9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Rupa-rupa Perjalanan Hidup: Berkeluarga Memang Bukan Bercanda

Made Wahyu MahendrabyMade Wahyu Mahendra
May 31, 2019
inEsai
Rupa-rupa Perjalanan Hidup: Berkeluarga Memang Bukan Bercanda

Foto: Dok Penulis

97
SHARES

Muda, bebas, dan penuh ambisi, mungkin demikian saya menggambarkan diri ketika mengenyam pendidikan baik di bangku sarjana dan setelahnya.


Seperti umumnya seorang muda lainnya, saya selalu membayangkan akan sukses dahulu, menikah kemudian setelah mapan, kemudian membina rumah tangga kecil nan bahagia. Dalam benak, ambisi utama sebagai seorang yang suka bepergian tentu mengunjungi tempat yang belum pernah saya kunjungi.

Cara-cara berpikir seperti itu yang kemudian membawa saya memiliki kesempatan untuk melanjutkan studi keluar daerah, wara-wiri di dalam dan luar negeri, keluar masuk kota dan desa hingga beberapa daerah yang susah terjamah, memiliki banyak cita-cita jangka panjang, hingga akhirnya memutuskan untuk bekerja mengabdikan diri dan mencari pengalaman baru di bagian Indonesia timur. Hingga saat itu jalan pikiran saya masih sama.

Waktu terus berjalan, umur tak bisa disangkal. Saya menyadari diri kian beranjak dewasa. Berpikir bebas tak lagi sebebas biasanya. Pun usia juga yang akhirnya membuat saya sadar bahwa kebebasan bukan hanya milik saya sendiri. Hidup memang tak bisa seperti matematika, rasa bebas itu yang kemudian yang menjadi poin perubahan. Kebebasan yang saya rasa pada titik tertentu membuat saya merasa bahwa saya belum mencapai apapun dalam hidup ini.

Ambisi saya seketika berubah, dari yang rasanya tinggi nan muluk-muluk menjadi sangat realistis. Cita-cita kemudian tidak jauh dari membahagiakan orang tua. Caranya? Rawat mereka, mulai pikul beban keluarga selayaknya pria dewasa. Pada akhirnya, berpikir untuk menikah dengan kekasih mulai muncul ke permukaan. Dengan cara demikian, saya tidak perlu jauh dari orang tua dan kekasih lagi.

Saya yang kemudian memutuskan menikah tahun 2018 memang merasa telah siap. Saya memulai menapak dan membuat jejak baru dalam hidup, yang kini tak sendiri lagi. Saya memang terhitung belum lama menikah, pun demikian perubahan yang kami berdua rasakan memang jauh. Awal mula menjalani kehidupan berdua masih terasa seperti sejoli yang berbulan madu, seakan belum menikah.

Selang bulan kedua, kami pun kembali menjalankan kehidupan dan pekerjaan kami sehari-hari untuk menyambung hidup. Istri saya merupakan seorang tenaga medis yang tak jelas kapan libur dan waktu pulangnya. Saya, yang memutuskan berhenti bekerja di Indonesia bagian timur, mendapatkan pekerjaan untuk mengajar di beberapa perguruan tinggi di Bali. Setelah hampir lima tahun menjalin hubungan jarak jauh, saya tidak ingin hidup terpisah lagi. Banyak hal yang harus saya ketahui dari dirinya, pun dia dari saya.

Memiliki kesempatan untuk berkarir yang baru membuat saya memiliki cita cita dan pengharapan tinggi kembali. Saya mulai memiliki banyak kolega, bekerja disana dan disini. Menikmati kesibukan sebagai seorang professional. Berbeda dengan istri, jadwal saya sedikit lebih teratur, pergi jam 7 pagi, pulang jam 10 malam paling cepat.

Tuntutan hidup membuat kami merasa tak ada bedanya dengan ketika berhubungan jarak jauh yang dulu kami jalani. Kami hanya bercengkrama saat malam menjelang tidur. Tidak jarang kami tidak bertemu hingga dua tiga hari karena pekerjaan masing-masing. Walaupun perjalanan karir masih jauh, kami merasa berada dipuncak karir masing-masing terhitung hingga saat itu.

Tuhan memang maha baik, Ia dengan segala rahmatNya kemudian menganugerahi kami seorang keturunan, seorang bidadari kecil datang dalam hidup kami. Datangnya pun mengalir saja. Kami merasa berdoa biasa saja dengan panjatan pada umumnya. Tepat 12 Desember 2018, kami menjadi sepasang ayah dan ibu. Rupa anak menurut orang orang sangat mirip dengan ayahnya, terutama bagian alis, mata, hingga bibir.

Sekali lagi jalan hidup kami berubah. Kami yang semula sangat getol mengejar karir, mulai teralihkan pada anak. Kami berbagi tugas. Pada awal kelahiran anak kami, istri yang masih dalam masa cuti dari pekerjaannya mengembil alih tugas merawat buah hati. Saya tetap menjalankan rutinitas yang saya sebutkan di atas tadi, penuh tanggung jawab. Sesampai rumah pun susah sekali menghabiskan waktu dengan anak. Tidak jarang harus sering tidur lebih larut karena mengerjakan pekerjaan kantor, pun ketika pulang tepat pukul 10 malam saya merasa sangat lelah dan harus istirahat.

