saya masih ingat jelas bunyinya :

                Sepasang bambu muda

                Rembulan tersenyum diantaranya

“Coba siapa diantara kalian yang bisa menafsirkan bait puisi ini?”, tantang beliau dengan suaranya yang berwibawa. Empat sampai lima anak coba memberi tafsiran, dari yang pendek sampai yang lumayan berbusa. Tapi tak satupun yang seseuai dengan harapan beliau.

Untuk memenuhi rasa penasaran kami, beliau menjawab singkat. ”Menurut Bapak, bait puisi itu meyiratkan kearifan”.

Benar benar berkesan cara beliau mengenalkan puisi untuk kami, dan sampai detik ini kejadian itulah salah satu pengungkit saya mencintai sastra Indonesia.

Guru- guru di awal orde lama, menurut bapak saya diambil begitu saja dari mereka yang telah tamat SD waktu itu. Kebetulan bapak yang tamatan SD (SR)  juga ditawari. Dan karena merasa kehidupan seorang guru tak menjanjikan secara ekonomi, beliau melepasnya dan lebih memilih untuk berdagang ke gunung.

Sementara seingat saya sendiri, teman teman yang dari kelas pavorit di Singaraja waktu SMA, jarang bahkan tak ada yg memilih sekolah keguruan. Mereka beramai- ramai mencari sekolah ke pulau Jawa, meskipun harus di perguruan tinggi swasta sekalipun.

Bisa ditarik kesimpulan ringan, mereka yang memilih profesi guru barangkali bukanlah orang orang terbaik dari suatu generasi. Tanpa mengurangi rasa hormat pada guru-guru saya, kualitas pendidikan seperti apa yang bisa diharapkan dari mereka yang memilih pendidikan keguruan sebagai cadangan terakhir saat tak diterima di fakultas lain misalnya. Tanpa menafikan bahwa mereka  yang bukan orang orang terbaik sekalipun, sudah mampu menjadi seorang guru yang pantas saya kenang seumur hidup saya, seperti ketiga guru saya diatas tadi. Jadi bisa dibayangkan bagaimana kualitas pendidikan kita nantinya saat yang terbaik dari satu generasi tertarik untuk menjadi guru. Saya dengar ini sudah dipraktekkan di Finlandia, saat guru di tingkat paling dasar pun bergelar magister, dan dengan gaji yang sangat layak , sehingga hanya yang terbaik bisa menjadi guru.

Dan terlihat akhir akhir ini, apalagi setelah adanya remunerasi  guru. Kecenderungan anak-anak muda kita ( mudah mudahan yang terbaik ikut juga ) untuk menjadi guru terlihat meningkat signifikan,. Tinggal kita tunggu dengan optimis, kapan tiba waktunya buat  mereka  menempati kursi kursi ruang guru yang kosong ditinggalkan oleh generasi pendahulunya yang akan pensiun. Saat itulah kita bisa berharap lebih banyak tentang masa depan pendidikan di negeri ini.

Satu yang cukup aneh, dengan profesi saya saat ini pastilah banyak dosen-dosen yang berperan  besar sampai saya bergelar dokter. Tapi tak satupun yang bisa saya ingat dengan baik, kecuali memang dosen yang suka membanyol dalam memberi kuliah. Mungkin ini terkait dengan minat dan ketertarikan pada mata kuliah yang diampu dosen tersebut, dan saya merasa memang ketertarikan saya pada bahasa melebihi  medis sampai saat ini.

Profesi dosen dianggap jauh lebih terhormat dari guru, setidaknya untuk saat ini, dan khusus di Indonesia barangkali. Ini mungkin terkait jenjang karier yang lebih jelas dan tak terbatas dibanding guru misalnya. Dan yang kedua kemungkinan untuk melanjutkan ke luar negeri sesuai disiplin ilmu yang dipelajari, Tapi dalam hal peran sertanya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa secara umum, para guru saya rasa tak perlu berkecil hati untuk itu. Buktinya saya sendiri merasa lebih terungkit minat belajar dan bisa mengingat guru guru saya dibanding dosen dosen saya.

Akhirnya seperti biasa, ini murni opini pribadi penulis dari kacamata yang dialami dan dirasakannya sendiri. Siapa tahu bapak Nadiem Makariem membaca tulisan ini dan beliau mempunyai sudut pandang yang lain setelah membacanya. Dan pada saatnya beliau siap kalau ada yang bertanya  dengan menyitir syair sebuah lagu :

Mau dibawa kemana pendidikan (guru-guru) kita … [T]

Tags: guruHari GuruPendidikan
Previous Post

Biar Telat Asal Ideal – [Catatan Wisuda Gita Wiastra, Suami Tercinta]

Next Post

Seni Anak Usia Dini: Terikat dengan Kebebasan

dr. Ketut Suantara

dr. Ketut Suantara

Dokter. Lahir di Tista, Busungbiu, Buleleng. Kini bertugas di Puskesmas Busungbiu 2 dan buka praktek di Desa Dapdaputih, Busungbiu

Next Post
Seni Anak Usia Dini: Terikat dengan Kebebasan

Seni Anak Usia Dini: Terikat dengan Kebebasan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co