SEPOTONG SENJA DI RUMAH ITU
Sepotong senja
dari tubuhmu
Memanggil-manggil di ambang riuh
Aku tertatih-tatih oleh rindu
Melarung kenangan
Sekian lama aku telah membaringkan sepilihan sajak
Untuk membasuh bau udara
Di pepohonan pisang, nangka dan sari tanah
Sajak-sajak itu meniupkan ruh harapan
Membangkitkan mimpi dari liang malam
Meliuk jauh membawa sepotong cerita purba
Mencatat episode malam yang hikmat
Saat buih dan bara jadi Satu
Sepotong senja di rumah itu
Menjadi saksi
Segala amsal telah punah
Segala asal telah musnah
(Juni, 2019)
PEKERJAAN-PEKERJAAN YANG TAK TERLIHAT
Kini atau nanti
Kita bergelung dengan selimut rutinitas
Melupakan selonjor kaki dengan uap kopi
Telah lama kita diperam waktu
Kini bersiap untuk menunaikan pekerjaan-pekerjaan yang tak terlihat
Oleh mata
Menjadi pendengar yang baik bagi keluh sekaligus
Tempat bermuaranya sungut maki dan kesal
Kini atau nanti
Kita menjadi alas kaki bagi kesunyian yang tak bertepi
Menyusuri lorong-lorong rahasia
Yang disediakan oleh hari baru
Rupanya hati kita telah dirancang sedemikian rupa
Untuk menyediakan tempat bagi cahaya
Sehingga ia melentur tatkala api kata-kata menyambarnya
Kini atau nanti
Kita tekun melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tak terihat
Tanpa melahap diri sendiri dan
menerka-nerka kelamin waktu
Kini atau nanti yang terlihat
Hanya tanganMu
(Juni, 2019)
SELUAS KESUNYIAN MALAM TANPA BINTANG
Mampukah aku
Memapah resah ke selembar sajadah
Jiwaku berbisik, berkemaslah
Lupakan geletar nadi
Saatnya memakamkan episode yang hujan
Sajak-sajak burung di rumah itu menjadi basi
Membuhul kepalaku di suatu sudut yang biru
Mampukah aku mengurai pahatan makrifat
Pada abad yang terus berlari meninggalkanku
Yang masih sibuk menggulung layar
Menyimpan kitab percintaan penuh gairah
Mampukah aku menjadi pengembara
Melahap setumpuk hasrat
Setelah gairah menjadi tawar
Tanpa bisa ditawar
Hatiku tergeletak di jalanan tawar
Seluas kesunyian malam tanpa bintang
(Juni, 2019)
DIBUNUH KEHILANGAN
Dari kepalamu kata-kata bersijatuh
Menjelma tangis yang hujan
Kau terjebak dalam ruang asing bernama kehilangan
Kehilangan yang enggan menjadi sajak
menyelinap dalam malam-malammu
mencumbu bibir dinginmu
Kau tahu cara memperlakukan tubuhmu
Menguasainya sepenuhnya
Namun kau terlalu asing untuk memulai
Setelah kehilangan yang mencabut
Jantungmu
Segala kata raib
Segala sajak mati
Dalam kalammu
(Juni, 2019)
DIKEPUNG KEMATIAN
Di ranjang ini
Kau dikepung kematian
Burung-burung nasar mengerumuni
Kau tak berpedang, tak berlidah
Di ranjang ini
Senyum anak-anak bertebaran
Diantara bait-bait doa
Sedang sepasang sayapmu lemah
Tubuhmu lelah perlahan kaku
Di ranjang ini
Perlahan kau merasakan wajahmu membusuk
Potongan-potongan kisah berkelebat
Meledak
Dan
Dosa-dosa tumpah di sprei yang pucat
(Juni, 2019)