Begadang Filmmaking Competition, sebuah kompetisi pembuatan film pendek berskala nasional yang unik, tahun ini memasuki penyelenggaraan ke-3. Kompetisi ini dirancang oleh organisasi film pendek Minikino, untuk menantang para pesertanya membuat sebuah film pendek fiksi dalam waktu 34 jam saja. Pendaftarannya hanya dibuka untuk pemegang KTP atau Paspor Indonesia, alias harus berkewarganegaraan Indonesia.
Begadang 2019 telah berlangsung pada tanggal 7 dan 8 September lalu. Kegiatan utama kompetisi ini adalah pembuatan film pendek yang dilakukan para peserta di lokasi yang tesebar di berbagai tempat di seluruh Indonesia, dan tahun ini, filmmaker Indonesia yang sedang tinggal di New York juga mendaftar untuk menjajal tantangan Begadang 2019.
Tahun ini, terdaftar 22 peserta yang berasal dari berbagai daerah, di antaranya; Medan, Gresik, Tangerang, Ponorogo, Banjarmasin, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Bali serta yang paling jauh adalah dari Williamsville, New York.
Setiap tahun, sebuah divisi yang disebut Posko Begadang dibentuk oleh Minikino. Posko Begadang khusus dibentuk untuk menjaga jalur komunikasi antar peserta dan panitia. Seluruh komunikasi dilakukan melalui surel dan media on-line lainnya termasuk media sosial yang dapat diikuti oleh masyarakat umum melalui akun IG @minikinoevents, dan tagar #begadang2019.
Selain persyaratan memiliki tanda bukti kewarganegaraan, panitia juga menekankan kemampuan para peserta untuk fasih mengunakan internet dan berkomunikasi melalui surel, yang menjadi jalur komunikasi utama.
I Made Suarbawa selaku koordinator Posko Begadang menyatakan bahwa, tuntutan kemampuan berkomunikasi melalui email ini sengaja ditekankan, agar informasi bisa tersampaikan lengkap dan semuanya tersimpan sebagai arsip komunikasi.
“Banyak jalur komunikasi yang tersedia, termasuk SMS dan pesan teks dengan mobile apps serta sosial media, namun kami yakin, komunikasi email ini yang mendorong kita semua untuk menggunakan bahasa surat yang lebih formal dan bertanggung jawab. Kemampuan ini suatu hal yang penting bagi filmmaker kita dalam merambah jaringan film dunia,” terang Made Suarbawa.
Tantangan Manajemen Produksi Film
Bagaikan lomba lari, tepat pada tanggal 7 September jam 8 pagi WITA, Posko Begadang memberi aba-aba mulai dengan cara memberitakan persyaratan elemen audio visual, yang sebelumnya dirahasiakan. Persyaratan rahasia inilah yang menjaga agar seluruh peserta baru bisa mulai berkarya pada saat yang bersamaan.
Selanjutnya, selama 34 jam, dengan menggunakan elemen-elemen yang diumumkan semua peserta berlomba melakukan seluruh rangkaian produksi film. Ini benar-benar memulai dari pembuatan cerita, menuangkannya dalam perencanaan produksi, shooting, dan kemudian tentu saja editing, sampai proses mengirimkan film pendek yang sudah selesai kepada Posko Begadang melalui layanan on-line. Semua peserta berusaha menyelesaikannya dalam batas waktu yang ditentukan, karena tepat pada jam 6 sore WITA, film dari peserta harus sudah diterima di Posko Begadang agar masuk dalam penilaian dewan juri.
Selain tuntutan kreatifitas, kompetisi Begadang dirancang untuk menguji kemampuan manajemen produksi. Para peserta juga dituntut memperhatikan pembagian waktu kerjanya secara seksama, termasuk bersiap untuk kemungkinan-kemungkinan di luar rencana, yang hampir pasti terjadi dalam produksi film. Tidak sekedar prencanaan yang matang, namum juga tim kerja yang solid dan tahan banting. Ketika semua dalam keadaan lelah, kurang tidur karena menyelesaikan produksi dalam batas waktu yang sempit, emosi harus tetap dijaga.
Inilah Elemen Rahasia Begadang 2019
Edo Wulia yang ikut menjaga komunikasi di posko begadang menyatakan, tahun ini, seperti biasa pihaknya mengeluarkan elemen-elemen rahasia. Semuanya ada 4 poin, pertama, film harus memiliki karakter yang mendongak atau memandang ke atas, kemudian secara audio, penonton harus mendengar suara langkah kaki. Lalu dalam adegan harus terlihat angka 17. “Dan terakhir, penonton harus melihat gerakan panning kamera, berputar sejauh 360 derajat,” kata Edo.
Menurutnya lagi, ”Proses rancangan poin-poin rahasia ini memang sudah dibicarakan lebih awal, namun untuk menjaga keamanan kerahasiaannya, kami memutuskannya sampai 1 jam terakhir, saat elemen ini akan diberitakan kepada peserta. Jadi, saat jam 6 pagi, komite di posko baru mulai berdiskusi kembali dan segera memutuskannya, dan kemudian mengumumkannya. Perubahan keputusan poin-poin rahasia ini terjadi di menit-menit terakhir sebelum diumumkan, sehingga kita di posko Begadang sebetulnya sama-sama tegangnya dengan peserta. Tidak ada yang mengetahui elemen rahasia ini, bahkan panitia pun tidak tahu, dan hal ini menciptakan keseruannya sendiri untuk kami di posko.”
FILM NOMINASI THE BEST BEGADANG 2019
Dari seluruh peserta, dipilih 4 (empat) karya finalis Begadang Filmmaking Competition. Barikut adalah daftar finalis tahun ini;
“SAPA”, pimpinan produksi; Dea Novita Anggraeni, Viertaint Creative Bali (Bali), dengan durasi film 4 menit 52 detik.
“PENDEKAR TAFSIR MIMPI”, pimpinan produksi; Jibran Alfandi Rachman, Small Time Pictures (Yogyakarta), durasi 4 menit 34 detik
“RAYUAN JIN DALAM BOTOL”, pimpinan produksi; I Gde Yudhi Hendrawan, BlackBox Movies (Bali), durasi 4 menit 38 detik
“THE SALUBRIOUS MONOTONY OF A LIVING DREAM”, pimpinan produksi; Azalia Muchransyah, CATastrophe Productions (New York), durasi 5 menit 5 detik.
Seluruh film hasil Begadang 2019, termasuk yang semuanya yang belum berhasil memenuhi target 34 jam produksi akan ditayangkan dalam pemutaran yang terbuka untuk umum, dalam rangkaian festival Minikino Film Week mendatang.
Para finalis tentu saja akan berlanjut ke meja penjurian, dan pengumuman pemenang utama akan dilakukan saat Closing Event Awarding Night MINIKINO FILM WEEK 5 – Bali, 12 Oktober 2019.