2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kunjungan Studi FOK Undiksha ke FIO Unesa, Laku “Ndeso” dan Pikiran Nakal

Mochamad Rifa’ibyMochamad Rifa’i
March 22, 2019
inTualang
Kunjungan Studi FOK Undiksha ke FIO Unesa, Laku “Ndeso” dan Pikiran Nakal

Potret gedung-gedung bertingkat di daerah sekitar Gubeng, Surabaya. (Dokumentasi. Mochamad Rifa’i)

14
SHARES

Halo, cuuuk, yok opo kabare? Stop, tahan emosi dulu.

Bukan maksud saya untuk berkata kasar. Simak baik-baik penjelasan ini. Orang jawa timuran jika memanggil atau menyapa teman sebayanya tanpa menggunakana kata ‘cuk’, itu rasanya kurang afdol. Karena orang jawa timuran identik dengan kata ‘jancuk’. Hingga kata itu telah mewabah seantero nusantara.

Bahkan kata ‘cuk’ ini tidak hanya familiar dikalangan anak-anak remaja saja, bapak-bapak, emak-emak, tante-tante, om-om, pakde-pakde, bahkan sampai ke budhe-budhe mungkin, kerap kali mereka juga mempraktikannya.

Tidak percaya? Silahkan berkunjung ke Surabaya. Pergilah ke terminal Purabaya, atau sering dikenal dengan terminal Bungurasih. Saya yakin bagi yang sering naik bus Surabaya-Semarang tidak asing dengan terminal Bungurasih. Sebagai contohnya, simaklah bapak-bapak pengemudi taxi yang menawarkan setiap penumpang baru turun dari pemberhentian bus, dengan asiknya mereka berbincang dengan kawan sejawatnya. Kata ‘cuk’ seringkali melintas dalam ucapan bapak-bapak itu.

Baiklah. Saya tidak akan bertele-tele bercerita tentang kata ‘cuk’. Karena setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Seperti di Buleleng tidak asing lagi dengan kata ‘cing’ atau ‘cicing’. Benar, kan? Ya, tidak salah lagi.

Surabaya

Ini perjalanan saya ke Surabaya yang kesekian kalinya. Namun, perjalanan kali ini saya baru merasakan ada perubahan. Padahal selama hampir kurang lebih tiga tahun saya di Bali, setiap liburan semester saya menyempatkan diri untuk berlibur di kampung halaman. Tepatnya di Tuban, Jawa Timur. Dalam perjalan itu saya pasti berhenti sejenak di Surabaya. Karena memang Surabaya sebagai pusatnya kota di Jawa Timur.

Oleh karena itu jika saya di Bali akan pulang ke Tuban, ataukah saya ada di Tuban dan akan balik ke Bali, sejenak pasti saya beristirahat di Terminal Bungurasih. Sambil menunggu bus, sesekali nongkrong di warteg sembari meyeruput segelas teh anget dan ditemani ote-ote anget. Uh, luar biasa mantapnya. Sederhana, tapi cukup membuatku bahagia.

Inti dari ceritaku ini adalah saya merasakan kecemasan, ketakutan, kegelisahan, kekhawatiran. Ah… sudahlah, pokoknya perasaanku bercampur aduk seperti adonan sambel plecing. Ini terjadi sekitar beberapa hari yang lalu tepatnya pada tanggal 14 Maret 2019.

Kisahnya dimulai ketika saya mengikuti program rutin yang diadakan oleh fakultas dimana tempat saya kuliah. Yaitu program study tour. Saya tidak akan bercerita atau mengkritik program ini, tapi saya akan bercerita tentang ibukota provinsiku dan sedikit menyinggung kujungan studi. Hehehe.  

Sebelumnya kami perjalanan dari kota Malang, hinggalah kami tiba di Surabaya. Saat itu rombongan kami tiba di Surabaya sekitar pukul 21.00 WIB. Hampir setiap jalan, langit tampaknya muram, meneskan rintik hujan sepanjang perjalanan kami. Sepuluh bus menuju parkiran hotel.

Hotel yang cukup keren namanya Harris Hotel & Conventions di daerah Gubeng, Surabaya. Setelah semua rombongan turun, kami menunggu hampir setengah jam untuk bisa naik ke kamar kami masing-masing. Sabar. Sampailah saya, dan dua teman saya yang lain yaitu Vicko dan Ghiffa di kamar kami.

Harris Hotel & Conventions, Gubeng, Surabaya (Dokumentasi. Mochamad Rifa’i)

Yang namanya orang kampung, dimana-mana pasti ada saja sesuatu yang memalukan. Dasar ndeso umpatku pada diri sendiri. Bagaimana tidak? Lha, wong menyalakan lampu saja bingung.

