15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Yang Abadi dan Shastra Tentang Pakaian

IGA Darma PutrabyIGA Darma Putra
June 18, 2019
inEsai
Swastyastu, Nama Saya Cangak
16
SHARES

Bentuk tidak abadi, dia berubah. Warna juga tidak abadi, dia pudar. Kekayaan tidak abadi, ia bisa habis. Hidup juga tidak abadi, kita bisa tua dan mati. Pikiran juga tidak tetap. Dulu ia digunakan untuk berpikir. Sekarang untuk meliciki. Yang sama hanya hati. Tugasnya untuk mencintai.

Tapi cinta juga tidak abadi. Ia bisa hilang. Menurut shastranya, cinta hilang ketika berhenti bertemu. Cinta yang dimaksudkan pada kalimat itu adalah rasa yang ditimbulkan dari kaledangan smara. Atau dalam bahasa Jawa Kuna disebut dengan sanggama. Tapi ingatlah, ini bukan pelecehan cinta. Ini hanya salah satu pengertian dari sekian banyak usaha untuk mendefinisikannya.

Orang banyak mengira, rasa yang ditimbulkan dari sanggama itu akan bertahan selamanya. Tetapi menurut catatan shastra, ternyata tidak. Pertemuan semacam itu tidak langgeng, atau tan lana. Ada yang mengibaratkannya seperti mengadu ujung jarum. Ada juga yang mengumpamakannya hanya selama kedipan mata kucing.

Bagaimana kedipan kucing dan apa bedanya dengan kedipan manusia, saya juga tidak paham. Pokoknya begitu. Tapi ada juga yang mengandaikannya setara dengan lamanya seseorang mengunyah sirih pinang. Seberapa lamanya rasa itu dinikmati, biasanya hanya diketahui oleh mereka yang menikmati. Sampai disana, tidak akan saya lanjutkan, karena rahasia.

Lalu apa yang selalu abadi dan tidak pernah hilang? Jawabannya sudah disediakan. Jawabannya begini:

Adharma dan Sudharma selalu berpasangan. Kecerdasan dan kedunguan adalah pasangan lainnya. Keberanian dan kepengecutan juga pasangan. Ketiga pasangan itu ada di dalam tubuh, sedari lahir kemudian tumbuh. Bahkan sampai kematian tiba pun, tiga pasangan itu selalu ada. Merekalah yang tidak hilang-hilang.

Adharma artinya ketidakbaikan. Sudharma artinya kebaikan yang baik. Kedua pasangan ini memang sudah dikenal oleh berbagai kalangan. Dari kalangan apreori sampai kalangan yang supra fanatik. Kedua kalangan yang tampak berbeda ini, ternyata meyakini satu hal yang sama. Bahwa tiap manusia memiliki sisi baik dan tidak baik.

Kedua sisi inilah yang kemudian banyak dimanfaatkan oleh mereka yang mengerti caracara memanfaatkannya. Contohnya, jika ada orang yang baik hatinya, maka dimanfaatkannya hati itu dengan cuma-cuma. Tidak ada yang lebih sabar dari bumi, dikeruk ia diam, digali ia tanpa kata-kata. Diinjak ia tak mengapa. Tapi hati-hatilah kepada yang suka diam, karena bisa jadi diam-diam ia akan segera menyeimbangkan dirinya. Saat itu terjadi, kitalah yang akan terdiam untuk selamanya.

Bumi itu seperti ibu. Sangat sabar. Kalau bumi marah, pastilah seram sekali. Lebih seram dari Rangda yang biasa kita lihat. Anehnya meski Rangda itu seram, diam-diam kita sangat menyukai yang seram-seram itu. Orang cenderung lebih suka nonton Calonarang yang seram, dari pada diskusi shastra yang konon cantik meski keduanya sama-sama dilakukan di Pura. Di sana letak paradoksnya.

Ada banyak Pura yang dihiasi ragam hias seram-seram. Ada ukiran naga, ada singa, ada raksasa, ada celuluk, dan masih banyak lagi. Memang ada ragam dewa-dewa, tapi dewa-dewa yang membawa senjata juga menyeramkan.

Di Pura juga ada banyak banten yang indah. Dibentuk sedemikian rupa, diisi bunga, buah, dan lain sebagainya. Tapi bagi sebagian orang, banten juga menyeramkan. Apalagi bantenbanten yang membuatnya rumit sendiri. Sepertinya lebih mudah menghafal rumus senyawa kimia atau teori-teori sosiologi modern.

