2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Nyepi 4 Sekawan Mahasiswa Muslim di Bali – Sekadar Cerita yang Tak Berat

Ahmad Anif AlhakibyAhmad Anif Alhaki
March 9, 2019
inEsai
Nyepi 4 Sekawan Mahasiswa Muslim di Bali – Sekadar Cerita yang Tak Berat

Ilustrasi foto: tatkala

34
SHARES

Hari Raya Nyepi di Bali itu tidak sama dengan hari Minggu, apalagi malam minggu, wong Nyepi kok disamain dengan malam minggu. Enggak mungkinlah yaa…

Berbicara tentang Hari Raya Nyepi memang sungguh berkesan. Buktinya, menjelang Hari Raya Nyepi saja, tatkala.co sudah diserbu habis-habisan oleh tulisan-tulisan cantik.

Berikut ini, saya telah merangkum lima tulisan cantik yang memiliki kaitan dengan penyambutan Hari Raya Nyepi dari media tatkala.co:

Pertama:Melasti Kekinian Tak Perlu “Ma-songket-an” dan “Nyalon” dari Putu Lilik Surya Ariani – seorang wartawan baik hati. Tulisan tersebut menyuarakan kalau tampilan melasti saat sekarang lebih ramah, simpel dan mengerti sesama, serta mengurangi perlombaan tebar pesona harta benda. Dengan seperti itu, melasti sekarang tidak menjadi ajang pameran harta benda. Nyepi bisa lebih tentram terasa.

Kedua:Panduan Nyepi ala Cangak karya IGA Darma Putra – penulis keren dari Bangli. Tulisan ini menawarkan delapan metode Nyepi yang perlu dilakukan supaya Anda tidak terkena kartu merah. Apalagi kartu merahnya di garis penalti, nanti suporter e bisa marah-marah.

Ketiga: Nyepi Diri karyaDewa Putu Sahadewa yang mengajak kita untuk nyepi diri dengan cara menarik diri ke dalam, sehingga kita bisa sampai ke titik hening alam raya. Tidak seperti anu-anu itu, yang selalu menarik masalalu sehingga masa sekarang menjadi tidak menentu.

Keempat:Nyepi: Terapi Kesehatan, Terapi Kita, Bumi dan Peradaban dari Pak Dokter Putu Arya Nugraha. Tulisan ini menerangkan tentang filosofi Nyepi sebagai terapi efektif untuk bumi dan bahkan untuk jiwa dan raga manusia. Bukan nyepi gara-gara jomlo yaa… itu mah, beda lagi cerita.

Kelima:Belajar Iklas dari Pertiwi karya I Gusti Agung Paramita – pengajar di FIAK Unhi Denpasar. Tulisan ini mengatakan, sebenarnya kita bisa belajar kebhinekaan dan keragaman dari tanah. Karena, dari tanahlah kita bisa menumbuhkan sikap nrimo dan iklas atas apapun yang meresapi. Cobak, mana ada tanah yang mengeluarkan jurus seribu bayangan atau jurus pendekar dari Gua Hantu ketika dikencingi. Atau mana ada tanah yang mengutuki kaki-kaki yang menginjaknya walaupun di antara kaki-kaki itu ada kaki orang ateis–nya. Kalau begitu, resepnya apa, bli? Yaa, Nyepi dong…

Tunggu sebentar! Ini sampean mau cerita apa, sih? Kok malah nggak nyambung sama judul.

Begini:

Karena membaca tulisan-tulisan filosofis itu, saya bersemangat menikmati Nyepi di Bali – jadi tidak berniat untuk keluar Bali, apalagi harus pulang kampung ke desa saya di Sumatera sana. Meski tidak sekhidmat warga Hindu di Bali, setidaknya saya akan merasakan aura Nyepi, yang tentu saja memang sepi.

