6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Yang Abadi dan Shastra Tentang Pakaian

IGA Darma PutrabyIGA Darma Putra
June 18, 2019
inEsai
Swastyastu, Nama Saya Cangak
16
SHARES

Bentuk tidak abadi, dia berubah. Warna juga tidak abadi, dia pudar. Kekayaan tidak abadi, ia bisa habis. Hidup juga tidak abadi, kita bisa tua dan mati. Pikiran juga tidak tetap. Dulu ia digunakan untuk berpikir. Sekarang untuk meliciki. Yang sama hanya hati. Tugasnya untuk mencintai.

Tapi cinta juga tidak abadi. Ia bisa hilang. Menurut shastranya, cinta hilang ketika berhenti bertemu. Cinta yang dimaksudkan pada kalimat itu adalah rasa yang ditimbulkan dari kaledangan smara. Atau dalam bahasa Jawa Kuna disebut dengan sanggama. Tapi ingatlah, ini bukan pelecehan cinta. Ini hanya salah satu pengertian dari sekian banyak usaha untuk mendefinisikannya.

Orang banyak mengira, rasa yang ditimbulkan dari sanggama itu akan bertahan selamanya. Tetapi menurut catatan shastra, ternyata tidak. Pertemuan semacam itu tidak langgeng, atau tan lana. Ada yang mengibaratkannya seperti mengadu ujung jarum. Ada juga yang mengumpamakannya hanya selama kedipan mata kucing.

Bagaimana kedipan kucing dan apa bedanya dengan kedipan manusia, saya juga tidak paham. Pokoknya begitu. Tapi ada juga yang mengandaikannya setara dengan lamanya seseorang mengunyah sirih pinang. Seberapa lamanya rasa itu dinikmati, biasanya hanya diketahui oleh mereka yang menikmati. Sampai disana, tidak akan saya lanjutkan, karena rahasia.

Lalu apa yang selalu abadi dan tidak pernah hilang? Jawabannya sudah disediakan. Jawabannya begini:

Adharma dan Sudharma selalu berpasangan. Kecerdasan dan kedunguan adalah pasangan lainnya. Keberanian dan kepengecutan juga pasangan. Ketiga pasangan itu ada di dalam tubuh, sedari lahir kemudian tumbuh. Bahkan sampai kematian tiba pun, tiga pasangan itu selalu ada. Merekalah yang tidak hilang-hilang.

Adharma artinya ketidakbaikan. Sudharma artinya kebaikan yang baik. Kedua pasangan ini memang sudah dikenal oleh berbagai kalangan. Dari kalangan apreori sampai kalangan yang supra fanatik. Kedua kalangan yang tampak berbeda ini, ternyata meyakini satu hal yang sama. Bahwa tiap manusia memiliki sisi baik dan tidak baik.

Kedua sisi inilah yang kemudian banyak dimanfaatkan oleh mereka yang mengerti caracara memanfaatkannya. Contohnya, jika ada orang yang baik hatinya, maka dimanfaatkannya hati itu dengan cuma-cuma. Tidak ada yang lebih sabar dari bumi, dikeruk ia diam, digali ia tanpa kata-kata. Diinjak ia tak mengapa. Tapi hati-hatilah kepada yang suka diam, karena bisa jadi diam-diam ia akan segera menyeimbangkan dirinya. Saat itu terjadi, kitalah yang akan terdiam untuk selamanya.

Bumi itu seperti ibu. Sangat sabar. Kalau bumi marah, pastilah seram sekali. Lebih seram dari Rangda yang biasa kita lihat. Anehnya meski Rangda itu seram, diam-diam kita sangat menyukai yang seram-seram itu. Orang cenderung lebih suka nonton Calonarang yang seram, dari pada diskusi shastra yang konon cantik meski keduanya sama-sama dilakukan di Pura. Di sana letak paradoksnya.

Ada banyak Pura yang dihiasi ragam hias seram-seram. Ada ukiran naga, ada singa, ada raksasa, ada celuluk, dan masih banyak lagi. Memang ada ragam dewa-dewa, tapi dewa-dewa yang membawa senjata juga menyeramkan.

Di Pura juga ada banyak banten yang indah. Dibentuk sedemikian rupa, diisi bunga, buah, dan lain sebagainya. Tapi bagi sebagian orang, banten juga menyeramkan. Apalagi bantenbanten yang membuatnya rumit sendiri. Sepertinya lebih mudah menghafal rumus senyawa kimia atau teori-teori sosiologi modern.

