12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Gunung Agung, Abu, Debu-debu Masa Lalu dan Segala Tafsir Tentangnya

IGA Darma PutrabyIGA Darma Putra
May 28, 2019
inEsai
Swastyastu, Nama Saya Cangak
55
SHARES

Judul kali ini saya tulis agak panjang. Soalnya beberapa teman katanya suka yang agak panjang. Kata mereka yang panjang membuatnya semakin penasaran. Sekali membaca yang panjang, mereka inginkan lagi-lagi-lagi-dan lagi. Maka untuk memuaskan rasa penasaran itu, saya ajukan satu judul seperti tertera di atas sana. Isi tulisan kali ini, begini:

Malam hari pada tanggal 24 Mei 2019 terdengar dentuman. Seseorang di sebelah saya berkata, “itu suara Gunung!”.Ia berkata demikian, hanya karena mendengarkan suara tanpa melihat langsung gunungnya. Orang-orang sekitarnya mulai memikirkan yang ia sebut “suara Gunung”. Lalu mereka hening. Tidak terkecuali saya.

Anak kecil di sebelah saya menanggapinya dengan berbeda. Dibukanya youtube, lalu dengan kata kunci Gunung Agung Live seketika ditemukannya situasi ter-up-to-date tentang Gunung Agung. Ternyata yang dikatakan bapak-bapak paruh baya tadi benar. Gunung Agung erupsi. Kejadian itu cukup membuat saya memikirkan kembali bahwa yang dapat dipercaya bukan hanya mata, tapi juga telinga. Bahkan menurut orang-orang pintar, segala jenis pengetahuan spiritual berawal dari telinga.

Pelan-pelan dijelaskannya tentang hubungan telinga dan ilmu spiritual. “Sru dalam bahasa Sanskerta berarti dengar. Sruti berarti segala yang didengar. Unsur halus yang digunakan untuk mendengar bernama Sruta, letaknya di telinga. Makanya telinga juga disbeut Sruta Indriya”. Jadi pengetahuan bernama Sruti itu didengar oleh telinga. Di Bali kan ada juga jenis pengetahuan seperti itu. Bukan Sruti sebutannya, tapi pawisik.

Pawisik itu, ya suara yang pelan dan dibisikkan ke telinga. Saking pelannya, tidak sembarang orang bisa mendengar. Hanya orang-orang yang sudah terlatih pendengarannya bisa mendengar bisikan yang sangat halus itu. Karena tidak banyak yang melatih pendengarannya, maka tidak banyak pula yang bisa mendengar bisikan super halus. Tapi tidak kurang juga orang mengira mendengar bisikan ilahi, tahu-tahunya yang didengar adalah suara konflik pikirannya sendiri. Makanya anak lingsir dulu bilang, hati-hati!

Keesokan harinya [25 Mei 2019] adalah Tumpek Landep. Tumpek adalah hasil pertemuan dari dua perhitungan hari. Dua perhitungan itu adalah lima [tri wara] dan tujuh [sapta wara]. Terjemahan istilah triwara[tri berarti tiga]menjadi lima,sengaja saya lakukan untuk meramal siapa yang masih hafal tentang istilah-istilah itu. Sekaligus untuk mengetahui siapa yang benar-benar khusuk membaca tulisan. Kan banyak yang konon suka baca, tapi tidak banyak yang suka khusuk. Baru baca judul, serasa sudah paham isi. Banyak yang begitu? Kita tahu sendiri jawabannya.

Tumpek itu pertemuan antara Saniscara [boleh dibaca Sabtu] dan Kliwon. Ada enam Tumpek yang disesuaikan dengan perhitungan wuku [ada 30 wuku]. Keenam tumpek itu adalah Landep, Wariga, Kuningan, Krulut, Uye dan Wayang. Konon keenamnya memiliki filosofis tersendiri. Landep itu artinya tajam, seperti senjata. Motor, mobil, alat kerja, HP, juga diberikan kain dan sejenis banten. Tujuannya saya tidak tahu, tapi begitulah kebanyakan.

Belakangan banyak juga tulisan beredar tentang makna-makna hari itu. Semuanya terlihat cerdas dan meyakinkan. Katanya tumpek itu begini, tumpek ini begitu. Pokoknya semuanya sangat menyegarkan karena menyediakan tafsir-tafsir atas apa yang banyak dilakukan orang. Saya sendiri tidak coba melihat apa itu Tumpek, apa maknanya, tujuannya dan lain sebagainya. Saya lebih suka memperhatikan orang yang menafsir kata-kata itu dan kalau beruntung, juga ingin melihat apa yang dilakukannya pada saat Tumpek. Soalnya seringkali, apa yang kita katakan sangat sulit kita lakukan. Lebih-lebih jika berhubungan dengan tradisi yang konon seperti buah mangga.

Ya, saya lebih tertarik dengan cara orang menghubungkan teori-teori dengan praktik. Entah apa penyebabnya, mungkin hanya karena alasan subjektif sendiri. Saya juga memandang, antara yang paham teori dengan yang tidak, dari luar terlihat sama saja. Tradisi lama berjalan, tradisi baru pun lahir. Keris, tombak pusaka dirias, dibersihkan dan diberikan tempat yang layak secara biologis maupun mistis. Mobil, motor, sepeda gayung, dan lain sebagainya juga demikian. Keduanya berjalan apa adanya, dengan atau tanpa tafsir.

