17 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Sastrawan?

IGA Darma Putra by IGA Darma Putra
November 12, 2019
in Esai
15
SHARES

Sastrawan berarti ia yang bertubuh shastra. Tidak ada bedanya shastra dengan dirinya. Singkatnya, dialah wujud dari shastra. Makanya menurut tradisi yang konon melankolis puitis khas Bali, sastrawan berarti ia yang telah menjadi shastra. Gitu melankolisnya!

Lalu apa ciri-ciri orang yang sudah membadankan shastra? Menurut Sarjana Sastra Bali yang khas, orang yang membadankan shastra terlihat dari perilakunya. Konon orang yang sudah mapan pengetahuannya tentang shastra, secara tidak langsung akan mempengaruhi perilakunya. Perilaku tidak diterjemahkan hanya sebagai tindakan, tapi trilogy pikiran-perkataan-perbuatan. Dari ketiga ciri itu, seseorang dapat dilihat tingkat pemahamannya terhadap shastra. Salah satu aturan yang mengatur shastrawan dalam paradigma berpikir saya yang pelajar sastra ala Bali melankolis puitis adalah:

yamāṁś ca niyamāṁś caiva yadā rakṣen nu paṇḍitaḥ|

teṣāṁ saṁrakṣitenaiva buddhir asya na cālyate ||

Terjemahannya:

saṅ paṇḍita sira, rinakṣanira ikaṅ yamabrata, mvaṅ ikaṅ niyamabrata,

apan yan karakṣa yamaniyamabrata, tan cala buddhinira.

Artinya, saya sedang menyamakan pandita dengan sastrawan. Karena Pandita bagi saya adalah sastrawan. Karena tiap Pandita harus belajar shastra. Karena Pandita yang tidak tahu shastra, khususnya dalam tradisi Bali, tidak tahulah saya apa yang akan dilakukannya. Masak iya, kalau ada orang yang nunas baos dikasi kaos. Beda urusan.

Yang dikatakan oleh Wretisasana di atas, setidaknya seorang Pandita memegang teguh ajaran Yama dan Niyama. Masing-masing terdiri dari lima anggota. Yama beranggotakan Ahimsa [tidak menyakiti], Brahmacari [tidak pernah bersetubuh dari kecil, dan paham mantra kabrahmacarian], Satya [setia pada ucapan], Awyawaharika [tidak berdagang, tidak berselisih], Astainya [tidak menipu]. Niyama anggotanya Akroda [tidak marah], Gurususrusa [bakti pada guru], Sauca [selalu memuja Surya], Aharalagawa [tidak sembarang makan], dan Apramada [mempelajari kabhujanggan]. Bayangkan betapa sulitnya aturan-aturan itu harus ditaati.

Tidak mudah untuk tidak menyakiti, karena bisa saja kita tidak bermaksud menyakiti orang lain tapi nyatanya orang lain tersakiti. Tidak bersetubuh dari kecil? Yang ini barangkali bisa dilakukan oleh beberapa orang. Tapi yang namanya Pandita, boleh kawin. Brahmacari ada tingkatannya. Yang tidak kawin sama sekali namanya Sukla, yang kawin sekali saja seumur hidup namanya Sewala, kalau yang kawin sebanyak maksimal empat kali namanya Kresna. Menurut Slokantara, katanya boleh kawin sampai empat kali karena meniru-niru Rudra yang beristrikan empat Dewi. Keempat Dewi itu disebut Caturbhagini. Caturbhagini ialah Uma, Gangga, Gauri dan Durga. Ternyata boleh sampai empat kali! Ada yang mampu?

Setia pada ucapan juga susah. Banyak yang tidak setia pada janji. Janji ini, janji itu, akhirnya janji tinggal janji. Biasanya cara ini dipahami betul oleh politikus kardus yang mendengus-dengus. Tapi saya tidak, saya berjanji akan menyeberangkan saudara-saudara dari telaga ini. Dengan cara saya.

Tidak berdagang dan berselisih juga sulit dilakukan. Bayangkan segala barang yang diperjualbelikan itu ternyata terlarang. Mau makan apa kita nanti? Sekarang don biu saja sudah beli muahal. Kenapa pakai don biu? Karena plastic dilarang. Plastik dilarang, tapi timbunannya semakin menggunung. Dimana tidak nyambungnya? I don’t know bro.

