15 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Hardiman bersama seniman dan teman-teman usai sidang (foto/FB/Atmi Kristiadewi)

Hardiman bersama seniman dan teman-teman usai sidang (foto/FB/Atmi Kristiadewi)

Hardiman di Nias 13 – Persembahan Usai Sidang Terbuka Promosi Doktor

Dewa Purwita Sukahet by Dewa Purwita Sukahet
March 3, 2019
in Esai
57
SHARES

Pagi di Nias 13, agak tergesa saya memarkir kendaraan, hari jumat, 1 Maret 2019 melihat jam hampir tepat pukul 10.00 WITA. Nias 13 identik dengan Fakultas Sastra Universitas Udayana dan juga studi Kajian Budaya untuk program pascasarjana oleh karena kampus ini berada di Jalan Pulau Nias, No.13. Ada dua alasan mengapa saya di tempat ini sampai-sampai meminta ijin di institutsi saya mengajar untuk tidak ngampus dan mengajar. Pertama dan yang paling penting, saya mendapatkan undangan untuk menghadiri sidang promosi doktoral, kedua juga yang tidak kalah penting adalah janji tukar buku plus ngopi siang di warung kopi dekat kampus sastra UNUD.

Sidang? Siapa yang sidang terbuka promosi doktoral sehingga penting bagi saya untuk hadir? Ini alasan utama saya sampai membolos secara halus dari kampus saya mengajar untuk dapat menyaksikan sidang terbuka doktoral kedua kalinya dalam hidup saya. Adalah Hardiman. Nama yang begitu pendek akan tetapi sangat familiar di dalam medan sosial seni rupa Bali juga Nasional. Ya, Hardiman, saya dan kawan-kawan yang pernah di UNDIKSHA memanggilnya dengan Pak Har.

Ia adalah dosen di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Mengapa menjadi penting bagi saya? Wahh saya rasa berjuta alasan untuk menjawab itu, karena awal mula saya mulai lebih serius untuk literasi dan membuat perpustakaan pribadi di rumah adalah setelah berkunjung ke rumahnya sewaktu saya masih berstatus mahasiswa GAMASERA Singaraja, Pak Har juga yang saya mintai rekomendasi untuk dapat melanjutkan pendidikan pascasarjana saya di ISI Denpasar, oh iya Pak Har juga yang menjadi pembimbing TA saya, mengajarkan cara menata pameran, kurasi, membaca karya, menulis, dan lainnya.

Cerita saya putar lagi ke tempat parkir saat saya masih tergesa karena merasa terlambat akibat hidup di kota yang setengah modern dan tradisi. Di parkiran saya berjumpa dengan kawan perupa, Galung Wiratmaja dan Atmi Kristiadewi yang katanya masih menunggu Made Supena mutar-mutar jalan cari tempat parkir, kita mengobrol sebentar dan mereka pun berada di Nias 13 ini untuk menyaksikan sidang terbuka promosi doktoral Pak Har.

Saya melihat waktu dari smartphone sudah menunjukan pukul 10.00 dan saya berpamitan kepada mereka berdua untuk menuju ruang sidang dan baru melangkah sedikit saya berjumpa sahabat sastra yang juga sebagai pengajar di Sastra Bali UNUD sekaligus bertugas di perpustakaan lontar, adalah Putu Gunayasa. Ia menunjukan jalan kepada saya untuk mencapai ruang sidang yang tepat di atas perpustakaan lontar, saya bergegas dan berterimakasih.

Melewati puluhan anak tangga di gedung Poerbatjaraka naik, hingga sampai di ruang Soekarno dan di sambut bagian administrasi. Salah seorang menyatakan bahwa sidang baru saja mulai dan saya dipersilahkan masuk. Benar saja Pak Har sudah presentasi. Saya duduk paling belakang dan tepat di samping sahabat sastra juga, adalah Gede Gita Purnama yang dikenal dengan nama Bli Tilem, ia menjanjikan kopi dan obrolan di warung kopi, ini alasan kedua saya ada di sini dan rela bolos. Haha.