Tapi ada satu hal lain di balik berbagai tafsir yang ada. Hal itu adalah semacam kerinduan tentang penjelasan yang bisa dipahami. Pemahaman biasanya dibarengi dengan keyakinan. Dan tiap keyakinan adalah kebenaran. Setidaknya kebenaran bagi yang meyakininya. Jika ada yang berkonflik karena keyakinan, yang sedang terjadi adalah konflik tentang kebenaran sendiri.

Menurut banyak guru, konflik itulah yang akan melahirkan sesuatu yang baru. Bahkan bukannya tidak mungkin, “sesuatu” yang baru lahir itu justru yang lebih diyakini dari pada sumber asalnya. Jadi jangan heran.

Gunung Agung erupsi. Tumbuhan di sekitar saya yang jauh dari gunung agung, ditutupi abu. Tumpek Landep tanggal 25 Mei 2019 ini dipenuhi harapan agar hujan turun [karena menurut keyakinan beberapa orang, setiap tumpek biasanya hujan]. Yang dikhawatirkannya adalah padi-padi yang sudah hamil. Jangankan ditutupi abu, diselimuti kabut saja padi-padi itu bisa mati pelan-pelan. Pinggiran daunnya memerah lalu kering seperti terbakar. Padahal kabut itu dingin seperti air, tapi kenapa malah membakar? Mungkin benar kata kumpi, di dalam air itu ada api!

Abu memang masalah bagi sebagian orang dalam kondisi tertentu. Tapi hari itu di tempat saya berada, hujan tidak turun. Harapan agar hujan turun belum surut. Seorang petani sangat yakin bahwa Ida Bhatara Gunung Agung akan memberikan anugerah yang disebutnya swecan widdhi. “Widdhi sudah adil”, begitu keyakinannya. Hari itu hujan tidak turun, meski keyakinan pada widdhimasih ada.

Minggu, 26 Mei 2019 menurut perhitungan wariga adalah Redite Umanis Ukir. Beberapa keluarga ngodalinpada hari itu. Diyakini hari itu sebagai waktu pemujaan kepada Hyang Pramesti Guru atau Bhatara Hyang Guru. Pagi-pagi mulai turun gerimis. Gerimis jatuh seperti benang-benang halus. Harapan yang kemarin belum tercapai, sekarang mulai terjawab. Barangkali “swecan widdhi” itu memang ada. Tapi balada petani belum berakhir. Katanya, “hujan gerimis tidak mampu menjatuhkan abu gunung yang melekat di daun padi. Abu itu akan bersih, hanya jika hujan deras. Tiang tidak mau memohon banyak, cukup satu jam saja”.

Satu jam saja. Seperti lagu-lagu melankolis ABG-ABG. Lalu hujan turun deras setelahnya. Senyum mereka merekah. Abu yang tadinya menjelma jadi bayangan menakutkan, kini sudah dibersihkan hujan. Bahkan menurutnya, abu itu nanti bisa jadi pupuk alami yang bagus bagi tanaman padinya. Saya hanya diam karena tidak mengerti, suka-duka itu memang dipisahkan oleh tirai yang sangat tipis. Mungkin itu yang disebutnya swecan widdhi yang turun pada wuku Ukir. Ukir juga berarti gunung.

Tentang abu, ada ajaran yang menarik tentangnya. Sebuah pustaka kuno menyebut-nyebut abu ini sebagai sarana penyucian. Bahkan konon ada mantra khusus untuk abu. Setelahnya, para pemuja itu akan melumuri tubuhnya dengan abu. Zaman sekarang, mungkin masih ada yang melumuri tubuhnya dengan abu. Tapi tidak seluruh tubuhnya. Melainkan hanya pada tengah-tengah keningnya. Pada tempat itu juga orang meletakkan bija setelah nunas tirtha.

Gunung Agung menurut keyakinan adalah pusat bunga Padma Bhuwana. Di pusat itu pula didirikan tempat pemusatan bernama Padmasana. Entah apa warna bunga Padma itu saya tidak tahu. Kelopaknya konon ada delapan yang menyebar ke seluruh penjuru mata angin. Tafsir memang selalu begitu. Ia menghubungkan satu hal dengan hal lainnya dengan pengetahuan.


BACA CANGAK YANG LAIN

DI SINI

Sehabis menafsir itu, saya berpikir, bagaimana jika kita pindah dari tempat yang banyak gunung ini kemudian tinggal di wilayah yang datar tanpa pegunungan. Dimana harus saya cari Padma itu? Saat kebingungan seperti itu, saya berlindung pada shastra dengan membaca puisi terjemahan karya Syekh Fattaah berjudul Ayunan Asmara.

wahai pencinta dengarlah,

jangan boroskan hidupmu,

cari-cari dalam dunia,

yang terdapat di hatimu […]

Begitulah tulisan kali ini. Saya tidak tahu lagi harus menulis apa karena pengetahuan yang kurang. Kurangnya silahkan tambahkan, lebihnya silahkan kurangi. Ingat! Ini bukan basa-basi. [T]

Tags: balierupsiGunung Agunghindurenungantumpek landep
Previous Post

Awas! Ada Kepala Besar di Desa Wisata Pinge, Marga, Tabanan

Next Post

Soal Mudik Gratis Bupati Eka: Suara Warganet, Politik Identitas, Framing Media, dll…

IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

Next Post
Soal Mudik Gratis Bupati Eka: Suara Warganet, Politik Identitas, Framing Media, dll…

Soal Mudik Gratis Bupati Eka: Suara Warganet, Politik Identitas, Framing Media, dll…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co