Jujur kami bertiga ngakak. Setelah pintu dibuka dengan kunci sensor, lampu masih keadaan belum menyala. Kemudian di samping pintu terdapat saklar-saklar. Satu persatu saklar kami nyalain. Namun masih tetap belum menyala. Kami bingung. Cuuuk….

Akhirnya insting saya main, saya mencoba menggesek-gesek kunci kamar ini dengan sebuah alat yang nempel di tembok. Alhasil, lampu menyala. Tenang sudah. Kemudian mereka berdua merebahkan badan di atas kasur dan menanggalkan barang-barangnya di lantai.

Kemudian lampu tiba-tiba mati. Kegaduhan terjadi lagi. Saya ambil kunci sensor dan ku gesekkan di alat yang nempel di dinding itu, lampu kembali menyala. Ada yang tahu apa itu nama alat geseknya? Haha, sorry saya orang ndeso tidak tahu gitu-gituan.

Lampu tiba-tiba mati lagi. Hal itu terjadi berkali-kali. Dan kami melakukan hal yang sama untuk menghidupkan lampu agar tetap menyala.

Baru yang terakhir saya terheran-heran. Ada apa ini? Masak iya, hotel sebagus ini seperti ini? Baru saya sadar bahwa dalam alat gesek yang nempel di dinding itu terdapat tulisan, ‘please insert your card’. Kusisipkan kartu di alat itu. Hingga lampu tak bisa mati secara tiba-tiba. Dasar katrok! Kampungan!

Kami mempunyai cara masing-masing untuk menikmati waktu istirahat. Ghiffa, sudah tidak heran lagi jika tidak bisa lepas dari gawainya. Videocall menjadi hiburannya, dan itu sangat lama sekali. Vicko yang asik dengan mainan shower di kamar mandi dengan memainkan air hangat dan dingin.

Ah, ya begitulah orang seperti kami. Kemudian saya sendiri, membuka tirai jendela kamar lebar-lebar. Pemandangan kota Surabaya yang indah. Kelap-kelip lampu kota. Gedung-gedung bertingkat. Semua terpampang nyata. Memang view yang bagus di malam hari. Karena kamar kami ada di lantai 17.

Suasana malam di kota Surabaya (Dokumentasi. Mochamad Rifa’i

Saya duduk di tepi kasur, menyaksikan kerlap-kerlip lampu kota. Lalu, saya bernostalgia. Saya teringat kejadian pada Desemeber 2013 sampai Maret 2014 silam. Pada waktu itu saya duduk di bangku SMK tepatnya kelas XI. Yaitu melakukan Praktik Kerja Industri (PKL) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Kurang lebih saya hidup di kota Surabaya selama tiga bulan. Saya kira, saat itu Surabaya benar-benar kota yang tak pernah sepi. Hampir 24 jam jalan raya tidak pernah sepi oleh kendaraan. Begitupun gedung-gedung bertingkat, apartemen mewah, puluhan pusat perbelanjaan, hampir setiap hari di jalanan sudut kota yang macet, dan banyak kenangan lagi.

Itu terjadi sekitar lima tahun silam. Dan saat ini di tahun 2019, saya kembali ke Surabaya hanya untuk menginap semalam saja. Saya baru sadar, bahwa Surabaya yang dulu bukanlah Surabaya yang Sekarang. Mengapa saya berpikir seperti itu? Nanti kamu akan menemukan jawabannya sendiri.

Ke Unesa

Tibalah pagi menjelang. Kami pun harus bersiap-siap untuk meninggalkan hotel dan melanjutkan kunjungan studi kami di Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Bus menyusuri kota Surabaya. Mataku tak pernah fokus. biasanya dalam perjalanan, saya tidak pernah betah-betah melek. Saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur sepanjang perjalanan. Namun saat ini saya memilih untuk fokus dalam perjalanan.

Bola mata terus berputar ke kanan dan ke kiri. Saya benar-benar kagum. Ternyata Surabaya lima tahun lalu, kini mengalami banyak perubahan. Tidak hanya macetnya saja. Banyak gedung-gedung bertingkat yang mulai bertebaran. Mulai dari tahap renovasi, tahap finishing, bahkan banyak berjejeran rentetan tahap pembagunan dan galian tanah sebagai pondasi-pondasinya .

Rasa senang pasti ada. Siapa, sih, yang tidak suka melihat Ibukota Provinsinya ramai, banyak bangunan bagus, dan tentunya tidak kalah dari kota Jakarta? Perasaan saya kagum. Kok, kagum terus, sih? Ya, sudah, intinya saya kagum. Titik! Diam! Tidak usah protes!

Pikiran Nakal

Tapi sayang, pikiran-pikiran nakalku bermunculan. Ini hanya halusinasi seseorang yang kurang makan daging anjing sama sayur kol. Jangan dimasukkan hati. Saya himbau, kepada pembaca yang budiman. Harap tenang! Biarkan saya menceritakan pikiran nakalku.

