I am the master of my fate
I am the captain of my soul
( Invictus, karya William Ernest Henley )
Puisi ini mengilhami Nelson Mandela membebaskan negerinya Afrika selatan dari politik apartheid. Puisi ini juga dikutip dalam dua film holywood, salah satunya yang berjudul far and away yang dibintangi oleh pasangan Tom cruise dan Nicole kidman.
___
Hari sabtu sore itu saya dan si sulung Abisekha menikmati teh dan kudapan di teras belakang. Anak ini sangat dekat dengan saya karena kesamaan hobby diantara kami, yakni membaca. Kami ngobrol ngalor ngidul, tentang buku yang telah dibaca, teman wanita yang menarik hatinya, dan guru guru siapa yang disenangi, dan sebagainya.
Tiba tiba dia bertanya setengah serius. ”Ayah, kak Abi kalau sudah besar cocoknya jadi apa ya? Dokter atau ilmuwan? Kak Abi sangat suka membaca tentang ilmu pengetahuan alam, tubuh manusia dan juga cerita legenda dan sejarah, tapi tak begitu suka dengan matematika!” Ia menutup pertanyaannya dengan keluhan.
Abisekha baru kelas 5 SD, sudah beberapa kali lomba mewakili sekolahnya lomba sains. Bahkan sampai lolos ke final yang dilangsungkan di kota kota di jawa timur, Jember, Surabaya, Malang . untuk menyebut beberapa di antaranya.
Kegelisahan Abisekaha adalah kegelisahan saya puluhan tahun yang silam, saat seumuran dengan dia. Saya yang dibesarkan di lingkungan keluarga penggemar bacaan, dari baru bisa membaca sudah disediakan oleh keluarga. Bapak dengan koran korannya, kakak kakak yang sekolah di kota rutin membawa bacaan saat pulang kampung, baik buku, majalah maupun tabloid.
Bahkan guru saya di SD dulu begitu menyayangi saya yang suka membaca. Begitu ada buku koleksi baru di perpustakaan, pasti tak boleh siswa lain yang membacanya lebih dulu dari saya. Kebetulan sekolah saya SD Inpres baru, saya angkatan pertama disana. Jadi buku perputakaan semuanya baru, dan sangat lengkap menurut saya. Bahkan bila dibandingkan buku yang ada di SD saat ini sekalipun. Dan kalau boleh sombong, tak satu pun buku itu yang tak saya baca.
Semua jenis bacaan saya baca, tabloid olahraga, cerita kepahlawanan, sejarah, cerita remaja bahkan saat SD saya sudah habiskan beberapa serial silat legendaris karya Asmaraman S Kho Ping Hoo. Tambah dewasa akhirnya pilihan bacaan mulai menyesuaikan, saat ini novel sastra, cerpen pilihan dan sedikit filsafat.
Dan saya menyadari dari keluasan minat saya pada jenis bacaan itulah yang mengantar saya hanya sampai ke titik ini. Seorang dokter umum yang hanya bisa berpraktek di desa. Karena saya merasakan minat saya pada bidang kesehatan tak melebihi minat saya bidang lain seperti yang saya sebutkan tadi. Dan saya tak ingin hal ini terjadi pada putra sulung saya.
Saya lupa apa yang saya jawab padanya sore itu. Tapi seandainya dia ingin mendiskusikan lagi hal itu, saya telah menyiapkan sebuah jawaban.
Kak Abi, tentang pertanyaanmu itu, ayah mempunyai beberapa pertimbangkan. Mari kita sederhanakan jadi dua, kegemaranmu membaca, dan akan menjadi apa kau kelak nanti kalau sudah besar. Kak Abi, sebagai penggemar buku di negeri ini, bersiaplah menjadi kaum minoritas, kau mungkin akan kesepian sepanjang sisa hidupmu.
Sebuah survey menyebutkan indeks baca rakyat Indonesia ada di angka 0,001. Artinya dari seribu orang hanya satu yang suka membaca. Buktinya saat di sekolah, kau susah mencari teman yang mau mendengarkan ceritamu yang berat dari buku yang kau baca, hingga Pak Guru Yogi menawarkan dirinya untuk jadi teman bicaramu.
Ayah menyikapi situasi ini dengan coba menggeluti hobby lain di luar membaca, sekadar untuk lebih bisa bersosialisasi dan mencari teman. Kau tahu ayah menguasai banyak cabang olahraga kan, dan ayah juga dulu suka bertualang, mendaki gunung untuk mengeluarkan energi terpendam, untuk mengimbangi kebiasaan membaca yang pasif.
