30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pariwisata Nusa Penida, Menggeser Perspektif Ternak Kaki Empat Menjadi Roda Empat

I Ketut SerawanbyI Ketut Serawan
November 2, 2019
inOpini
Pariwisata Nusa Penida, Menggeser Perspektif Ternak Kaki Empat Menjadi Roda Empat

Foto ilustrasi, diambil dari @punapibalijani

243
SHARES

Tidak hanya perubahan fisik, perkembangan industri pariwisata juga mengubah perspektif hidup masyarakat secara radikal. Kasus inilah yang dialami masyarakat Nusa Penida sekarang. Sejumlah paradigma yang mapan awalnya, tiba-tiba bergeser menjadi runtuh dan ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Salah satu contoh konkret yang paling kontekstual (menonjol) untuk menjelaskan kasus ini ialah soal longsornya perspektif beternak kaki empat (sapi)ke roda empat (mobil).

___

Dulu (di bawah tahun 90-an), masyarakat Nusa Penida menjadikan aktivitas beternak kaki empat (sapi) sebagai kewajiban. Pelakunya mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Karena itu, semua generasi tahun 90-an ke bawah sangat detail memahami bagaimana mengurus sapi. Mereka sangat paham tentang cara memandikan dan memberi minum sapi di cubang-cubang atau ceruk-ceruk batu kapur. Pun memahami bagaimana mencari atau memberi makan sapi, mengikat tali sapi, dan termasuk menggembalakan sapi.

Bagi anak-anak dan remaja, aktivitas beternak sapi merupakan rutinitas yang lebih rutin dari kegiatan sekolah. Pagi, siang, dan sore adalah kewajiban bagi mereka untuk mengadakan pakan sapi, tanpa mengenal kondisi cuaca dan hari libur. Sementara, waktu bermain dan bersosialisasi dimanfaatkan di sela-sela kewajiban mencari makanan sapi dan belajar.

Jumlah sapi yang dipelihara biasanya bervariasi antara warga satu dengan yang lainnya. Umumnya, jumlah ternak ini disesuaikan dengan ketersediaan makanan yang ada pada ladang yang dimiliki warga. Pasalnya, sumber makanan sapi-sapi di Nusa Penida sepenuhnya berasal dari tumbuhan-tumbuhan di ladang (tanpa campuran pakan instan). Karena itulah, biasanya sapi akan tampak gemuk (berbobot) ketika memasuki musim penghujan. Logikanya, pada musim ini ketersediaan sumber makanan menjadi lebih berlimpah, terutama keberadaan rumput liar, pohon pisang, daun gamal, dan tanaman jagung.

Sebaliknya, musim kemarau menjadi kecemasan bagi para peternak sebab keberadaan makanan terbatas. Apalagi jika kemarau panjang, biasanya warga menyambung nyawa ternak dengan daun ketela pohon, daun gamal dan kulitnya. Jika habis, maka warga memberi makan sapi dengan daun bunut, daun nangka, dan daun kelapa (slepan).

Bagi warga Nusa Penida, beternak sapi dianggap sebagai tabungan hidup. Sapi adalah aset tahunan untuk mengantisipasikeperluan (biaya) bersifat dadakan dan prediktif dalam jumlah yang besar. Misalnya, biaya pendidikan (sekolah), biaya membangun/ renovasi rumah, modal berbisnis, biaya bermasyarakat (biaya peturunan), biaya ritual upakara (ngaben, potong gigi) dan lain sebagainya.

Aset sapi menjadi andalan utama untuk mengantisipasi kompleksitas biaya hidup, ketika sektor agraris menjadi tumpuan di wilayah Nusa Penida. Karena hasil pertanian tanah tandus (batu kapur) di Nusa Penida tidak dapat memberikan pendapatan atau finansial yang menjanjikan. Biasanya, hasil pertanian bumi Nusa Penida digunakan sebagai konsumsi sehari-hari. Jagung, ketela pohon, kacang-kacangan, dan buah-buahan diprioritaskan untuk memenuhi dapur harian. Jika jumlahnya mengalami kelebihan, baru dapat dijual untuk membeli keperluan harian lainnya.

Sektor agraris Nusa Penida mengalami masa kejayaan yang begitu panjang karena berbagai faktor. Pertama, rata-rata tingkat pendidikan masyarakat Nusa Penida rendah. Tahun 80-an dan 90-an, gelombang urbanisasi masyarakat Nusa Penida ke kota Bali seberang begitu tinggi. Rata-rata para urban ini berpendidikan SD. Sisanya, tidak tamat dan banyak yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan. Mereka menyebar menjadi pembantu rumah tangga (perempuan), sedangkan laki-laki menjadi buruh perusahaan. Kondisi ini mengakibatkan mental kemajuan masyarakat menjadi terpuruk. Mereka tak memiliki kesadaran tentang pentingnya pendidikan, karena mental “meburuh” (kerja kasar dan rendahan) telanjur begitu kuat.

Kedua, pembangunan infrastruktur di Nusa Penida tidak pernah digarap secara optimal. Hal ini disebabkan oleh wilayah pemda Klungkung yang kecil, miskin PAD, dan ditambah mentalstakeholder yang miskin pula. Akibatnya, Nusa Penida lama terbengkalai menjadi daerah terisolir. Fasilitas jalan utama kecil penuh ukiran (alias rusak). Pembangunan transportasi laut sebagai jalur penting untuk memudahkan kran kelancaran ekonomi tersumbat, karena tak ada aliran dana dari pemda. Pasokan air bersih mengandalkan sumur-sumur tadah hujan warga masing-masing. Listrik hanya bisa menjangkau daerah-daerah tertentu (tidak merata).