Di samping Bli Tilem ada sahabat perupa saya juga, Wayan Suja Antara, dan Wayan Naya, tampak sudah hadir beberapa dosen-dosen dari Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan dosen di Fakultas Bahasa dan Seni UNDIKSHA Singaraja, juga sahabat saya yang berprofesi sebagai kurator muda Bali, adalah Made Susanta Dwitanaya, dan tentu juga banyak yang hadir yang tidak saya kenal hehe.

Ok, kembali ke Pak Har. Ia sedang presentasi, memaparkan Disertasinya, di pojok duduk sendiri, di hadapan saya duduk paling tinggi dewan sidang, ketua sidang, promotor, ko-promotor, penguji.

Pak Har memaparkan hasil studi S3-nya yang berjudul Tubuh Sebagai Ekspresi Perlawanan: Representasi Ideologi Seksual Perempuan Perupa Kontemporer Bali. Dapat dikatakan bahwa dalam konteks ini Pak Har tidak hanya fokus dalam menganalisa karya akan tetapi juga membaca kepemilikan tubuh para perempuan yang berada di jalan seni kontemporer dalam sosio-kultural masyarakat Bali.

Fokusnya adalah bagaimana ideologi yang bekerja di balik karya-karya yang dihasilkan oleh perempuan perupa Bali. Yang perlu digaris bawahi juga adalah nalar seksualitas yang dimaksud adalah hubungan seks dengan realitas kasatmata organ seks dan kualitas seks yang bertalian dengan seksi atau realitas tubuh yang dapat membangkitkan birahi (sebagaimana tulisan Hardiman dalam buku Ringkasan Disertasi).

Perempuan Perupa yang dimaksud keseluruhannya adalah pelukis, Cok Mas Astiti, Ni Nyoman Sani, Ni Nyoman Sutrisni, Murniasih, Nia adalah perupa yang menjadi penelitian Pak Har. Setelah selesai pemaparan materi, dimulailah pertanyaan atau sanggahan oleh dewan sidang.

Di bagian ini saya agak sedikit gugup sendiri, entahlah, Pak Har yang sidang tapi saya ikut gugup, (mungkin saya terlalu meromantisasi keadaan) melihat kondisi riil Pak Har yang sedang dalam kondisi stroke dan sesi tanya-jawab yang walaupun tidak begitu alot tapi sempat terjadi semacam sanggahan (pelurusan) oleh salah satu dewan sidang mengenai feminimisme (kultur studi) dan kajian seni, saya memperhatikan Pak Har yang menguasai materinya sangat fasih menjawab dan menanggapi lontaran-lontaran pertanyaan tersebut.

Mungkin benar kata Wayan Suja Antara bahwa Pak Har adalah orang yang kuat dan keras seperti dalam tanggapan komentar pada beranda FBnya seusai sidang adalah “Hard(i)man”, bisa jadi maksudnya memiliki kode (i) saya, “Hard” berarti keras/kuat, dan “man” adalah manusia, Hard(i)man = saya adalah manusia kuat. Sekali lagi saya salut.

Seusai sidang yang dimulai pukul 10.00 – 11.45, dewan sidang mempersilahkan peserta yang hadir mengikuti jalan sidang terbuka untuk rehat sejenak sambil dewan sidang memberikan penilaian final terhadap jalan panjang atas studi S3 yang ditempuh poleh Pak Har. Ketika peserta sudah mulai berdiri dan perlahan mulai keluar ruangan sejenak, terlihat Pak Har datang mendekat ke arah kami-kami yang masih berdiri mengobrol, kami menyalami Pak Har, berbincang sejenak lalu saya dengan Bli Tilem dan Made Susanta keluar sejenak guna mencari angin. Kurang lebih 15 menit pengumuman kelulusan dalam Sidang Terbuka

Promosi Doktor Kajian Budaya segera dimulai, dewan sidang sudah menempati tempat duduknya, begitu juga Pak Har dan Kami mulai duduk dan mendengarkan keputusan yang akan diumumkan bersama-sama.

