2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Hujan dan Kampung Saya yang Semakin Memanas

JaswantobyJaswanto
November 29, 2019
inEsai
Priayi Kecil
49
SHARES

Seorang penulis, wartawan, sekaligus editor, yang esainya selalu saya tunggu setiap hari Minggu, esai yang selalu dimuat di kolom ‘Jeda’ detik.com, sang maestro, sang idola, Mumu Aloha menulis esai berjudul Senja Sehabis Hujan yang Ditunggu-tunggu membuat saya semakian mengidolakannya. Di tengah-tengah huru-hara zaman seperti ini, esai Mumu Aloha memang semacam oase di tengah gurun pasir yang gersang. Menjadi semacam penghilang dahaga dikala kita merasa tenggorokan begitu kering; dan segera membutuhkan air sebagai obat penawarnya.

Kali ini Bang Mumu (begitu saya memanggilnya walaupun saya belum pernah bertemu sekalipun dengannya) menulis esai tentang suhu Bumi yang semakin memanas—yang menewaskan manusia dibanyak tempat—dan perubahan iklim yang tidak menentu. Tulisan ini, mengingatkan saya pada sebuah buku karya Jostein Gaarder—penulis bestseller ‘Dunia Sophie’—yang berjudul Dunia Anna.

Dalam Dunia Anna, ada sebuah dialog yang selalu saya ingat. Dialog antara Anna dengan Dokter Benjamin—seorang laki-laki berusia sekira 60 tahun, rambutnya panjang dan beruban, serta diikat ekor kuda. Di salah satu cuping telinganya ada anting bintang violet kecil, dan di saku jas hitamnya ada sebuah pena merah. Pandangan matanya tampak jenaka dan sangat menunjukkan ketertarikan dan perhatian kepada Anna saat bercakap-cakap.

Dokter Benjamin bertanya: “Ada sesuatu yang kamu khawatirkan, Anna?” Anna lansung menjawab: “Pemanasan global.” Dokter penyabar itu sedikit terkejut. Dia jelas-jelas seorang dokter berpengalaman. Baru kali ini dia tampat terkejut dengan jawaban Anna, lalu dia bertanya lagi: “Apa yang kamu bilang barusan?”

Anna menjawab: “Saya bilang kalau saya khawatir akan perubahan iklim yang diakibatkan oleh ulah manusia. Saya takut kalau kita yang hidup saat ini mempertaruhkan iklim dan lingkungan bumi ini tanpa memedulikan generasi selanjutnya.”

Sang psikiater terperenyak beberapa detik sebelum menjawab: “Mungkin itu sebuah ketakutan yang nyata, yang sayangnya tidak bisa saya sembuhkan. Kalau saja kamu bilang takut pada laba-laba, mungkin akan lain kejadiannya. Itu adalah masalah fobia, dan itu bisa diterapi, misalnya dengan desensitiasi secara bertahap atas objek fobia itu. Namun, kami tidak bisa mengobati ketakutan pasien akan pemanasan global.”

Pemanasan global. Tentu saja saya bukanlah seorang aktivis lingkungan yang berjuang mengampanyekan pentingnya menanam pohon agar miliar ton CO2 yang dilepaskan manusia di atmosfer dapat diatasi, atau gadis remaja seperti Anna yang memiliki ketakutan yang tidak biasa—yang bahkan seorang psikiater berpengalaman pun tak bisa menyembuhkan ketakutannya. Meskipun begitu, sebagai seorang manusia normal, untuk merasakan dampak pemanasan global, tentu saja saya sadar akan hal itu.

***

Saya mendapat kabar dari kampung halaman saat saya menelpon Emak (saya rindu nian, semoga bulan ini Tuhan dan semesta mengizinkan saya untuk bisa pulang kampung barang sejenak), katanya di kampung saya, yang datang hanya gerimis yang malu-malu seperti perawan yang hendak dinikahkan. Mungkin bagi sebagian orang, turunnya hujan tidaklah penting, tapi bagi orang-orang kampung saya, datangnya hujan adalah soal berlangsungnya kehidupan itu sendiri.

Turunya hujan, bagi orang-orang kampung saya—yang notabene mayoritas petani—seperti turunnya sebuah keajaiban itu sendiri. Hujan turun, artinya bibit jagung, cabai, kacang tanah, singkong, bisa segera ditanam. Semakin cepat hujan turun, semakin bahagia orang-orang kampung saya. Begitupun sebaliknya, semakin lama hujan turun, semakin sengsaralah mereka. Maka, turunnya hujan bagi mereka adalah segala-galanya.

