Bunut bolong adalah salah satu destinasi wisata yang ada di Kabupaten Jembrana. Destinasi yang berada di Desa Manggisari, Kecamatan Pekutatan, ini biasanya dikunjungi setiap hari oleh turis lokal maupun mancanegara hanya untuk berswafoto.
Bunut bolong adalah pohon bunut yang dibelah oleh jalan sehingga pada bawah pohon menjadi bolong seperti lorong. Bunut bolong menjadi penanda pintu gerbang ke Jembrana atau Singaraja walaupun sebelum atau sesudah bunut bolong masih berada di kawasan Jembrana.
Konon katanya orang yang akan bertunangan atau segera menikah kalau melewati tepat di bawah pohon bunut, kisah cintanya akan kandas di tengah jalan. Maka, dibuatkan di sebelah pohon bunut jalan khusus untuk melewati pohon itu. Jalan yang tidak terlalu lebar dan ketinggian dari lobang pohon bunut yang tidak terlalu tinggi dapat dilewati oleh truk yang akan mencari pasir ke Karangasem, sulit memang dijelaskan dengan teori dan hukum fisika.
Nah, di mana ada destinasi wisata pasti ada dagang atau warung, di bunut bolong ada dua warung yang memang sudah lama sekali berjualan di sebelah pohon bunut itu. biasanya menjadi tempat untuk beristirahat atau tempat nongkrong anak muda sekitaran sana.
Aku saat akan pulang ke rumah pasti selalu menyempatkan duduk dan memesan secangkir kopi panas sambil menikmati pemandangan dari lembah surga. Ya, aku menyebutnya lembah surga karena menurutku bukit-bukit yang ada disana sangat indah untuk dinikmati, udara yang dingin, sedikit kesunyian, kabut dan kicauan burung seperti berada di surga tanpa kebisingan polusi kendaraan.
Beberapa hari lalu aku menyempatkan pulang ditengah kesibukanku yang meraja lela bulan ini, seperti biasa aku selalu mematikan musik di telepon genggamku, menikmati setiap perjalanan di sekitaran lembah surga, menikmati kesunyian, kicauan burung, udara yang dingin dan segar dan kadang ada bebunyian mesin pemotong pohon dari warga yang sedang bekerja. Kadang kalau musim cengkeh, aroma cengkeh sangat tercium dengan diselimuti kabut tipis dari lembah surga.
Oh ya, kenangan yang dulu bersama mantan kekasih tak lupa aku pikirkan, ah sudahlah lupakan. Sampai di salah satu warung di sebelah pohon bunut aku memesan kopi panas dan tak lupa menikmati lembah yang indah itu, sangat indah. Aku mengeluarkan buku catatan dari tasku untuk mencatat indahnya lembah itu, di tengah-tengah aku menikmati kopi datang dua orang anak muda masih berseragam sekolah mereka duduk di sebelahku, aku melihat jam tangan, ternyata sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore pantas saja mereka masih berseragam sekolah.
Aku sempat menguping sedikit perbincangan hangat mereka, mereka berbincang soal kebingunan memilih kemana mereka akan lanjut bersekolah atau bekerja. Mereka bilang tak ingin berpisah, ya, mereka ternyata sepasang kakasih yang akan lulus dari jenjang SMA, bermesraan di sebelahku seperti sepasang merpati yang menjalin kasih sebelum mereka berpisah dan bertemu lagi.
Aku mencoba menghiraukan mereka, dan kenangan yang dulu terlintas kembali, aku sering lewat bunut bolong saat akan pulang, dengan motor berbeda dan selalu tak ingin berjarak sampai di rumah masing-masing. Kadang beristirahat sebentar sambil memutuskan kemana selanjutnya akan berpergian kalau sudah di rumah. Mungkin itu yang dinamakan cinta dengan sejuta kerinduan. Ya, aku lama-kelamaan berpikir mungkin karena aku sering melintas di bawah pohon bunut itu kisah cintaku kandas di tegah jalan.
Saat memikirkan kenangan yang lekat dipikiranku, tiba-tiba temanku datang dari belakang, teman lama yang sudah sekian lama tidak bertemu. Kita berbincang sampai aku lupa harus pulang tidak terlalu larut karena banyak sekali yang harus aku kerjakan di rumah. Aku bergegas pulang dan membayar kopi hitam hangat, tidak lupa aku berpamitan pada temanku dan lembah surga.
Anak SMA masih asik berbincang, bermesraan dan terkadang saling tatap satu sama lain. Mereka belum juga beranjak dari tempat duduknya, mungkin mereka sempatkan berbohong dengan orang tuanya kalau ada tugas ataupun kegiatan di sekolahnya, mungkin juga mereka sempatkan berdusta pada guru.
Aku selalu berpamitan dengan lembah surga dan berpesan “jangan tinggalkan indahmu, sampai aku menjadi abu dan cucu-cucuku nanti bisa melihat indahmu juga”. Sebelum kembali menghidupkan sepeda motorku aku kembali memandang indahnya lembah surga. Memang tidak akan bosan aku menikmati keindahan alam bunut bolong dan lembah surganya sampai suatu saat aku akan meninggalkan Singaraja dan menikmati indah lembahmu bersama cerita-cerita tentang pertemuan, cinta dan kenangan. [T]