Apa yang terbayang di benak anda saat mendengar profesi Dokter. Barangkali tak akan jauh dari dua hal berikut. Sebuah profesi yang diisi orang orang dengan status ekonomi diatas rata-rata kebanyakan rakyat Indonesia, dan ini tak perlu lagi dikupas lebih lanjut. Dan yang kedua adalah dekatnya profesi ini dengan pintu sorga, karena profesi ini identik dengan ikthiar menplong tanpa pamrih, menjunjung tinggi nilai kemanusiaaan dan kesediaan menolong tanpa membedakan orang yang memerlukan. Barangkali kesan kedua ini yang perlu kami renungkan kembali kebenarannya di zaman materialistis seperti saat ini,terutama untuk kami yang memilih profesi ini sebagai upaya untuk melanjutkan peradaban.
Ruang diskusi publik kita saat ini dipenuhi polemic tentang sosok menteri kesehatan yang baru ditunjuk oleh Presiden terpilih kita bapak Jokowi. Terlepas dari kontroversi yang beliau buat dengan metode pengobatan cuci otaknya. Kita tak bisa menutup mata bahwa beliaulah satu satunya dokter yang berkiprah di bidang militer dengan pangkat tertinggi sepanjang sejarah republik ini yakni Letnan Jendral. Dan kesuksesan beliau memimpin Rumah sakit Angkatan darat menjadi salah satu rumah sakit yang modern dan berkualitas, sudah menunjukkan kapasitas beliau sebagai seorang dokter dengan kelebihan yang perlu kita catat dalam buku sejarah.
Sebelum dokter Terawan, sebenarnya begitu banyak nama dokter yang berkiprah di luar bidang kesehatan, termasuk dalam mengawali kesadaran nasionalisme Indonesia kita. Dokter Wahidin Sudirohusodo, dokter Soetomo, Cipto Mangunkusumo tercatat berperan penting di awal pergerakan Nasional Indonesia.
Di belahan bumi yang lain, sosok dokter bahkan berperan penting untuk pembentukan sebuah negara modern dan bahkan lintas negara menumbuhkan semagat kesadaran nasional di beberapa negara yang sempat disinggahinya.
Ernesto “CHE” Gueverra, tokoh ikonik. Wajah bercambang dengan topi baret. Gambarnya biasa dibawa saat demonstrasi demonstrasi melawan pemerintah yang sah di berbagai negara di dunia. Namanya identik dengan perlawanan tanpa kendat melawan kemapanan, memperjuangkan persamaan hak untuk seluruh lapisan masyarakat, seperti mimpi pendukung Sosialisme (bukan komunisme) dimanapun di kolong langit. Siapa menyangka dia adalah seorang dokter umum yang telah hidup mapan di Buenos Aires, ibukota Argentina pada tahun 60-an. Dan karena pengalaman bersepeda motor keliling benua Amerika selatan bersama seorang sahabatnya, dan melihat berbagai ketimpangan sosial di sepanjang perjalanan. Meneguhkan keyakinan beliau bahwa sosialisme merupakan jawaban yang pas untuk mengatasi semua ketimpangan tersebut.
Dia lalu berkeliling benua Amerika sisi selatan dan tengah, berpropaganda, menggerakkan rakyat untuk melawan kapitalisme. Di Kuba, bersama Fidel Castro dia berhasil menumbangkan pemerintah sebelumnya yang kapitalis, dan memilihkan faham sosialisme untuk rakyat Kuba dan tetap dipegang teguh sampai saat ini.
Walaupun diimingi jabatan penting di sana, Che Gueverra ingin mengulangi kesuksesaanya di Kuba untuk negara negara lainnya di Amerika selatan. Dan beberapa tahun kemudian dia tertangkap di pedalaman Bolivia oleh militer yang didukung Amerika serikat. Tanpa pengadilan dia dieksekusi. Jenazahnya dijemput oleh militer Kuba dan dikebumikan dengan terhormat di negari sahabatnya Fidel Castro.
Seorang Anomali di zaman ini ( menurut Goenawan Muhhamad ) selain Osama Bin Laden, yang rela meninggalkan kemapanan dan kenikmatan pribadi. Untuk mewujudkan mimpi mereka tentang dunia yang lebih adil untuk semua penghuninya, setidaknya menurut keyakinan mereka.