Jadi gini, kota Surabaya ini terletak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dari Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Lalu apa kaitannya dengan Porong?

Masihkah ingat tragedi Porong? Iya, benar lumpur panas lapindo. Saya juga tidak tahu kenapa pikiran saya hingga sejauh ini. Jika kita berbicara tentang lumpur lapindo, pada isu hangat-hangatnya tak sedikit dari masyarakat mengatakan bahwa tanahnya selalu megeluarkan lumpur panas. Jika tidak salah ini terjadi pada mei 2006. Sudah sepuluh tahun lebih terjadinya bencana lumpur panas lapindo.

Dalam pikiran tak sadar saya melintas bagaimana kondisi Surabaya sepuluh tahun ke depan?

Bagaimana kondisi Surabaya jika tak sedikit bermunculan rentetan gedung-gedung bertingkat?

Dan analisis jawabanku jika banyak pembangunan gedung-gedung bertingkat adalah sebagai berikut. Tidak semua dalam pembangunan gedung tertinggi melakukan ruang terbuka hijau. Dan juga tak sedikit dari pembangunan ini tanahnya diperkeras baik dengan aspal maupun beton.

Jika kebanyakan dari pembangunan dilakukan seperti itu, hal ini akan berdampak pada wilayah yang ada disekitarnya seperti tergenang air dan menyebabkan banjir. Karena kurangnya tempat resapan air di daerah gedung-gedung.

Tidak hanya itu saja, tentunya gedung-gedung ini akan membutuhkan air bersih, sedangkan jika pemasokan air kurang. Lalu apa yang terjadi?

Itu akan menjadi masalah baru. Kemudian dengan menghalalkan segala cara menyebabkan para pemilik gedung melakukan penyedotan air secara tidak karuan. Akibatnya, banyak terjadi pengeboran air yang tidak sedikit. Saya sebagai warga Jawa Timur jika mendengar kata pengeboran sedikit agak trauma. Kenapa?

Jawabannya, karena kegelisahan ini terhadap peristiwa yang sudah terjadi. Lumpur panas lapindo. Bisa saja, walaupun hanya melakukan pengeboran kecil-kecilan, pikiran nakal dan tak masuk akal ini selalu saja melintas.

Bagaimana nantinya jika banyak terjadi pengeboran dan mengeluarkan lumpur panas lagi? Pertanyaan itu selalu terngiang jika membayangkan kota Surabaya saat ini.          

Terkadang jika bercerita kepada teman-teman saya selalu ditertawakan. Jika Anda menertawakanku lewat tulisan ini, wah, Anda nyari gara-gara dengan saya. Sudahlah! Saya tekankan, pemikiran orang berbeda-beda, bentuk kepalanya pun tak sama. Jadi wajar, dong, jika memiliki isi kepala yang beda-beda pula. Oh, no….    

Sudahlah, kuakhiri halusinasiku. Dalam benakku, Surabaya pasti akan baik-baik saja. Toh, apa hubungannya pengeboran air sama pengeboran minyak lumpur lapindo?

Dasar tukang hayal! Pikiran macam apa itu! Lalu saya tersenyum. Saya menghela nafas panjang, bus rupanya tak kunjung tiba. Mataku perlahan mulai lengket, kupejamkan mataku hingga aku tertidur lelap.

Penyerahan kenang-kenangan oleh FOK Undiksha kepada FIO UNESA

Tak terasa sampai juga di UNESA. Aku menyaksikan kembali gedung-gedung baru yang ada di kampus Lidah Wetan UNESA. Gedung baru tersebut merupakan rektorat baru UNESA. Karena rektorat telah pindah di kampus Lidah Wetan.

Beberap menit kemudian bus kami tiba di tempat. Tercapai sudah acara temu kangen Fakultas Olahraga (FOK) Undiksha dengan Fakultas Ilmu Olahraga (FIO) UNESA dalam kunjungan studi 2019. Oh, Surabayaku ternyata kamu telah berubah. [T]

Tags: KotaPendidikanSurabayaUndikshaUnesa
Previous Post

Guru Bahasa Indonesia Itu Bernama Jerinx Superman Is Dead

Next Post

Skripsi dan Si Mahasiswa “Bodo Amat” yang Duluan Tamat

Mochamad Rifa’i

Mochamad Rifa’i

Lahir di Tuban, 12 Juli 1996. Belajar menjadi manusia kuat, dan kokoh tak tertandingi yang bermodalkan nekad dan niat. Bismilah, atas ijin Tuhan semua akan baik-baik saja.

Next Post
Skripsi dan Si Mahasiswa “Bodo Amat” yang Duluan Tamat

Skripsi dan Si Mahasiswa “Bodo Amat” yang Duluan Tamat

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co