Satu naskah monolog bisa dihafalkan dengan sangat baik, tapi menghafal isi Pejati, Suci Soroan, Peras Ajuman, sangatlah sulit. Bagi yang belajar Tattwa, bisa diingatnya sistematika ajaran Sangkya sampai kesejarahannya. Bahkan ada yang bisa mengingat dengan jelas nama-nama udara yang ada dalam tubuh dan di luar tubuh.


klik

CANGAK YANG LAIN


Ada juga yang bisa mengingat rumus Neptu atau Urip dari hari lahirnya. Konon jika ada orang yang bisa menghitung rumus itu dengan tepat, maka masa depan bisa diramalkannya. Ternyata ada banyak sekali pengetahuan tradisi yang bisa diekspose lagi. Sayangnya banyak orang [termasuk Cangak seperti saya] merasa cukup hanya suka belajar membaca, pelit mengajarkan dan pura-pura paham.

Mungkin itu sebabnya, satu lagi pasangan yang tidak hilang-hilang adalah kecerdasan dan kedunguan. Keduanya berjalan beriringan. Saat orang memahami satu hal, ada hal lainnya yang gagal dipahaminya. Selalu begitu. Makanya tidak satu pun manusia yang bisa memahami satu hal secara utuh. Konon seperti sekumpulan orang buta yang ingin melihat gajah.

Gajah yang besar itu konon dikerubungi dan disentuh-sentuh. Ada yang menyentuh belalainya. Ada yang menyentuh kakinya. Ada juga yang menyentuh bagian-bagian lain. Tiap kali satu orang menyentuh salah satu bagian gajah, dikatakannya gajah adalah demikian. Yang menyentuh belalai mengira gajah seperti ular. Yang menyentuh kaki, mengira gajah seperti tiang. Begitu terus, terus begitu.

Saya hanya kagum membayangkan, ada sekelompok orang buta yang tidak takut menyentuh sesuatu yang tidak diketahuinya. Biasanya kebanyakan orang lebih memilih diam dari pada mencoba. Kan belum tentu juga, gajah yang disentuh-sentuh tadi adalah gajah jinak. Bagaimana kalau gajah tadi adalah gajah galak?

Itu artinya, mesti ada sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk sekadar mengetahui. Sesuatu itu bernama keberanian. Keberanian dan ketakutan juga pasangan yang tidak hilanghilang, meski manusia konon bisa menghilangkannya. Kedua perasaan ini datang silih berganti tanpa diundang.

Reaksi atas kedua perasaan ini, kadang aneh. Orang takut pada gelap, tapi pada gelap itu juga mereka berlindung. Orang takut jadi bodoh, tapi pada kebodohan pula orang sering berlindung. Orang takut pada Tuhan, tapi bukan rahasia lagi kepadanya pula manusia meminta perlindungan.

Kadang sebaliknya, orang takut pada hukum Tuhan, tapi atas dasar ketakutan pada hukum itu juga, orang sering menyakiti. Saya tidak mengerti tentang cara ketakutan dan keberanian ini. Barangkali nanti akan saya coba untuk mencari-cari, mengapa demikian.

Untuk saat ini, saya hanya ingin memikirkan kembali tentang keabadian. Juga sekaligus memikirkan pakaian-pakaian. Kan konon kebanyakan manusia senang memakai pakaian. Bahkan agama pun lebih sering hanya dijadikan pakaian untuk menutupi yang membuatnya malu.

Ada shastra yang menyebutkan, kalau menjelma menjadi manusia mestilah memiliki pakaian. Pakaian yang pertama adalah wujud atau rupa. Dengan pakaian rupa inilah manusia dapat menarik perhatian manusia lainnya. Tidak terkecuali untuk menarik hati orang-orang pintar. Dahulu pada masanya, konon orang-orang yang diperintahkan untuk menghadap para pemimpin adalah mereka yang berparas rupawan.

Kain-kain yang bagus juga adalah pakaian. Terutama bagi mereka yang akan menghadiri pertemuan penting. Kain-kain ini menjadi ukuran dalam melihat kecakapan seseorang. Maka jangan heran kalau sampai saat ini, banyak orang-orang penting suka bersolek.

Di antara semua pakaian, ada sebuah pakaian yang bisa digunakan untuk menyenangkan hati orang-orang yang telah “sampai”. Maksudnya, orang-orang yang memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan. Pakaian ini biasanya dipakai oleh mereka yang disebut sebagai Sang Ksama. Sang Ksama berarti ia yang pemaaf. Pakaian yang dipakai oleh Sang Ksama adalah Sastra.

Sampai disana, saya pun terkejut. Ternyata shastra juga pakaian. Sebagaimana umumnya pakaian, ia bisa dikenakan, ditanggalkan dan ditinggalkan. Benarkah begitu? [T]

Tags: cangakcintapakaiansastraTuhan
Previous Post

Beruntung Upin Ipin Tak Lahir di Kuburan

Next Post

Penari-penari Muda dalam Wayang Wong Tejakula

IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

Next Post
Penari-penari Muda dalam Wayang Wong Tejakula

Penari-penari Muda dalam Wayang Wong Tejakula

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co