3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Katarsis “Kebelet”: Catatan Pementasan Kelompok Sekali Pentas

Agus WiratamabyAgus Wiratama
November 27, 2019
inUlasan
Katarsis “Kebelet”: Catatan Pementasan Kelompok Sekali Pentas

Properti dalam pentas Kebelet

25
SHARES

Beberapa orang menyapa penonton dengan sopan namun meneror telinga. Ketika penonton baru masuk hingga penonton sudah duduk diberi salam yang sama dan berulang-ulang. Seolah, ruangan dipenuhi basa-basi pendek, “Kanggiang, nggih”. Salam yang diulang-ulang itu seperti hanya penyesuaian dengan judul pementasan “Kebelet (wiwaha)”. Namun, saya terlalu buru-buru, barang kali kebeletmenafsirkan. Ada hal yang rupanya ingin dibangun pada diri penonton.

Halaman di Canasta Creative Space yang cukup luas, pada pementasan “Kebelet (Wiwaha)” tanggal 25 Nopember 2019 yang disutradarai oleh Heri Windi Anggara itu dipersempit dengan kain hitam yang mengelilingi sekaligus membentuk panggung. Sementara suasana yang dibangun seperti halnya pada resepsi pernikahan. Lampu kelap-kelip yang digantung tepat di atas panggung, bambu-bambu, botol yang dibuat seolah melayang di beberapa sudut, dan kentungan. Namun, yang berbeda adalah sebuah kurungandigantung tepat di tengah-tengah panggung. Tak ada panggung khusus, pun tempat khusus penonton.

Pementasan kebelet kedua ini rupanya tidak sepenuhnya sama dengan pentas kebelet yang dimainkan sebelumnya. Bila pada pementasan sebelumnya penonton disuruh untuk menutup mata sehingga fokus pada indra pendengaran dan membangun pementasannya sendiri secara imajinatif, kali ini tidak. Meskipun, pementasan tetap ada pada ranah privat penonton sebebagai pelaku.

Setelah penonton masuk dan diteror dengan basa-basi, penonton diajak bermain. Mula-mula seorang pemain yaitu Jacko Wahyu Rizki masuk kemudian menari. Seketika pemain lainnya masuk ke panggung yang tanpa batas penonton itu untuk bermain memukul properti di panggung yang sudah disiapkan untuk menjadi instrument musik. Lalu satu per satu pemain menarik penonton. Semua terlibat bermain musik sesuka hati. Memukul bambu, kursi besi, ketungan, dan botol yang dibuat seolah melayang itu.


Properti dalam pentas Kebelet

Awalnya memang diberi instruksi ketukan oleh beberapa pemain untuk penonton yang terlibat, tetapi kemudian seseorang memberi aba-aba untuk memainkan lebih keras, lebih meletup lagi. Ketika itu tiba-tiba seseorang seperti mekidung yaitu IGA Darma Putra dan Jong Santiasa Putra. Di tempat yang berbeda, seseorang bermain gitar nois. Ruangan menjadi riuh. Penonton kemudian diajak menari bebas melingkari sebuah batu yang ditumpuk di tengah. Suasana seperti mecaru. Saya pikir inilah “kebelet”.

Kebelet yang saya maksud barangkali tidak hanya berkonotasi toilet, kebelet saya artikan ingin mengeluarkan sesuatu yang tertahan untuk segera. Dalam hal ini, emosilah yang kebelet itu. Di awal, salam yang memenuhi ruangan itu adalah usaha untuk membuat penonton merasa kesal atau enek. Tetapi bermain musik secara bebas itu adalah media pelepasnya.

Saya seketika ingat dengan seorang pencuriga akut, Sigmund Freud yang mencurigai bahwa masyarakat itu libidinal. Semua hal beralaskan seks. Hasrat seksual itu memerlukan penyaluran. Namun dalam hal ini, kaitannya pada emosi. Rupanya emosi sama seperti seks yang dikatakan Freud, perlu pelepasan. Kesal yang dibangun di awal pentas seolah untuk menyadari perlunya pelepasan itu.

Seperti halnya dengan pemahaman umum tentang mecaru yang sering saya dengar dari mulut ke mulut. Mecaru adalah mengusir bhutakala, atau yang lebih sopan menetralisir bhutakala. Saya pun curiga, jangan-jangan bhutakala yang dimaksud dan diusir itu tidak perlu dicari ke mana-mana, tetapi ada di dalam diri. Sementara mecaru yang umunya dilakukan dengan berteriak, memukul kentungan atau alat musik lainnya adalah sebuah penyaluran akan bhutakala yang ada di dalam diri sendiri. Pelepasan hasrat, peluapan emosi, menetralisir buthakala.

Pada konteks wiwaha atau pernikahan, saya memahami keriuhan sebagai sebuah stasiun. Maka dari itu, ucapan klise ketika seseorang menikah adalah menempuh hidup baru. Bila keriuhan dan keterlibatan di dalamnya adalah usaha membangun dan melepas kebelet, maka saya yakin dengan ungkapan katarsis atau penyucian diri pada sebuah ritual. Sedikit tidak, melepas emosi menyebabkan kelahiran baru, sebuah perjalanan dari satu stasiun ke stasuin lainnya.

Setelah semua keriuhan itu berubah menjadi sunyi, rupa-rupanya seseorang telah merekam bunyi-bunyi tadi. Bunyi itu diputar dan lampu dipadamkan. Yang terlihat hanya sebuah kepala yang terbuat dari kertas ditarik ke tengah sembari gitar yang menciptakan musik seolah mengantar untuk memutar ke waktu yang telah berlalu. Pada bagian ini, penonton diajak merefleksi keriuhan yang rupa-rupanya menjadi media katarsis.

Pertunjukkan berjalan lancar. Musik riuh juga adengan sepi. Namun, diskusi tidak berjalan sampai akhir sebab seorang warga datang untuk memotong diskusi. keriuhan itu rupa-rupanya membuat tetangga merasa terganggu. [T]

Tags: Parade Teater Canasta
Previous Post

Pendidikan Teruna Nyoman “Sangu Urip” Bali Aga Tenganan Pegringsingan

Next Post

Catatan Workshop Teknik Keluar Masuk Dalam Teater

Agus Wiratama

Agus Wiratama

Agus Wiratama adalah penulis, aktor, produser teater dan pertunjukan kelahiran 1995 yang aktif di Mulawali Performance Forum. Ia menjadi manajer program di Mulawali Institute, sebuah lembaga kajian, manajemen, dan produksi seni pertunjukan berbasis di Bali.

Next Post
Catatan Workshop Teknik Keluar Masuk Dalam Teater

Catatan Workshop Teknik Keluar Masuk Dalam Teater

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co