Sun Yat Zen, nama yang kita baca di buku sejarah sekolah menengah dulu. Bapak perintis China modern, pemimpin kaum nasinalis China setelah berakhirnya era kekaisaran China kuno, dengan raja terakhirnya Pu Yi. Ternyata beliau adalah seorang dokter juga.
Seorang nasionalis sejati, bersama Chiang Kai Sek. Diseberangnya adalah kaum komunis China ( Koumintang ) pimpinan Mao Zedong.
Beliau mati dalam usia muda, tak sempat melihat China bersatu. Tak merasakan kekalahan kaum nasionalis dari kaum komunis di China daratan. Para pengikutnya, termasuk Chiang Kai Sek melarikan diri ke pulau Formosa dan mendirikan negara Republik yang sekarang kita kenal dengan nama Taiwan. Sebuah negara yang maju dan modern, dengan menapaktilasi ajaran dan prinsip hidup Sun Yat Zen.
Dari dalam negeri sendiri kita kenal nama Wahidin Sudirohusodo, seorang dokter jawa (untuk membedakan dengan dokter bangsa Belanda) yang memakai seluruh tabungan dan pensiunnya untuk berkeliling Jawa menggerakkan semangat persamaan hak bagi kaum terjajah saat itu, dan ini lah yang menginspirasi generasi setelahnya termasuk dokter Sotomo, RM Tirto Adhi Soediro ( TAS ) untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda dengan cara modern, yaitu dengan berorganisasi dan membagikan gagasan lewat tulisan. Dan terbukti di kemudian hari cara ini yang mengantarkan bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaannnya seperti yang kita nikmati sampai saat ini.
Nama terakhir yang sering terlupakan sejarah resmi kita adalah J. Leimena, Sering dipanggil JOJO. Beliau yang juga seorang dokter sudah terlibat dari awal saat pergerakan nasional mulai bersemi. Namanya tercatat ikut serta dalam kongres pemuda di tahun 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda dan setiap tahun kita rayakan sebagai tonggak awal tumbuhnya rasa persatuan nasional bagi seluruh bangsa yang mendiami bumi Nusantara ini tanpa membedakan suku, agama maupun Bahasa yang mereka gunakan.
Beberapa hal yang kita ingat dari sosok ini, beliau seorang Maluku beragama Katolik. Dikenal sebagai pembantu presiden yang setia, sahabat Bung karno, bisa membedakan antara urusan pribadi dan urusan kenegaraan. Saat Bung karno bepergian ke luar negeri, tanggung jawab kepemimpinan negara diberikan kepadanya. Bukan kepada Soebandrio ataupun Ahmad Yani. Pribadi yang supel, luwes dan setia kawan, dihormati kawan dan disegani lawan.
Saat Bung karno diasingkan oleh rezim orde baru, beliau terlihat sering mengunjungi Wisma Yaso, tempat sang pemimpin besar diasingkan. Dan ketika rezim berubah, beliau tak tersentuh . Karena biasanya orang orang yang dianggap dekat dengan Bung karno akan mengalami nasib yang kurang beruntung di zamannya orba. J.Leimena tetap exist, diangkat menjadi anggota , bahkan sempat menjadi Ketua Dewan pertimbangan agung ( DPA ) sampai menjelang kematiannya di pertengahan 70-an.
Banyak hal yang bisa kita teladani dari sosok sosok yang telah menorehkan namanya di buku sejarah tersebut. Terlepas dari kekurangan dan dan kekhilafan dari beberapa sejawat kita. Sosok dokter identik dengan daya kritis, keteguhan sikap dan pribadi yang bisa dipegang integritasnya. Dan satu yang paling menonjol adalah pemikiran mereka yang jauh ke depan, melintasi waktu dan sekat sekat pribadi maupun golongan, demi tujuan yang lebih luas dan kesejahteraan seluruh umat manusia.
Akhir kata, Selamat ulang tahun Dokter Indonesia. Bangga menjadi bagian- mu, tetap berkarya untuk Indonesia dan dunia yang lebih baik.[T]