Satu naskah monolog bisa dihafalkan dengan sangat baik, tapi menghafal isi Pejati, Suci Soroan, Peras Ajuman, sangatlah sulit. Bagi yang belajar Tattwa, bisa diingatnya sistematika ajaran Sangkya sampai kesejarahannya. Bahkan ada yang bisa mengingat dengan jelas nama-nama udara yang ada dalam tubuh dan di luar tubuh.


klik

CANGAK YANG LAIN


Ada juga yang bisa mengingat rumus Neptu atau Urip dari hari lahirnya. Konon jika ada orang yang bisa menghitung rumus itu dengan tepat, maka masa depan bisa diramalkannya. Ternyata ada banyak sekali pengetahuan tradisi yang bisa diekspose lagi. Sayangnya banyak orang [termasuk Cangak seperti saya] merasa cukup hanya suka belajar membaca, pelit mengajarkan dan pura-pura paham.

Mungkin itu sebabnya, satu lagi pasangan yang tidak hilang-hilang adalah kecerdasan dan kedunguan. Keduanya berjalan beriringan. Saat orang memahami satu hal, ada hal lainnya yang gagal dipahaminya. Selalu begitu. Makanya tidak satu pun manusia yang bisa memahami satu hal secara utuh. Konon seperti sekumpulan orang buta yang ingin melihat gajah.

Gajah yang besar itu konon dikerubungi dan disentuh-sentuh. Ada yang menyentuh belalainya. Ada yang menyentuh kakinya. Ada juga yang menyentuh bagian-bagian lain. Tiap kali satu orang menyentuh salah satu bagian gajah, dikatakannya gajah adalah demikian. Yang menyentuh belalai mengira gajah seperti ular. Yang menyentuh kaki, mengira gajah seperti tiang. Begitu terus, terus begitu.

Saya hanya kagum membayangkan, ada sekelompok orang buta yang tidak takut menyentuh sesuatu yang tidak diketahuinya. Biasanya kebanyakan orang lebih memilih diam dari pada mencoba. Kan belum tentu juga, gajah yang disentuh-sentuh tadi adalah gajah jinak. Bagaimana kalau gajah tadi adalah gajah galak?

Itu artinya, mesti ada sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk sekadar mengetahui. Sesuatu itu bernama keberanian. Keberanian dan ketakutan juga pasangan yang tidak hilanghilang, meski manusia konon bisa menghilangkannya. Kedua perasaan ini datang silih berganti tanpa diundang.

Reaksi atas kedua perasaan ini, kadang aneh. Orang takut pada gelap, tapi pada gelap itu juga mereka berlindung. Orang takut jadi bodoh, tapi pada kebodohan pula orang sering berlindung. Orang takut pada Tuhan, tapi bukan rahasia lagi kepadanya pula manusia meminta perlindungan.

Kadang sebaliknya, orang takut pada hukum Tuhan, tapi atas dasar ketakutan pada hukum itu juga, orang sering menyakiti. Saya tidak mengerti tentang cara ketakutan dan keberanian ini. Barangkali nanti akan saya coba untuk mencari-cari, mengapa demikian.

Untuk saat ini, saya hanya ingin memikirkan kembali tentang keabadian. Juga sekaligus memikirkan pakaian-pakaian. Kan konon kebanyakan manusia senang memakai pakaian. Bahkan agama pun lebih sering hanya dijadikan pakaian untuk menutupi yang membuatnya malu.

Ada shastra yang menyebutkan, kalau menjelma menjadi manusia mestilah memiliki pakaian. Pakaian yang pertama adalah wujud atau rupa. Dengan pakaian rupa inilah manusia dapat menarik perhatian manusia lainnya. Tidak terkecuali untuk menarik hati orang-orang pintar. Dahulu pada masanya, konon orang-orang yang diperintahkan untuk menghadap para pemimpin adalah mereka yang berparas rupawan.

Kain-kain yang bagus juga adalah pakaian. Terutama bagi mereka yang akan menghadiri pertemuan penting. Kain-kain ini menjadi ukuran dalam melihat kecakapan seseorang. Maka jangan heran kalau sampai saat ini, banyak orang-orang penting suka bersolek.

Di antara semua pakaian, ada sebuah pakaian yang bisa digunakan untuk menyenangkan hati orang-orang yang telah “sampai”. Maksudnya, orang-orang yang memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan. Pakaian ini biasanya dipakai oleh mereka yang disebut sebagai Sang Ksama. Sang Ksama berarti ia yang pemaaf. Pakaian yang dipakai oleh Sang Ksama adalah Sastra.

Sampai disana, saya pun terkejut. Ternyata shastra juga pakaian. Sebagaimana umumnya pakaian, ia bisa dikenakan, ditanggalkan dan ditinggalkan. Benarkah begitu? [T]

Tags: cangakcintapakaiansastraTuhan
Previous Post

Beruntung Upin Ipin Tak Lahir di Kuburan

Next Post

Penari-penari Muda dalam Wayang Wong Tejakula

IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

Next Post
Penari-penari Muda dalam Wayang Wong Tejakula

Penari-penari Muda dalam Wayang Wong Tejakula

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co