Bagaimana caranya tidak berselisih? Tiap hari di kantor, di sekolah, di rumah kerjaan kita adalah berselisih. Saling ingin menunjukkan kemampuan sendiri-sendiri. Caranya ada banyak. Ada yang belajar mati-matian bagaimana cara menjilat pantat bos, ada yang tekun baca buku-buku teori, ada juga yang belajar bagaimana caranya memperbanyak muka. Di rumah juga sama. Bagaimana caranya biar keluarga yang lain melihat kita berhasil. Beli motor, mobil, beli kapal, beli pesawat, bangun rumah berlantai tiga sambil terus mencari ilmu gaib.

Tidak menipu? Mana mungkin hari ini kita jalani tanpa penipuan. Ada saja celah di benteng kesusilaan itu agar penipuan bisa masuk dan merajalela. Boleh kutip sloka kitab-kitab Weda, Lontar, Tantra, dan lain sebagainya. Asalkan keinginan kita terisi! Bilang saja ada aksara di tubuh kita, yang bisa bikin begini dan begitu. Orang yang mendengarnya akan berkaca-kaca sambil berdendang bahwa “baru ku temukan yang sejati-jatinya jati”.

Lima yang selanjutnya apalagi. Terlalu pusing saya untuk menulis contoh-contoh yang tidak nyambung antara ajaran dengan praktik. Silahkan cari sendiri. Saya mau tidur dan berdoa kepada Tuhan yang Mahasegalanya itu. Semoga ini hanya mimpi. Besok saat bangun, saya berharap kita semua sudah baik-baik saja. Selamat Purnama. Selamat menerangi gelap.

Lalu apakah Sastrawan? Terjemahkanlah sendiri. Kalau saya, Sastrawan adalah manusia yang memiliki kemanusiaan. Silahkan dilanjutkan.[T]

Kacang [Kamus Cangak]

Munafik          : Pelajaran yang tidak perlu dipelajari, tapi semua orang bisa ahli

Tags: renungansastrasastrawan
IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Opini

Wajah Lalu Lintas adalah Wajah Kita – Curhat Pengendara Jantungan

PERJALANAN menuju tempat kerja sejauh 17 kilometer, tiap hari, pulang dan pergi, sangat melelahkan bagi saya, baik secara fisik maupun ...

February 2, 2018
Pentas Musikalisasi Puisi Komunitas Mahima di Festival Seni Bali Jani, 28 Oktober 2019
Ulasan

My Hair My Hair, Puisi Melankolia yang Menghibur dengan Murung

My Hair My Hair My hair, my hair, the flame to flare My hair, my hair, dare to be bare ...

October 31, 2019
Saras Dewi saat diskusi di Rumah Belajar Komunitas Mahima
Esai

Cantiknya Mbak Saras Dewi, Petani Keren, dan Teluk Terkasih

  SIAPA yang tak kenal L.G Saraswati Puteri. Ia kini terkenal dengan nama Saras Dewi. Ia sosok penyanyi, sastrawan, juga ...

February 2, 2018
Bill Farancz
Esai

Bertemu Bill di Ubud, Bercakap-cakap tentang Meditasi dan Mindfulness

LELAKI tua itu datang dan menyapa Pak Memet, pemilik sebuah café di Jalan Sri Wedari, Ubud. Tampaknya mereka sudah saling ...

October 6, 2018
Seniman Teja Astawa dan Isterinya Berpose di Depan Lukisannya [Foto: Putri Handayani]
Khas

Berpameran di Tengah Pandemi Covid-19 ala Teja Astawa dan Galeri Zen1

Pelukis Ketut Teja Astawa (49) berpameran tunggal keenam yang bertajuk “Terbahak Kritis Estetis ala Teja Astawa”, Jumat (11/9/2020) bertempat di ...

September 13, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Lukisan di atas kardus. Karya ini diberi judul “Pariwisata Macet Jalan Raya Lancar”.
Esai

Pariwisata Macet, Jalan Raya Lancar

by Doni Sugiarto Wijaya
January 16, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1347) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In