25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ini Itu-Itu Ini

IGA Darma PutrabyIGA Darma Putra
September 24, 2019
inEsai
Swastyastu, Nama Saya Cangak
12
SHARES

Hati-hati dengan pujian, karena pujian adalah jurus ampuh untuk menaklukkan. Begitu dipuji, engkau akan langsung takluk. Bukan oleh dia yang memuji, tapi oleh keangkuhanmu sendiri.

Ada banyak cara untuk memuji. Dengan kata lain, banyak pula cara untuk menaklukkan. Artinya, banyak juga celah untuk ditaklukkan. Maksudnya, jika ada suatu cara untuk menaklukkan orang, maka dengan itu pula engkau bisa ditaklukkannya. Inilah yang mesti diwaspadai. Lidah seperti ular berbisa yang meliuk-liuk dan membelit. Sekali orang terpatuk, orang bisa jadi kelimpungan dan lupa diri.

Lalu, apakah tidak ada obat dari bisa ular itu? Tentu saja ada. Obat dari racun ular, adalah racun. Jika orang terlanjur teracuni kata-kata, maka kata-kata pula obatnya. Ini adalah ilmu yang sangat penting untuk dikuasai. Bukankah dalam banyak kasus, kata-kata adalah lawan sekaligus kawan bagi siapa saja.

Kata-kata yang sakti itu, bisa digunakan untuk mengikat orang lain. Saking saktinya, kata-kata juga bisa mengikat pemiliknya. Contoh kata-kata yang mengikat adalah janji. Entah janji kepada orang lain, makhluk lain, atau pun janji diri.

Saya ini adalah Cangak yang kadang-kadang memang terlalu banyak omong. Dan menurut para tetua, itu jelas salah. Tidak semua orang bisa diajak bicara, apalagi hanya bicara. Semua butuh bukti. Itulah sebabnya, dalam teks-teks tradisi, semisal Kanda Pat, konon satu bukti adalah cara ampuh untuk mengalahkan seribu jenis omongan. Artinya, orang tidaklah cukup hanya diberi omongan, tetapi mereka juga perlu bukti.

Sampai di titik itu, saya beralih kepada isi lontar. Kan banyak lontar-lontar yang isinya sungguh tidak masuk akal. Ada lontar yang membicarakan perihal kehidupan setelah kematian, semisal Putru Sangaskara. Ada juga yang menjelaskan perihal jenis-jenis api yang hidup di dalam tubuh, semisal Aji Lakan. Tidak kurang juga yang mendeskripsikan tubuh mulai dari lapisan-lapisan terluar sampai dengan lapisan terdalam.

Barangkali, sampai di titik itu lontar-lontar tidak lagi hanya mendeskripsikan, tetapi penting juga dibuktikan. Masalahnya, bagaimana caranya? Nah, kalau sudah begitu silahkan ditanyakan kepada praktisi-praktisi yang banyak itu. Beliau-beliau tentulah memiliki pengalaman pribadi yang menarik untuk didengarkan dan juga dipikir-pikirkan kembali.

Sekali waktu, dalam suatu percakapan klasik di antara orang-orang yang sama-sama paham ajaran tentang ini dan itu, terjadilah diskusi penting. Isi diskusinya, diawali dengan pembacaan sebuah teks lontar berjudul Dwijendra Aksara. Begini bunyinya.

“īti śāstra wӗkasing sūkṣma, panugrahan ida bhaṭārī stri, jumӗnӗng ring purā pulaki, ring ngūni ngūni, kawit duk ida padaṇdha dwijendra kesaḥ saking wilatikta, praya lunghā ka gelgel, kāturan andikṣain dalӗm, kāla abhīṣeka madӗg ratu ring bali rājya, pinaka catraning jagat sira, sinӗmbaḥ dening para raja bali […]”

“inilah Sastra Wekasing Suksma, anugerah Ida Bhatari Stri, yang tinggal di Pura Pulaki dahulu, diawali ketika Ida Pedanda Dwijendra pergi dari Wilatikta, akan pergi ke Gelgel, dimohonkan agar andiksain Dalem, saat diangkat menjadi raja di kerajaan Bali, sebagai payungnya dunia, disembah oleh para Raja Bali […]”

Ada beberapa hal penting yang mengemuka dalam percakapan itu. Pertama, ada suatu ajaran yang disebut Sastra Wekasing Suksma. Ajaran itu adalah otoritas dari Bhatari yang berada di Pura Pulaki. Kedua, ajaran tadi diberikan saat Ida Pedanda Dwijendra pergi meninggalkan Wilatikta. Ketiga, Ida Pedanda pergi ke Wilatikta adalah untuk menggelar ritual Diksa kepada Dalem yang menjadi raja baru di Bali. Percakapan singkat itu, masih menyisakan pertanyaan-pertanyaan. Salah satu contoh pertanyaannya: ajaran tentang apakah Sastra Wekasing Suksma itu?