Maka, menjelang Hari Raya Nyepi, saya bersama tiga orang sahabat saya dari Compok Basi (sebuah komunitas kreatif, hehehe, di Singaraja) sepakat menyusun strategi. Karena kami berempat (kebetulan) beragama Islam, maka kami pun merencanakan untuk Nyepi bersama-sama di Gerokgak, di rumah Fathorrahman Zairazi, salah seorang dari sahabat saya itu. Kebetulan juga dia sudah lama tidak pulang kampung.

Pada hari Rabu, 6 Maret 2018, sehari menjelang Nyepi, sekitar jam 11 siang, saya, Fathorrahman Zairazi, Muhammad Fathur Rozi, dan B.B. Soegiono berangkat dari Singaraja menuju Gerokgak. Kami berangkat menggunakan dua kendaraan sepeda motor. Kendaraan kami melaju secara beriring-iringan.

Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun melanda, angin pun berhembus kencang serta menerpa dedaunan di pinggiran jalan. Kami pun memutuskan untuk singgah di salah satu supermarket yang ada di Lovina. Karena hujan tidak juga kunjung reda, kami kemudian membeli mantel hujan di supermarket tempat kami singgah itu. Setelah mantel hujan kami dapatkan, kemudian kami melanjutkan perjalanan meskipun pada saat itu hujannya masih sangat-sangat lebat.

Setelah agak lama di perjalanan, tiba-tiba hujan pun reda, dan kami berempat tetap melanjutkan perjalanan. Tidak lama setelah itu, kemudian hujan lebat kembali turun melanda. Aduuhh e… Hujan lagi!

Di sepanjang perjalanan kami menyaksikan bagaimaba warga mempersiapkan pawai ogoh-ogoh yang biasanya dilaksanakan sore hari, yakni sehari sebelum Nyepi. Kasian anak-anak muda itu, karena hujan, persiapan mereka jadi sedikit terganggu.

Kira-kira pukul 13.30, akhirnya kami tiba di Gerokgak, di rumah Fathorrahman Zairazi. Ketika itu, di rumah dia tidak ada siapa-siapa. Berdasarkan apa yang dia disampaikan ketika saya tanya kenapa tidak ada siapa-siapa di sana, dia pun menjawab kalau ayahnya sedang bekerja dan belum pulang dari pekerjaan. Karena kami berempat sama-sama merasa lelah, kemudian kami beristirahat sebentar di pelantaran rumah sahabat saya itu.

Pantai yang Sepi

Tepat pukul 14. 30, kami berangkat ke sebuah pantai dengan berjalan kaki, dan sampai di tempat tujuan sekitar dua puluh menit kemudian. Pantai itu sungguh indah. Pohon-pohon bakau tumbuh subur di sana serta lumut-lumut hijau mengapung di permukaan air laut bagian tepi.

Pantai itu sepi. Ternyata masih ada pantai yang sepi di Bali. Bayangan saya, dulu, semua pantai di Bali itu seperti Kuta atau Nusa Dua. Kalau pantai di Kuta itu pastilah sepi pada saat Nyepi. Namun pantai di sudut Gerokgak ini benar-benar sepi, padahal Nyepi belum mulai.

Pemandangannya pun indah dan memanjakan mata kami. Tidak hanya itu! Ternyata ada hal lain lagi yang lebih menggoda. Di atas lumut-lumut hijau yang mengapung itu, tampak bertebaran sekian banyak kepiting dan lobster. Fathorrahman Zairazi, Muhammad Fathur Rosi, B.B. Soegiono, dan saya, ketika itu langsung berburu kepiting dan lobster.

Tetapi, kami tidak mengambil semuanya, karena kami tidak serakus itu. Kami hanya mengambil secukupnya saja untuk kami masak nanti malam apabila sudah kembali ke rumah Fathorrahman Zairazi.

Ketika sinar matahari sudah tidak terang lagi, kami pun kembali pulang. Ketika sedang dalam perjalanan, Muhammad Fathur Rosi mengatakan kepada kami kalau pantai yang baru saja kami datangi itu tidak boleh diketahui oleh para pemodal nakal.

