“Kami pemuda pemudi Indonesia
Menjunjung tinggi bahasa persatuan
Bahasa Indonesia..”
( bait ketiga teks Sumpah Pemuda )
____
Samar-samar masih terdengar pembacaan bait terakhir Sumpah Pemuda itu di stasiun televisi swasta sore itu. Ada rasa tak nyaman di hati membandingkan bunyi sumpah tersebut dengan situasi terkini perkembangan bahasa nasional yang ingin kita junjung tinggi itu.
Saya termasuk penggemar rubrik bahasa di koran dan majalah. Yang saya tahu harian Kompas, mingguan Tempo dan majalah bulanan Intisari rutin menampilkan kolom tentang bahasa (Indonesia) dalam setiap penerbitan mereka. Banyak pemerhati bahasa yang menulis disana. Nama yang paling legendaris mungkin JS Badudu, saking legendanya, kalau ada yang terkesan memakai bahasa Indonesia dengan begitu rapinya (seperti putra sulung saya). Tak pelak diledek seakan seorang JS Badudu.
Bahkan belakangan saya melihat ada seorang berkebangsaan Swedia yang rutin menulis kritik tentang bahasa Indonesia di harian Kompas dan majalah Intisari. Terlepas dari istrinya yang seorang Jawa, kecintaannya pada Bahasa Indonesia menunjukkan bahwa bahasa kita sebenarnya adalah bahasa yang menarik dan layak untuk dipelajari lebih jauh setidaknya menurut si Swedia itu.
Dan yang pernah saya dengar dan baca juga, bahwasanya bahasa Indonesia secara teknis memenuhi standar untuk dijadikan bahasa pengantar di tingkat internasional. Barangkali karena bahasa kita gampang dipelajari, baik dari pengucapan maupun penulisannya dan yang utama mungkin karena sifatnya yang egaliter, tak mengenal tingkatan bagi penggunanya. Bisa kita bayangkan suatu saat nanti, kita bepergian ke luar negeri, tanpa perlu mempelajari bahasa di negara tujuan, karena mereka sudah fasih dengan bahasa kita. Mudah mudahan ini bukanlah mimpi yang kepagian.
Dari kegemaran membaca rubrik tersebut, termasuk membaca tulisan baik berupa essay maupun puisi saya menemukan banyak kata yang menarik hati meskipun tak banyak dipergunakan lagi saat ini. Kata lindap, berkelindan, bersiponggang menurut saya benar-benar unik dan tak mudah mencari kesamaannya dengan kata yang ada maupun dengan kata dari bahasa asing. Dari suatu rubrik sempat saya baca juga, bahwa kata santai, diserap dari sebuah bahasa daerah yaitu daerah Ogan Komering di daerah Sumatera sana.
Duo kata mengunggah dan mengunduh (dari bahasa Sunda) saya rasa lebih eksotik dari kata upload dan download. Dalam tulisan Goenawan Muhhamad ada dua kata yang saya yakini beliau serap dari bahasa ibu saya, yaitu bahasa Bali, dan ini sangat membahagiakan saya. Seorang penulis kaliber nasional peduli pada bahasa yang kita sendiri sudah mulai jarang mempergunakannya dalam percakapan sehari- hari. Kata “tundung” pernah beliau pakai pada sebuah tulisannya. Dia yang tertundung dari tanah kelahirannya sendiri. Dia lebih memilih kata tundung ketimbang usir, dengan pertimbangan keindahan dan keunikannya barangkali. Kata “kendat” dalam perlawanan tanpa kendat melawan ketidak adilan.
Kata kendat disini mengingatkan saya pada tali kenat, atau ungkapan kenatin pada permainan layang layang untuk anak anak kita di pedesaan Bali. Kata kendat atau kenat ini bermakna kendali, ulur atau kompromi barangkali. Dan saat dipilih kata kendat dalam tulisan itu, terasa lebih enak dibaca dan menyentuh rasa indah kita, dibandingkan misalnya tanpa kompromi, atau tanpa bisa ditawar untuk pilihan lainnya.
Dalam kehidupan sehari hari kita, dan terutama anak anak kita saat ini diharuskan untuk menguasai minimal tiga bahasa. Bahasa Indonesia sebagai pengantar di sekolah atau tempat kerja, bahasa Inggris untuk bisa berkomunikasi minimal karena kita hidup di daerah pariwisata dan terakhir bahasa daerah Bali yang terkesan dipaksakan pada anak anak kita untuk juga menguasinya.
Ada kesan inferioritas antar satu bahasa dengan yang lainnya. Saat seseorang terlihat fasih berbahasa Inggris, dia akan terlihat modern dan banyak pergaulan dibandingkan dengan yang memakai bahasa Indonesia apalagi dengan yang memakai bahasa daerah. Nama sebuah perumahan, acara di teve ataupun sebuah kegiatan akan terlihat lebih menjual kalau menyelipkan sedikit bahasa Inggris.