Pertanyaan pada baris terakhir lahir itu adalah pertanyaan saya setelah mendengar diskusi berat tadi. Menjadi pendengar bukanlah tanpa resiko, karena setelahnya akan ada kelindan di dalam pikiran. Satu hal yang terkesan dari proses mendengarkan itu adalah kesimpulan yang saya dapat setelahnya. Nyatanya, di antara sekian banyak teks yang didiskusikan oleh banyak orang, selalu ada pertanyaan yang akan lahir. Pertanyaan-pertanyaan itu, tidaklah dapat dijawab secara tuntas karena antara pertanyaan dan jawaban sudah saling terjalin dan membentuk lingkaran tanpa ujung. Melepaskan diri dari ikatan pertanyaan-jawaban, tentu saja tidak mudah.

Mendengar percakapan penting yang didasarkan atas berbagai jenis sumber-sumber pustaka, akan menjadi pengalaman yang penting juga untuk dicatat. Tidak hanya perihal isi diskusi, tetapi juga situasinya. Situasi diskusi tentang hal-hal yang sublime semacam itu, lebih sering dilakukan sambil tertawa terbahak-bahak.

Tampaknya, ajaran-ajaran penting yang dibicarakan tidak lebih dari sekadar lelucon bagi mereka. Mereka tertawa terbahak-bahak, menyeringai, tersenyum, sementara orang yang tidak mengerti hanya bisa ikut-ikutan tersenyum, menyeringai, lalu tertawa terbahak-bahak. Perbedaannya, kelompok yang satunya tertawa karena paham, yang satunya tertawa karena tidak mengerti. Mereka tertawa sama-sama, tetapi tertawanya tidak sama.

Saya juga tertawa. Saya tertawa karena melihat mereka semua tertawa. Bukanlah topik pembicaraan yang saya tertawakan, tetapi orangnya. Akhirnya semua tertawa dan terlihat bahagia. Mereka dan saya sama-sama punya alasan untuk tertawa.

Bukan hal baru bahwa ada orang-orang yang tertawa bahkan saat menghadapi permasalahan besar. Ada banyak konflik yang bisa ditertawakan. Konflik-konflik itu bisa ditafsir dengan berbagai macam cara. Saya berpendapat, ada suatu hal yang serius sedang terjadi dan menggerogoti sisi kemanusiaan dari berbagai sudut. Sayangnya, saya belum tahu mengapa itu terjadi. Yang lebih menarik lagi adalah hasil dari segala macam konflik itu. Tidak mungkin ada konflik tanpa hasil. Konflik seperti orang tua yang melahirkan anak. Anak konflik, tidak pernah satu, selalu banyak. Anak-anak itu hidup di dalam pikiran orang-orang yang berkonflik. Pada saatnya nanti, anak-anak itu akan besar dan menjadi konflik-konflik lainnya.

“Vishnugupta Chanakya — yang konon penulis Arthasastra itu – mengatakan bahwa penyebab konflik adalah ketidaksetaraan sosial dan kepentingan diri orang-orang”. Demikian ditulis oleh Ravindra Kumar dalam bukunya The Gandhian Way. Mengutip pernyataan dengan cara seperti ini bagi saya juga dilahirkan atas suatu konflik. Konflik batinlah sebabnya.

Pada masa ini, banyak aturan-aturan yang mengatur cara-cara penulisan dari A sampai Z. Dari Ha sampai Nya dalam aksara Bali. Mengutip dengan cara demikian saya sebut konflik batin, sebab cara itu didasarkan atas pembelaan diri jika nanti ada yang menuduh plagiat atau pun menuntut pertanggungjawaban atas pendapat yang telah dikemukakan.

Selain itu, dengan mengutip kata-kata ilmuan terdahulu, maka orang akan terlihat lebih cerdas dengan berdasarkan pada bahan bacaan yang luas dan dalam. Tetapi jika terlalu banyak mengutip, tulisan konon seperti rangkuman atas berbagai macam sumber. Disebutlah si penulis seperti burung beo kehujanan.

Segitu rumitnya hidup, sebaiknya memang dijalani dengan santai. Alis sudah terlalu sering mengkerut. Pencari bahagia tertimbun kebahagiaan, sampai mabuk dan lupa diri. Tidak sedikit orang yang tersenyum, saat tidak sedang ingin senyum. Ada yang menangis saat tidak ingin. Semuanya seperti drama kolosal yang sudah kita ketahui, tapi tidak mau kita akui. Ini hidup macam apa? [T]

Kacang [Kamus Cangak]

Cinta : alasan untuk tidak saling menyakiti



Tags: cangakfilsafat balirenungansastra
Previous Post

Menelisik Sisi Atavisme pada “Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci”

Next Post

“Ngayah” Bukan “Lelah Sing Mabayah”

IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

Next Post
Etos Kerja Orang Bali, “Jengah” & “De Ngadén Awak Bisa”

“Ngayah” Bukan “Lelah Sing Mabayah”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 25, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

“Seni bukanlah cermin bagi kenyataan, tapi palu untuk membentuknya.” -- Bertolt Brecht PARA pembaca yang budiman, kemarin anak saya, yang...

Read more

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more

Saatnya Pertanian Masuk Medsos

by I Wayan Yudana
May 24, 2025
0
Saatnya Pertanian Masuk Medsos

DI balik keindahan pariwisata Bali yang mendunia, tersimpan kegelisahan yang jarang terangkat ke permukaan. Bali krisis kader petani muda. Di...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co