Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019 ini menampilkan sejumlah fakta-fakta baru yang membuat PKB tahun ini terkesan agak-agak berubah. Ada yang baru, ada juga yang hilang. Apakah perubahan itu positif atau negatif, maju atau mundur, dan bagus atau buruk, belum bisa diperdebatkan.
Gubernurnya Baru
PKB ke-41 tahun 2019 adalah PKB pertama sejak Gubernur Wayan Koster dilantik 5 September 2018. Jadi, jika PKB ini agak berbeda dengan PKB-PKB sebelumnya tentu saja karena Gubernur Koster, sebagai gubernur baru, punya ide-ide baru, termasuk kebijakan-kebijakan dalam hal kebudayaan, yang juga memberi pengaruh pada pelaksanaan PKB.
Selain punya konsep “Nangun Sad Kertih Loka Bali” — yang di dalamnya termaktub juga sejumlah peta arah kebudayaan Bali, Gubernur juga didampingi istri cantik, Putu Putri Suastini, yang dikenal sebagai seniman. Jadi, ya, setidaknya pemikiran kebudayaan bisa saja disumbangkan Ibu Putri, sehingga PKB punya warna berbeda.
Kadis Kebudayaan yang Baru
Mungkin untuk pertama kali PKB diurus Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali yang bukan berasal dari kalangan birokrasi. Wayan Adnyana, yang bisa dipanggil Kun Adnyana oleh teman-temannya, adalah seorang seniman seni rupa sekaligus juga kritikus seni yang tulisannya tersebar di sejumlah media massa lokal dan nasional. Ia awalnya seorang dosen di ISI Denpasar, dan entah bagaimana ceritanya ia meloncat jadi pejabat struktural di Pemprov Bali sebagai Kadis Kebudayaan.
Sebagai kadis yang mengurus bidang seni dan budaya, ia diharap membawa sinar baru bagi cerah da berwarnanya pelaksanaan PKB yang oleh sejumlah kritikus masih dianggap monoton. Harapan itu tentu saja tak berlebihan karena Kun mungkin satu-satunya pejabat seni yang memiliki pergaulan luas dengan para seniman, baik seniman jalanan maupun seniman akademik, sekaligus juga sempat menempuh pendidikan tinggi di bidang seni dan kebudayaan.
Sekaa Sebunan
Berdasar berita di laman birohumas.baliprov.go.id, dalam PKB 2019 ini Gubernur Koster punya komitmen menghidupkan seni tradisi sebunan berbasis desa adat. Sebunan adalah istilah untuk kelompok-kelompok kesenian yang semua anggotanya (penari, penabuh, dalang) berasal dari dan tinggal dalam satu desa adat. Pemberian ruang pada seni sebunan bertujuan untuk memperkuat upaya pelestarian seni tradisi orisinil yang hidup di masyarakat sebagai penopang adat, agama, tradisi, dan kearifan lokal lainnya.
“Sekehe sebunan, memiliki ciri ikatan yang kuat sesama anggota, guyub, dan bergotong-royong yang harus dipelihara untuk memperkuat kohesi sosial kehidupan masyarakat Bali. Hal ini sangat penting dalam memelihara tata kehidupan masyarakat yang berakar pada nilai-nilai kearifan lokal gilik-saguluk, parasparo, salunglung-sabayantaka, sarpana ya,” kata Koster.
Stand Pameran Gratis
Standa pameran bagi pelaku industri kecil-menengah (IKM) tidak lagi dipungut biaya alias gratis. Tujuannya adalah untuk membantu meringankan beban biaya para pelaku industri kecil-menengah dari seluruh Kabupaten/Kota se-Bali guna memotivasi dan menggerak-kan industri kreatif berbasis budaya branding Bali, yang bermutu dan berdaya saing, berorientasi ekspor.
“Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan Pesta Kesenian Bali sebagai pesta rakyat, rakyat bergembira-bersukacita dalam mengikuti, menyaksikan, dan menikmati keseluruhan suasana penyelenggaraan pesta seni sebagai pestanya Krama Bali sesuai spirit Bali Era Baru,” kata Gubernur Koster.
Bahasa Bali
Penggunaan Bahasa Bali tampaknya sangat ditekankan dalam PKB ke-41 tahun 2019 ini. Salah satunya ada Lomba Penulisan Opini Artikel berbahasa Bali. Ini tentu sejalan dengan kebijakan baru Pemprov Bali, yakni Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali, Selain itu juga ditekankan penggunaan Busana Adat Bali.
Pembatasan Penggunaan Sampah Plastik Sekali Pakai
Dalam penyelenggaraan sehari-hari PKB: jumlah tong sampah yang diperbanyak serta tidak adanya penggunaan tas plastik sekali pakai di stand-stand kuliner. Lomba menghias gebogan juga menggunakan buah-buahan produk petani lokal. Properti yang digunakan untuk pementasan dan lain-lain juga dilarang menggunakan Styrofoam.
“Wahana seni budaya sebagai media untuk melakukan perubahan sosial memang paling tampak di Bali. Di Tanah Dewata inilah, kesenian berfungsi seperti oksigen, yang ada di mana-mana dan wajib dihirup sepenuh dada sehingga mampu merasakan Bali yang sejati-jatinya,” kata Gubernur Koster.
Tak Ada Film
Jika pada PKB sebelum-sebelumnya terdapat lomba film dan pemutaran film, pada PKB tahun 2019 ini penggemar film tak akan menemuinya lagi. Lomba film dan pemutarannya dihilangkan, dan konon akan dipindah ke festival baru yang digagas Pemprov Bali, yakni Festival Bali Jani.
Pada awalnya PKB memang tak berisi film. Namun seiring berkembangnya seni film di Bali, sejumlah filmmaker memperjuangkan adanya pemutaran film dalam PKB. Perjuangan dimulai sejak tahun 2007 melalui berbagai usulan dan opini-opini di media massa. Baru pada PKB tahun 2010 film masuk ke PKB yang diawali dengan lomba yang kemudian dilanjutkan dengan pemutaran film-film unggulan di ajang PKB, berdampingan dengan pementasan-pementasan kesenian jogged bumbung, wayang, dan lain-lain. Setelah sekitar 8 tahun PKB diwarnai seni film, tahun 2019 ini PKB dibebaskan dari film.
Teater Modern juga Hilang
Sama seperti film, teater modern yang biasanya memberi warna pada PKB juga menghilang pada PKB tahun 2019 ini. Sama seperti film, teater modern konon dipindahkan ke Festival Bali Jani.
Namun berbeda dengan film, teater lebih dulu bisa melenggang ke PKB yakni sekitar tahun 1990-an. Meski pun setiap kemunculan teater di PKB selalu menimbulkan polemik yang klise tentang apakah teater masuk kesenian modern atau kesenian tradisional.
Pernah suatu kali sekitar tahun 1995 muncul opini dari seorang akademisi kesenian yang menyebut teater modern merusak citra PKB yang berbuntut pada ketersinggungan sejumlah pegiat teater. Namun, meski selalu menimbulkan polemik, teater modern hampir selalu ada dalam PKB, bahkan teater modern itu pernah menjadi nomor wajib yang harus dikirimkan oleh duta dari setiap kabupaten.
Tapi, kali ini teater modern moksah dari PKB. Namun pegiat teater, juga pegiat film, jangan khawatir. Selama pemimpin terus berubah maka kebijakan kesenian akan selalu berubah, termasuk kebijakan-kebijakan dalam PKB. [T]