10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menyerap Bahasa Daerah, Menjunjung Tinggi Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia

dr. Ketut Suantarabydr. Ketut Suantara
November 15, 2019
inEsai
Si Perantau Tanggung: Asal Tabanan, Lahir di Buleleng, Domisili Negaroa
74
SHARES

“Kami pemuda pemudi  Indonesia

                Menjunjung tinggi bahasa persatuan

                Bahasa Indonesia..”

( bait ketiga teks Sumpah Pemuda )

____

Samar-samar masih terdengar pembacaan bait terakhir Sumpah Pemuda itu di stasiun televisi swasta sore itu. Ada rasa tak nyaman di hati membandingkan bunyi sumpah tersebut dengan situasi terkini perkembangan bahasa nasional yang ingin kita junjung tinggi itu.

Saya termasuk penggemar rubrik bahasa di koran dan majalah. Yang saya tahu harian Kompas, mingguan Tempo dan majalah bulanan Intisari rutin menampilkan kolom tentang bahasa (Indonesia) dalam setiap penerbitan mereka. Banyak pemerhati bahasa yang menulis disana. Nama yang paling legendaris mungkin JS Badudu, saking legendanya, kalau ada yang terkesan memakai bahasa Indonesia dengan begitu rapinya (seperti putra sulung saya). Tak pelak diledek seakan seorang JS Badudu.

Bahkan belakangan saya melihat ada seorang berkebangsaan Swedia yang rutin menulis kritik tentang bahasa Indonesia di harian Kompas dan majalah Intisari. Terlepas dari istrinya yang seorang Jawa, kecintaannya pada Bahasa Indonesia menunjukkan bahwa bahasa kita sebenarnya adalah bahasa yang menarik dan layak untuk dipelajari lebih jauh setidaknya menurut si Swedia itu.

Dan yang pernah saya dengar dan baca juga, bahwasanya bahasa Indonesia secara teknis memenuhi standar untuk dijadikan bahasa pengantar di tingkat internasional. Barangkali karena bahasa kita gampang dipelajari, baik dari pengucapan maupun penulisannya dan yang utama mungkin karena sifatnya yang egaliter, tak mengenal tingkatan bagi penggunanya. Bisa kita bayangkan suatu saat nanti, kita bepergian ke luar negeri, tanpa perlu mempelajari bahasa di negara tujuan, karena mereka sudah fasih dengan bahasa kita. Mudah mudahan ini bukanlah mimpi yang kepagian.

Dari kegemaran membaca rubrik tersebut, termasuk membaca tulisan baik berupa essay maupun puisi saya menemukan banyak  kata yang menarik hati meskipun tak banyak dipergunakan lagi saat ini. Kata lindap, berkelindan, bersiponggang menurut saya benar-benar  unik dan tak mudah mencari kesamaannya dengan kata yang ada maupun dengan kata dari bahasa asing. Dari suatu rubrik sempat saya baca juga, bahwa kata santai, diserap dari sebuah bahasa daerah yaitu daerah Ogan Komering di daerah Sumatera sana.

Duo kata mengunggah dan mengunduh (dari  bahasa Sunda) saya rasa lebih eksotik dari kata upload dan download. Dalam tulisan Goenawan Muhhamad ada dua kata yang saya yakini beliau serap dari bahasa ibu saya, yaitu bahasa Bali, dan ini sangat membahagiakan saya. Seorang penulis kaliber nasional peduli pada bahasa yang kita sendiri sudah mulai jarang mempergunakannya dalam percakapan sehari- hari. Kata “tundung” pernah beliau pakai pada sebuah tulisannya. Dia yang tertundung dari tanah kelahirannya sendiri. Dia lebih memilih kata tundung ketimbang usir, dengan pertimbangan keindahan dan keunikannya barangkali. Kata “kendat” dalam perlawanan tanpa kendat melawan ketidak adilan. 

Kata kendat disini mengingatkan saya pada tali kenat, atau ungkapan kenatin pada permainan layang layang untuk anak anak kita di pedesaan Bali. Kata kendat atau kenat ini bermakna kendali, ulur atau kompromi barangkali. Dan saat dipilih kata kendat dalam tulisan itu, terasa lebih enak dibaca dan menyentuh rasa indah kita, dibandingkan misalnya tanpa kompromi, atau tanpa bisa ditawar untuk pilihan lainnya.

Dalam kehidupan sehari hari kita, dan terutama anak anak kita saat ini diharuskan untuk menguasai minimal tiga bahasa. Bahasa Indonesia sebagai pengantar di sekolah atau tempat kerja, bahasa Inggris untuk bisa berkomunikasi minimal  karena kita hidup di daerah pariwisata dan terakhir bahasa daerah Bali yang terkesan dipaksakan pada anak anak kita untuk juga menguasinya.

Ada kesan inferioritas antar satu bahasa dengan yang lainnya. Saat seseorang terlihat fasih berbahasa Inggris, dia akan terlihat modern dan banyak pergaulan dibandingkan dengan yang memakai bahasa Indonesia apalagi dengan yang memakai bahasa daerah. Nama sebuah perumahan, acara di teve ataupun sebuah kegiatan akan terlihat lebih menjual kalau menyelipkan sedikit bahasa Inggris.