Anak kami semakin bertumbuh, matanya mulai melihat sosok orang tuanya, mulai mendengar bisikan-bisikan kami dan merespon dengan gerakan. Sebagaimana bayi pada umumnya, ia akan menangis ketika lapar maupun mengantuk, tertawa saat bercanda, dan tidur saat selesai minum susu. Akan tetapi, anak selalu menangis ketika saya mengajaknya bercanda, ataupun ketika saya gendong. Nangisnya bukan main. Tangannya akan selalu bergetar seakan marah, menolak memandang saya, hingga berontak. Alhasil, istri harus berusaha lebih untuk menenangkan keadaan anak.

Kejadian ini terus berulang, hingga pada satu titik, saya merasa harus bisa lebih dekat dengan anak. Saya dan istri berdiskusi beberapa kali. Saya kemudian memutuskan berhenti dari pekerjaan utama karena berbagai alasan. Pertama, masa cuti istri segera berakhir. Ini berarti kami harus berpikir bagaimana mengasuh anak kami. Mencari perawat maupun pengasuh bayi sempat menjadi opsi. Namun kami merasa anak adalah tanggung jawab kami. Segala tumbuh kembangnya sangat bergantung pada kami. Maka jadilah keputusan kami untuk bertukar peran, hingga saat ini.

Berhenti dari pekerjaan anda, terutama ketika kita memiliki cita cita besar memang terasa rumit. Belum lagi jika anda memikirkan aspek sosial dimana anda sebagai laki-laki (mungkin) dianggap kurang bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.

Tidak jarang anda akan ditanya, saat ini sibuk ngapain? Pekerjaan bagaimana? Anda kan memiliki pendidikan yang mumpuni, kenapa di rumah? Akan selalu ada anggapan-anggapan berbeda dari orang disekitar anda. Kami terus terang kurang peduli dengan hal semacam itu. Kami sebagai sebuah keluarga kecil sadar betul bahwa anak adalah asset utama yang tidak akan terbeli dengan apapun.

Maka jadilah kami bertukar peran, setidaknya hingga saat ini. Kendati saya tidak sepenuhnya berhenti dari bekerja, secara finansial memang sangat terasa bedanya. Pendapatan kami memang menurun drastis. Istri saya memang bekerja kembali, tetapi dia pun tetap harus  membagi waktunya bekerja agar juga bisa bersama dengan anak, yang juga berarti pendapatannya juga menurun.

Pertanyaannya kemudian, apakah itu setimpal? Saya katakan tidak. Kami mulai merasa bahwa karir merupakan segelintir kebahagiaan, sama sekali tidak setimpal dengan kebahagiaan yang kemudian kami dapatkan bersama anak. Harga sebuah rasa bahagia jauh dari setimpal jika kami bandingkan dengan karir.

Saya harus bersyukur pada Tuhan, yang memberikan jalan rasa bahagia disegala keterbatasan. Berkat keputusan tersebut, saya beserta istri mempu memperhatikan tumbuh kembang anak setiap hari dan akan terus demikian setidaknya hingga ia sedikit lebih besar.

Stigma sosial lain yang datang kami lupakan dengan melihat senyum di wajah anak kami. Dia yang dulu selalu menangis ketika saya gendong, kini tidak lagi. Malah lebih sering tidur dalam pangkuan ayahnya. Dia yang selalu berontak ketika saya ajak bercanda, kini berlaku sebaliknya.

Tangan dan mimik wajahnya lebih sering mengajak bercanda daripada berontak menolak. Elena Dharmesta, begitu kami menamai putri kami. Namanya memiliki arti cahaya terang dari semesta alam. Sesuai namanya, Ia membawa rasa cerah dalam kehidupan kami. Ia merupakan anugerah alam semesta agar kami mampu berbuat lebih sungguh demi keluarga.

Terdengar aneh mungkin, tapi memang seperti kata sepotong bait lagu,

harta yang paling berharga adalah keluarga,

istana yang paling indah adalah keluarga,

puisi yang paling bermakna adalah keluarga,

mutiara tiada tara adalah keluarga. [T]

Tags: anak-anakKeluargapemudaprofesiRumah Tangga
Previous Post

Titip Rindu untuk Pengantin Generasi Muda Hindu

Next Post

Tak Usah Gawat-gawat, KKN itu Biasa Saja…

Made Wahyu Mahendra

Made Wahyu Mahendra

Lahir di Negara, Bali. Alumni S1 Bahasa Inggris di Undiksha dan S2 Universitas Negeri Malang. Beberapa kali memenangkan lomba penulisan esai tingkat nasional

Next Post
Tak Usah Gawat-gawat, KKN itu Biasa Saja…

Tak Usah Gawat-gawat, KKN itu Biasa Saja…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co