B.B. Soegiono kemudian meneruskan perkataan itu dengan celotehan: kalau itu diketahui oleh para pemodal nakal, takutnya nanti di Bali ini tidak ada lagi pantai yang indah bagi warga sekitarnya. Kami serentak tertawa.

Nyepi dengan Cerita Sastra

Pada hari Kamis, 7 Maret 2018, Nyepi sudah diselenggarakan. Kami baru bangun tidur kira-kira pukul 10 siang. Keadaan benar-benar sepi. Tidak ada suara kendaraan dari luar. Jaringan internet pun ikut-ikutan sepi, eh bukan sepi lagi malahan, tapi mampus.

Pada siang hari itu, kami makan bersama dengan ayah Fathorrahman Zairazi. Kami tidak terlalu banyak berbincang. Setelah makan siang usai, kami mulai sibuk dengan kesibukan kami masing-masing. Ada yang menulis. Ada yang membaca buku. Ada juga yang menonton vidio.

Ketika malam hari sudah tiba, keadaan terasa semakin sepi, dari jendela kamar saya mengintip ke luar, dan keadaan di luar benar-benar gelap sekali. Di dalam rumah, kami menggunakan penerangan secukupnya. Kami menggunakan penerangan kecil saja, hanya di dalam kamar, dan sinarnya sekiranya tidak sampai memancar ke luar rumah. Kenyataannya bagaimana, saya tidak tahu betul, karena tidak ada di antara kami yang mencoba melihatnya dari luar.

Setelah selesai makan malam, kemudian Ayah Fathorrahman Zairazi bercerita. Pertama-tama dia bercerita tentang sastra. Dia menceritakan kisah Zainudin dalam novel Tenggelamnja Kapal Van der Wijck karangan Buya Hamka dan kisah cinta Kais dalam buku Layla dan Majnun.

Airmata lelaki tua itu tampak membayang-bayang pada kedua belah matanya. Dia bergetar menceritakan kisah percintaan yang baru saja dia ceritakan. Dia secara terbuka mengatakan kepada kami bahwa dia mengalami kisah seperti itu.

Setelah beberapa lama berlalu, kemudian pembicaraan kami berganti topik. Kami mulai membicarakan tentang kerukunan penduduk beragama Hindu dengan penduduk beragama Islam di Gerokgak.

Di Gerokgak, kerukunan penduduknya sangat toleran. Apabila ada upacara keagamaan dari agama Hindu, maka orang-orang muslim di sana ikut membantu, dan apabila ada upacara keagamaan Islam, maka orang-orang beragama Hindu ikut pula membantu.

BACA:

  • Di Pemuteran, Sekaa Teruna dan Pemuda Ansor Riang Bersama dalam Pawai Ogoh-ogoh

Kira-kira pukul 23.00 kami pun segera berbaring di atas tempat tidur. Tidak terasa kami berempat tertidur karena kelelahan. Keesokan harinya, ketika kami bagun, tiba-tiba jaringan internet sudah muncul di ponsel kami masing-masing. Nyepi pun sudah berlalu. Kami kembali sibuk dengan ponsel milik kami masing-masing.

Kalau Anda ingin melakukan perjalanan beriringan dengan kami, itu sudah terlambat, kami sudah pada balik ke Singaraja. Namun, di lain waktu, kami akan senang kalau ditemani oleh Anda. Apalagi Anda-Anda cewe cantik yang masih jomlo. Hehehee… enggak lucu ya? Yuk ketawain saja saya… [T]

Tags: balibulelengHari Raya NyepihinduMuslim
Previous Post

Solidaritas Nak Buleleng

Next Post

Acintya

Ahmad Anif Alhaki

Ahmad Anif Alhaki

Biasa dipanggil Anif. Lahir di Sumatera Barat. Saat ini berstatus sebagai mahasiswa di jurusan Penidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Bali. Tak tahu hobinya apa, tapi merasa senang menulis.

Next Post
Nyepi: Terapi Kesehatan, Terapi Kita, Bumi dan Peradaban

Acintya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co