Saya sendiri mengalaminya saat mengikuti sebuah seminar bidang kedokteran di kampus almamater saya. Saat seorang pemakalah menyampaikan materi dalam bahasa Inggris, saya merasa telah rugi jauh jauh meninggalkan tempat kerja untuk sebuah seminar yang saya tak terlalu mengerti isinya. Dan saya yakin sebagian dari pesrta yang usianya sebaya saya atau yang lebih tua pasti merasakan situasi yang sama seperti saya.

Dan mereka menyimpannya dalam hati, karena mereka malu untuk mengakui ketakmampuannya berbahasa asing kepada orang lain. Dan yang saya dengar memang saat ini kalau mau kuliah di kedokteran harus lebih siap karena bahasa pengantar yang digunakannya adalah bahasa Inggris. Sehingga mungkin tamatan dokter yang jauh lebih muda dari saya memang sudah sangat siap untuk menerima materi seminar dalam bahasa Inggris, tak seperti kami dokter dokter produksi lawas.

Kebijakan Gubernur Bali terkait penggunaan bahasa termasuk aksara Bali di papan nama instansi instansi pemerintah secara kasat mata cukup membuat masyarakat merasakan kembali bahwa bahasa dan juga aksara bali masih tetap ada di masyarakat. Tetapi kenyataan sendiri untuk anak anak kita, termasuk tiga anak saya yang masih sekolah di SD. Bahasa daerah Bali termasuk mata pelajaran yang kurang disukai dan memang menjadi  musuh berat untuk mereka.

Dan saya sendiri tak punya resep khusus untuk  ini, karena saat saya diminta membantu menyelesaikan tugas dalam bahasa Bali, apalagi tulisan Bali. Saya langsung angkat tangan, ”Coba minta tolong Bunda, Ayah dari SD sampai SMA tak mampu  membaca aksara Bali dengan baik”,begitu kilah saya.

Tapi untuk bahasa Bali, saya cukup menyukainya. Puisi karya Made Taro sasih karo ring Bali,sampai saat ini bisa saya ingat kata katanya. Karya penyair muda Dharma putra, putu Supartika membuat saya ingin menengok kembali bahasa ibu yang nyaris kita lupakan.

Demikianlah situasi kita saat ini, dengan kemungkinan menguasai tiga bahasa tersebut membuka kesempatan bagi kita untuk lebih tahu budaya asal bahasa tersebut dan juga karya sastra yang ditulis dalam bahasa tersebut. Tapi sisi negatifnya ini menjadi beban tambahan bagi mereka yang merasa tak punya ketertarikan khusus pada bahasa tersebut selain bagi mereka yang secara ekonomi memang harus tahu bahasa asing tertentu. Mereka yang bergerak di bidang pariwisata yang saya kira mempelajari bahasa asing dengan alasan ekonomi sebagai motivasi utamanya.

Mungkin kita, termasuk saya sendiri mesti menurunkan standar kita pada diri sendiri dan terutama pada anak-anak kita. Kalau mereka memang tak terlalu tertarik untuk tahu bahasa Bali, saya tak akan terlalu memaksakannya. Tapi saya tak akan lelah untuk menunjukkan pada mereka hal hal yang indah yang tersembunyi di balik sebuah bahasa, entah bahasa Indonesia maupun bahasa bali.

Dan akhirnya ungkapan bahwa bahasa menunjukkan bangsa, terlalu naïf kalau kita abaikan begitu saja. Saat kita mempergunakan bahasa nasional kita termasuk bahasa daerah dengan baik. Bahkan tergerak untuk memperkayanya dengan kata kata  baru yang tak mesti berasal dari bahasa asing. Itu kan membuat sumpah kita untuk  menjunjung bahasa persatuan kita bukanlah sumpah tanpa makna.

Bahkan salah satu keunggulan utama Chairil Anwar dibandingkan penyair yang seangkatan dengannya adalah karena kemampuan beliau untuk memperkenalkan kata kata baru, ungkapan baru maupun cara penggunanaan yang tak jamak untuk zaman itu. Dan terbukti puisi puisi beliau bersifat abadi karena penggunaan kata kata yang baru dan unik tersebut.

Oya ada dua kata yang baru saya tahu ada padanannya dalam bahasa Indonesia, tapi  tak banyak orang yang tahu saya kira. Karena di media massa terlebih media sosial masih dipakai kata yang berasal dari bahasa Inggris. Katabullying ternyata sudah punya padanannya dalam bahasa Indonesia yaitu perundungan. Dan yang kedua kata bidang kesehatan yang paling populerbelakangan ini apalagi setelah pergantian menteri Kesehatan adalah kata stunting, anak kerdil yang ternyata sudah kita punya padanannya  yaitu tengkes.

Akhirnya, Jayalah bangsaku, majulah bahasanya.[T]

Tags: Bahasabahasa daerahBahasa Indonesiasumpah pemuda
Previous Post

Di Bali Utara Cuaca Panas-Dingin, Hatiku Juga

Next Post

Puisi-puisi IDK Raka Kusuma # Juru Masak Tampan: Wayan Koster

dr. Ketut Suantara

dr. Ketut Suantara

Dokter. Lahir di Tista, Busungbiu, Buleleng. Kini bertugas di Puskesmas Busungbiu 2 dan buka praktek di Desa Dapdaputih, Busungbiu

Next Post
Puisi-puisi IDK Raka Kusuma # Juru Masak Tampan: Wayan Koster

Puisi-puisi IDK Raka Kusuma # Juru Masak Tampan: Wayan Koster

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co