Dan satu yang baru ayah sadari manfaatnya, dan belum sempat ayah praktekkan saat bersekolah dulu adalah belajar berorganisasi, beranikan diri untuk memimpin orang. Ini akan melatih keberanianmu nanti dan meningkatkan kepercayaan dirimu. Dan yang terpenting kau akan belajar untuk bekerjasama dengan orang lain.
Satu yang ayah syukuri dari kegemaranmu membaca adalah, kau sudah fokus pada beberapa jenis bacaan. Tidak seperti ayah dulu yang melahap semua jenis buku tanpa pandang bulu. Ayah ingat pesan seorang ilmuwan peraih Nobel yang ditulis di sebuah surat kabar, dan layak kau jadikan pedoman dalam melangkah ke depan nanti.
“Kalau anda ingin menjadi orang yang sukses dalam kehidupan, ada rahasianya. Kuasai satu bidang secara mendalam sehingga anda menjadi ahli yang profesional dan langka, lalu kuasai bidang lain secukupnya agar kau bisa bersosialisasi dengan teman teman anda”.
Jadikan ini sebagai cermin, Kak Abi.
Untuk profesi yang cocok untukmu nanti, ayah belum dapat memberikan gambaran yang jelas padamu. Itu perlu proses, dan kau harus mengetahui persis dimana minatmu yang terbesar lalu fokuslah pada yang itu, yang lain cukup kau kuasai sekedarnya. Tetapi ini juga tak bisa berlaku sepenuhnya nak. Kita tinggal di negara yang sistem pendidikannya masih merangkak, coba dan coba terus, tanpa visi yang jelas menurut ayah.
Dan yang merisaukan buat ayah, biaya pendidikan sangat meningkat dalam beberapa tahun belakangan. Dan seandainaya kau bermimpi menjadi dokter seperti ayah, tolong dipikirkan ulang impian itu. Sebagai perbandingan, antara harga makanan dan biaya kuliah kedokteran nanti, terjadi peningkatan yang tak masuk akal menurut ayah.
Harga satu bungkus nasi saat ayah kuliah dibandingkan sekarang paling naik 10 kali lipat, tapi uang spp per semester untuk kuliah seperti ayah, hampir naik 100 kali, apakah ini yang namanya inflasi, ayah kurang mengerti. Kenapa berbeda hampir 10 kali lipat antara peningkatan biaya pendidikan dan harga kebutuhan pangan.
Tapi kau jangan berkecil hati, ayah punya sedikit rahasia yang perlu kau ketahui. Sekarang belajarlah dengan giat. Fokuskan diri pada pelajaran pelajaran yang diujikan untuk mencari sekolah nanti. Misalnya matematika, ilmu pengetahuan alam, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Pelajaran lain cukup kau ketahui seperlunya. Berusahalah mencari perguruan tinggi dengan jalur biasa, tanpa harus lewat jalur mandiri. Entah itu kedokteran, atau apapun nanti. Itu akan sangat melegakan ayah, ayah tak akan merogoh tabungan lebih dalam untuk mengantarkanmu ke bangku kuliah.
Dan begitu kau memilih kuliah sesuai dengan bidang yang kau sukai. Cukup sudah kewajiban ayah untuk pendidikanmu.Ayah cuma perlu melakukan 2D, doa dan menyiapkan dana. Begitu kau kuliah, hidup dan masa depan sudah jadi milikmu sendiri, tanggung jawabmu sendiri. Seperti puisi Invictus tadi “kau adalah nahkoda untuk bidukmu sendiri, dan kau adalah pemandu untuk jiwamu sendiri“
Sepertinya terlalu panjang lebar jawaban yang saya siapkan untuknya. Tapi saya yakin dia akan memahaminya sebagian, dan mengingat sebagian lainnya untuk kelak di kemudian hari. Tetapi setelah saya baca kembali tulisan ini, terlepas dari saya yang mulai pikun. Barangkali sebagian sudah saya sampaikan kepadanya, dan mulai direspon oleh otak kecilnya.
Saat awal tahun ajaran baru, dia naik kelas ke kelas 5. Begitu pulang sekolah dia menelpon saya yang sudah di Buleleng. “Ayah, Kak Abi terpilih menjadi ketua kelas yang baru,” ujarnya bangga.
”Siapa yang memilihmu, Nak? Pak Guru atau teman teman?” tanya saya memastikan.
“Saya ajukan diri, Yah, lalu ada tiga calon dan akhiirnya Abi yang dipilih sama teman-teman!” Begitu dia menutup pembicaraan. Selamat, Nak, kau sudah melakukan sebuah pelajaran yang ayah lewatkan waktu sekolah dulu…BERORGANISASI. [T]