Saya sendiri mengalaminya saat mengikuti sebuah seminar bidang kedokteran di kampus almamater saya. Saat seorang pemakalah menyampaikan materi dalam bahasa Inggris, saya merasa telah rugi jauh jauh meninggalkan tempat kerja untuk sebuah seminar yang saya tak terlalu mengerti isinya. Dan saya yakin sebagian dari pesrta yang usianya sebaya saya atau yang lebih tua pasti merasakan situasi yang sama seperti saya.
Dan mereka menyimpannya dalam hati, karena mereka malu untuk mengakui ketakmampuannya berbahasa asing kepada orang lain. Dan yang saya dengar memang saat ini kalau mau kuliah di kedokteran harus lebih siap karena bahasa pengantar yang digunakannya adalah bahasa Inggris. Sehingga mungkin tamatan dokter yang jauh lebih muda dari saya memang sudah sangat siap untuk menerima materi seminar dalam bahasa Inggris, tak seperti kami dokter dokter produksi lawas.
Kebijakan Gubernur Bali terkait penggunaan bahasa termasuk aksara Bali di papan nama instansi instansi pemerintah secara kasat mata cukup membuat masyarakat merasakan kembali bahwa bahasa dan juga aksara bali masih tetap ada di masyarakat. Tetapi kenyataan sendiri untuk anak anak kita, termasuk tiga anak saya yang masih sekolah di SD. Bahasa daerah Bali termasuk mata pelajaran yang kurang disukai dan memang menjadi musuh berat untuk mereka.
Dan saya sendiri tak punya resep khusus untuk ini, karena saat saya diminta membantu menyelesaikan tugas dalam bahasa Bali, apalagi tulisan Bali. Saya langsung angkat tangan, ”Coba minta tolong Bunda, Ayah dari SD sampai SMA tak mampu membaca aksara Bali dengan baik”,begitu kilah saya.
Tapi untuk bahasa Bali, saya cukup menyukainya. Puisi karya Made Taro sasih karo ring Bali,sampai saat ini bisa saya ingat kata katanya. Karya penyair muda Dharma putra, putu Supartika membuat saya ingin menengok kembali bahasa ibu yang nyaris kita lupakan.
Demikianlah situasi kita saat ini, dengan kemungkinan menguasai tiga bahasa tersebut membuka kesempatan bagi kita untuk lebih tahu budaya asal bahasa tersebut dan juga karya sastra yang ditulis dalam bahasa tersebut. Tapi sisi negatifnya ini menjadi beban tambahan bagi mereka yang merasa tak punya ketertarikan khusus pada bahasa tersebut selain bagi mereka yang secara ekonomi memang harus tahu bahasa asing tertentu. Mereka yang bergerak di bidang pariwisata yang saya kira mempelajari bahasa asing dengan alasan ekonomi sebagai motivasi utamanya.
Mungkin kita, termasuk saya sendiri mesti menurunkan standar kita pada diri sendiri dan terutama pada anak-anak kita. Kalau mereka memang tak terlalu tertarik untuk tahu bahasa Bali, saya tak akan terlalu memaksakannya. Tapi saya tak akan lelah untuk menunjukkan pada mereka hal hal yang indah yang tersembunyi di balik sebuah bahasa, entah bahasa Indonesia maupun bahasa bali.
Dan akhirnya ungkapan bahwa bahasa menunjukkan bangsa, terlalu naïf kalau kita abaikan begitu saja. Saat kita mempergunakan bahasa nasional kita termasuk bahasa daerah dengan baik. Bahkan tergerak untuk memperkayanya dengan kata kata baru yang tak mesti berasal dari bahasa asing. Itu kan membuat sumpah kita untuk menjunjung bahasa persatuan kita bukanlah sumpah tanpa makna.
Bahkan salah satu keunggulan utama Chairil Anwar dibandingkan penyair yang seangkatan dengannya adalah karena kemampuan beliau untuk memperkenalkan kata kata baru, ungkapan baru maupun cara penggunanaan yang tak jamak untuk zaman itu. Dan terbukti puisi puisi beliau bersifat abadi karena penggunaan kata kata yang baru dan unik tersebut.
Oya ada dua kata yang baru saya tahu ada padanannya dalam bahasa Indonesia, tapi tak banyak orang yang tahu saya kira. Karena di media massa terlebih media sosial masih dipakai kata yang berasal dari bahasa Inggris. Katabullying ternyata sudah punya padanannya dalam bahasa Indonesia yaitu perundungan. Dan yang kedua kata bidang kesehatan yang paling populerbelakangan ini apalagi setelah pergantian menteri Kesehatan adalah kata stunting, anak kerdil yang ternyata sudah kita punya padanannya yaitu tengkes.
Akhirnya, Jayalah bangsaku, majulah bahasanya.[T]