Soal musim hujan, orang-orang di kampung saya sudah tak lagi memakai primbon untuk menghitung musim dan menyesuaikan tanaman dan waktu panen di sawah dan ladang. Primbon—seperti saya kutip di majalah Forest Digest—yang berasal dari perhitungan-perhitungan kuno berdasarkan pengalaman sehari-hari, tak lagi sesuai atau bisa memprediksi perubahan cuaca. Setiap tahun ada perubahan-perubahan waktu tanam karena palawija tak sesuai dengan iklim yang berganti. Musim hujan tak lagi terjadi pada kurun September-April, tapi bulan-bulan kering antara Mei-Agustus.

Penyair Sapardi Djoko Damono—seperti yang tertulis dalam majalah Fores Digest (2019)—, mesti membuat satu puisi lagi untuk menyesuaikan perubahan iklim ini.

Ketika ia menulis Hujan di Bula Juni dan diterbitkan oleh Grasindo pada 1994 (atau pertama kali terbit di surat kabar tahun 1989), musim masih sesuai dengan penanggalan primbon. Dalam sajak itu, Sapardi menggambarkan bahwa hujan bulan Juni sebagai ketabahan karena air jatuh dari langit itu salah masa: rintiknya menghapus jejak kemarau yang panjang. Tapi kini, hujan bulan Juni bukan lagi metafora untuk ketabahan karena pada pertengahan tahun itu di beberapa daerah justru sedang banjir. Di Jakarta, pada Juni 2018, tinggi banjir mencapai satu meter.

Jarak antara puisi Sapardi dengan hari ini mungkin sekira 30 tahun. Dalam kurun itu cuaca berubah, iklim berganti dan penanggalan primbon tak berlaku lagi. Perubahan-perubahan cuaca yang pendek itu menunjukkan bahwa ada yang sedang berubah (tidak baik-baik saja) di alam semesta.

Apa penyebab perubahan iklim ini? Tentu saja suhu Bumi yang semakin memanas (itu semua akibat aktivitas manusia dan segala penghuninya).

Benar atau tidak, kata Goddard Institute for Space Studies (GISS), lembaga penelitian semesta milik NASA, mencatat suhu bumi naik 0,8 derajat Celcius sejak 1880, seratus tahun setelah dimulainya Revolusi Industri, ketika era pertanian berubah menjadi pengolahan barang di pabrik. Sebab, dua pertiga kenaikan tertinggi dimulai sejak 1975 sebesar 0,15 – 0,2 derajat Celcius per dekade.

Tentu saja ini bukan mitos, seperti yang diyakini Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Udara panas yang terjadi akibat perubahan iklim sebagai dampak pemanasan global memang bukan sebuah dongeng. Kita merasakannya, walaupun belum “separah” cerita-cerita dari negeri yang jauh—yang sudah dituliskan oleh Bang Mumu dalam esainya. Tetapi tetap saja, hal ini tidak bisa kita pandang remeh.

Oh iya… terkahir, hampir saja saya lupa, melalui telpon, Emak menceritakan kepada saya bagaimana pohon-pohon bambu di sepanjang jalan di kampung saya telah habis ditebang. Pohon-pohon bambu yang sudah ada sejak dulu sebagai pagar kampung dan pemecah angin itu, kini hanya tinggal batang-batang kering yang kurus dan ranggas.

Alasannya tidak jelas, kenapa pohon-pohon warisan leluhur itu dibumi hanguskan. Mendengar berita ini dari Emak, rasanya seperti ada benda tajam yang dihujamkan ke dada saya. Saya benar-benar tidak habis pikir, kenapa orang-orang itu begitu tega menghabisi sumber-sumber oksigen itu. Sampai di sini saya tidak bisa meneruskan. Hanya saja, semoga kita tidak mewariskan “air mata” kepada generasi yang akan datang, alih-alih mewariskan “mata air” kepada mereka.

Ibu Bumi, maafkan kami.

Jumat, 29 November 2019.

Tags: hujankampungkampung halaman
Previous Post

Hujan, Jambore Pemuda Indonesia 2019 dan Kenangan yang Menyertainya

Next Post

Hal yang Timbul Usai Menonton “PM TOH” Oleh Benni Andika dari Aceh

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Hal yang Timbul Usai Menonton “PM TOH” Oleh Benni Andika dari Aceh

Hal yang Timbul Usai Menonton “PM TOH” Oleh Benni Andika dari Aceh

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co