Ketiga, faktor geografis juga memicu Nusa Penida menjadi daerah terbelakang. Dibutuhkan dana yang besar untuk membangun daerah Nusa Penida. Pasalnya, kondisi geografis yang terpisah lautan menyebabkan operasional pembangunan menjadi membengkak (tinggi). Di satu sisi, PAD Klungkung sangat minim. Maka, tak ada pilihan, kecuali membiarkan Nusa Penida menjadi terisolir berlarut-larut.

Sama halnya dengan pilihan pekerjaan masyarakatnya. Pilihan sektor agrarislah yang paling luas dan kuat pada zaman itu. Inilah yang menjebak masyarakat Nusa Penida menjadi nyaman bekerja di sektor pertanian dan salah satunya beternak kaki empat (sapi).

Runtuhnya Sektor Agraris

Memasuki akhir tahun 2013, sektor agraris Nusa Penida mulai mengalami tanda-tanda oleng. Momen ini ditandai dengan naiknya orang dari Nusa Penida (I Nyoman Suwirta) sebagai bupati di Klungkung tahun 2013. Sebagai  orang pertama asal Nusa Penida yang menduduki singgasana kursi Bupati di Klungkung, Suwirta langsung menggenjot sektor pariwisata di pulau ini. Lobi-lobi dan langkah-langkah promosi dari pihak pemda dan swasta (mulai dari tingkat daerah, nasional maupun internasional) ampuh menggaet para wisatawan datang ke Nusa Penida.

Dalam 4 tahun belakangan, sektor pariwisata Nusa Penida langsung berkembang pesat. Akibatnya, regenerasi peternak sapi terus meredup. Pelan tapi pasti kian kehilangan pendukungnya. Sebaliknya, para generasi milenial yang peka dengan perubahan itu langsung merespon dengan cepat. Mereka menjual sapi-sapinya sebagai modal (DP) atau sebagai pelunasan pembelian mobil.

Para generasi milenial sadar bahwa pekerjaan ternak sapi membuat laju ekonomi bergerak lambat. Beternak sapi dianggap tidak responsif mendongkrak pendapatan di tengah kompleksitas kebutuhan sekarang. Karena itu, para generasi milenial berlomba-lomba menggantungkan tali kaki empat. Mereka berlomba-lomba khusus atau belajar menyetir untuk mengembalakan roda empatnya di jalanan—menjemput para wisatawan di titik-titik pelabuhan, mengangkutnya di atas jalanan terjal nan berkelok-kelok, lalu melepasnya ke objek wisata di Nusa Penida.

Berbeda dengan sapi, beternak roda empat dapat mendatangkan penghasilan yang sangat menjanjikan. Rata-rata perhari dapat meraup penghasilan Rp 500.000 (sebagai sopir, pemilik mobil, dan sekaligus guide). Sebagai pelaku driver saja, dapat meraup uang aman berkisar Rp 200.000 perhari. Belum terhitung jika mengambil paket tirta yatra, minimal Rp 600.000 pasti masuk ke kantong per harinya. Sebuah gambaran penghasilan yang tentu jauh berbeda dengan beternak kaki empat.

Kesempatan ini membuat kalangan generasi tahun 70a-an dan 80-an juga ikut  tergiur. Mereka, yang semula sebagai eks rantauan di Bali daratan (seberang), turut angkat koper, pulang kampung menikmati manisnya pariwisata di Nusa Penida. Mereka merupakan generasi pioner perantauan di tanah Bali seberang. Generasi yang tak bisa bertahan dengan sektor agraris (dan beternak sapi) pada zamannya, lalu memilih hijrah dan merantau ke Bali seberang.

Jumlahnya tidak sedikit. Dari tahun 70-an dan puncaknya (tahun 80-an, 90-an, 200-an), orang-orang Nusa Penida memilih merantau di Bali seberang dengan dua alasan penting yakni bersekolah dan mencari pekerjaan/ bekerja. Bahkan, bermula dari sekolah/ kuliah lalu sekaligus bekerja hingga berumah tangga di Bali seberang. Begitu juga dengan yang murni mencari pekerjaan. Mereka bekerja, lalu berumah tangga, dan kemudian menatap di rantauan. Inilah yang menyebabkan populasi masyarakat Nusa Penida menjadi berkurang signifikan di Nusa Penida.

Akhirnya, momen pariwisata menggiring beberapa generasi perantau kembali ke kampung asalnya. Namun, kepulangannya tidak untuk menjalankan masa lalunya sebagai peternak kaki empat (sapi). Mereka tidak lagi mengembalakan sapi-sapi di ladang datar atau perbukitan, tetapi mengembalakan roda empat di jalanan hitam nan keras.

Inilah perspektif baru, produk dari industri pariwisata. Perspektif yang tidak dapat ditolak, karena zaman terus bergerak. Bergerak untuk menggilas kaki empat, lalu mengangkat kejayaan ternak roda empat.

Tags: desa wisataKlungkungNusa PenidaPariwisata
Previous Post

Sanggupkah Pemuda Menjadi Tonggak Kemajuan Bangsa?

Next Post

Tut… Tut… Tut… Tuhan

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan, S.Pd. adalah guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP Cipta Dharma Denpasar. Lahir pada tanggal 15 April 1979 di Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Pendidikan SD dan SMP di Nusa Penida., sedangkan SMA di Semarapura (SMAN 1 Semarapura, tamat tahun 1998). Kemudian, melanjutkan kuliah ke STIKP Singaraja jurusan Prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (selesai tahun 2003). Saat ini tinggal di Batubulan, Gianyar

Next Post
Tut… Tut… Tut… Tuhan

Tut... Tut... Tut... Tuhan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co