Dalam rangkaian acara Parade Teater Canasta 2019, pada tanggal 25 November 2019 pada sore harinya diisi workshop oleh Husni Wardhana tentang teknis dan cara keluar atau masuk ke panggung teater. Walaupun pada judul dikatakan bahwa keluar atau masuk ke panggung itu bisa dikatakan sebagai teknis, dan terlihat mudah tapi saat dilakukan secara langsung ternyata sangat susah juga ternyata.
Ditambah peserta yang mengikuti workshop juga masih “unyu-unyu” sekali, rata-rata keseluruhan peserta workshop adalah siswa-siswi SMP yang kebetulan bergabung dalam ekstrakulikuler teater di sekolahnya. Sehingga saya yakin dari beberapa penjelasan tentang apa yang disampaikan Husni belum tentu dimengerti dengan jelas oleh semuanya. Semisal soal olah rasa, olah tubuh apalagi olah sukma. Saya sendiri pun belum mengerti pasti soal olah-olah yang disebutkan tersebut. Tapi untungnya Husni juga menyambilkanya dengan contoh atau gerakan langsung, sehingga saya rasa dengan contoh tersebut kami sebagai peserta workshop dapat mengerti dan tertolong. Walaupun, masih ada beberapa anak yang masih malu-malu.
Tetapi itu tidak menjadi masalah atau pokok pembahasan kali ini, ternyata hal-hal seperti masuk atau keluar panggung dalam sebuah pertunjukan teater keliahatanya sangatlah sepele. Bahkan tidak pernah terpikirkan oleh saya sendiri sebagai aktor tentang teknis keluar masuk dalam panggung. Dalam workshop kemarin dijelaskan bahwa Teknik masuk atau keluar panggung itu sangatlah penting terutama saat masuk ke panggung karena menjadi kesan pertama bagi penonton melihat si aktor dalam membawakan pesan tokoh yang dibawakan. Untuk memahami hal tersebut ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.
Kalau yang kemarin dikatakan oleh mas Husni ada beberapa lapisan untuk membagi Teknik masuk ke panggung di antaranya : Teknik Muncul Penggambaran dan Teknik Muncul Situasi. Dari dua Teknik itu masih ada lapisan-lapisanya lagi. Semisal pada Teknik Mucul Penggambaran dibagi menjadi beberapa lapisan seperti penggambaran usia dan fisik, benda, atau karakter tokoh. Sedangkan pada Teknik Penggambaran Situasi ini lebih luas lagi seperti suasana adegan yang termasuk emosi tokoh terkait di dalamnya.
Pada saat workshop kemarin mas Husni tidak begitu menjelaskan apa arti dari satu-satu lapisan itu, Husni hanya memberikan contoh dengan adegan. Akhirnya saya hanya mencoba menafsirkanya lewat catatan ini.
Teknik Muncul Penggambaran : Usia dan Fisik.
Yaitu muncul dengan penggambaran usia si tokoh yang dimainkan sehingga menimbulkan kesan usia yang dibawakan, semisal jika usia tokohnya tua akhirnya aktor mencoba untuk menafsirkanya lewat laku fisik maupun vocal yang digunakan saat masuk ke panggung.
Teknik Muncul Penggambaran : Benda.
Yaitu muncul dengan impresi pertama menggunakan benda atau artistic yang ada, semisal pada adegan tertentu ada adegan berantem dengan istri. Jadi benda-benda itu dilempar dulu ke atas panggung untuk menimbulkan kesan berantem, benda-benda yang dilempar misalnya seperti sandal, panci, penggorengan atau perabotan rumah tangga lainya.
Teknik Muncul Penggambaran : Suara.
Semisal pada adegan tertentu kita memluainya dari belakang panggung sudah berdiaog, untuk menyampaikan atau menegaskan kepada penonton bahwa akan ada sebuah tokoh yang memasuki panggung. Teknik Muncul Penggambaran melalui suara ini biasanya digunakan untuk adegan sedih misalnya.
Teknik Muncul Penggambaran : Karakter Tokoh.
Ini menjadi semacam Teknik keluar yang sangat sederhana mungkin, ketika menajdi tokoh yenyunya sudah mempunyai watak pokok tiap tokoh karakter. Semisal Gustam, watak atau sifat pokoknya adalah pencuri. Akhirnya dari sifat pokok tersebut mencoba mencari tawaran atau laku fisik, mimik wajah, ataupun vocal yang cocok. Untuk menggambarkan sifat pencuri tersebut.
Teknik Muncul Situasi.
Teknik muncul situasi ini biasanya menjadi final dari segala situasi penggambaran, biasanya ini menjadi semacam konteks untuk memperkuat karakter saat memasuki panggung. Semisal pada satu adegan aktor berperan sebagai seorang yang jahat, akhirnya situasi atau suasana yang dibangun berusaha mendekati adegan tersebut. Semisal dari segi music, cahaya, ataupun artistiknya. Ini dapat didapatkan dari tawar menawar antara aktor dan sutradara untuk sekiranya dapat mendukung permain aktor di atas panggung.
Dari sekian pembahasan tersebut, ternyata dapat disimpulkan bahwa memang benar teknik ini memang patut diperhitungkan dalam suatu pementasan. Akan tetapi ini juga menjadi sebuah kerja keaktoran yang harus sangat disiplin. Sebelum mengerjakan dan mengetahui teknik memasuki panggung, tentunya aktor tersebut harus sudah selesai dengan masalah naskah dan keaktoranya. Sehingga kalau masalah itu kiranya sudah selesai baru dapat memikirkan hal-hal semacam teknik masuk dan keluar panggung. Agar memantapkan permainan diatas panggung.
Dan saya kira bahwa teknik memang harus diperhitungkan oleh aktor saat pementasan teater, tetapi saya rasa juga ini sangatlah akan susah untuk diperhatikan. Karena biasanya saat proses kreatif dengan aktor yang banyak, sutradara sendiripun akhirnya tidak sempat memikirkan hal tersebut. Saya rasa bahwa Teknik Muncul dan Keluar panggung ini menjadi PR aktor sendiri untuk sekiranya lebih menjadikan permainya lebih bagus lagi, sisanya hanya menjadi kesepakatan antara sutradara dengan aktor untuk melakukan tawar menawar.
Workshop berjalan dengan canda tawa karena banyaknya siswa SMP yang masih lucu-lucu, hingga tak terasa jam untuk workshop sudah selesai dan harus diakhiri karena akan ada pementasan KEBELET (WIWAHA) dari Kelompok Sekali Pentas. Akhirnya workshop selesai, dan saya membawa interpretasi saya sendiri tentang hasil workshop itu kedalam sebuah catatan ini.. untuk nanti menjadi pengingat suatu kala saya sebagai aktor berproses.
Jangan lupa untuk datang ke acara Parade Teater Canasta 2019, karena acara akan berlangsung sampai tanggal 30 November 2019 dari jam 7-10 malam. Serta setiap sorenya aka nada diskusi atau workshop dari berbagai pengisi acara dan pengisi workshop yang tak kalah menarik untuk disaksikan dan diikuti diskusinya. Datang ya teman-teman. [T]