Hardiman dinyatakan lulus dengan predikat sangat baik. (Foto: Dewas)

Ya, akhirnya.. Pak Har dinyatakan lulus dengan predikan Sangat Baik. Riuh tepuk tangan mengisi ruangan Soekarno di Nias 13. Pak Har, dipersilahkan berjalan ke tengah antara dewan penguji dan undangan, penyerahan piagam dan baju toga yang dipakai oleh Pak Har, menandai dirinya sah tahap satu menyandang gelar doktor sebelum sah tahap dua yaitu dalam wisuda nanti.

Setelahnya, salah satu dewan sidang yaitu Prof. Dharma Putra memberikan sepatah dua patah kata yang intinya memaparkan bagaimana perjuangan perempuan Bali di era 1927 (kolonial) dalam menyatakan kemerdekaan atas tubuhnya sebagai orang Bali, menolak poligami para suami masa itu dan perlawanan-perlawanan lainnya. Setelahnya sidang ditutup dan mulai sesi foto bersama.

Jurusan Pedidikan Seni Rupa UNDIKSHA Singaraja punya doktor lagi dan itu Pak Har. Dosen yang membawa print making (seni grafis) cetak di atas kanvas ke kampus pertama kali, yang menginisiasi lahirnya pegrafis muda dari Bali Utara, Penulis, Kurator, Perupa yang kini menjadi bagian dari medan sosial seni rupa Bali dan dunia.

Saya belajar banyak dari Pak Har meskipun waktu itu ia masih S2 belum doktor S3. Mahasiswa (kini) harusnya bersyukur punya Pak Har sebagai biang kerok yang mengompori mahasiswa-mahasiswa untuk selalu bekerja dengan serius, di lingkungan Kampus Bawah selain Pak Har juga ada bapak Wayan Sudiartasebagai kepala geng yang menyeret mahasiswa untuk bebas berekspresi di kampus juga di luar kampus, dan sederet dosen seni rupa UNDIKSHA yang tak kalah keren sebagai biang kerok yang mengompori mahasiswa seni rupa untuk lebih kreatif. Ahh lagi-lagi saya meromantisir ingatan masa kuliah di Singaraja.

Pak Har, sekali lagi saya ucapkan selamat atas peraihan gelar Doktor, jangan pernah lelah untuk memotivasi mahasiswa. Selamat… horeee….

Oh iya saya hampir lupa, setelah seni foto bersama dan ngobrol-ngobrol, saya, Bli Tilem, Made Susanta, dan Pak Wayan Sudiarta memohon pamit kepada Pak Har dan sahabat-sahabat lainnya yang masih berbincang di ruangan Soekarno, Nias 13. Kami meluncur ke warung kopi yang dekat dengan kampus, ya, tujuan kedua itu ngopi!! Ahh cerita berlanjut di warung sebelah.

Pohmanis, 3 Maret 2019

Tags: doktorPendidikanSeni RupaUndikshaUnud
Dewa Purwita Sukahet

Dewa Purwita Sukahet

Perupa, suka ngukur jalan, dan CaLis tanpa Tung

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Agus Sumiantara_you want to eat it all, crazy. 120x160cm. pastel on beludru. 2020
Features

“12”, An Art Exhibition At Sika Gallery || A New Verve at the End of the Year

Sika Gallery ends 2020 with a new verve by presenting a collective exhibition which is embarked on as a fresh ...

December 12, 2020
Pementasan Puisi-Musik dari Tan Lioe Ie
Esai

“Puisi-Musik”, – Misi Agar Puisi Menjangkau Publik yang Lebih Luas.

PADA dasarnya sebuah ideal punya potensi berubah. Apa yang ideal pada suatu ruang, waktu, tertentu potensial bergeser pada ruang dan ...

July 5, 2019
Tanaman di pekarangan frumah
Esai

Kultur Menanam, Kultur Siapa?

Masa pandemi banyak memunculkan kesadaran baru bagi pemuda. Misalnya bagaimana berbagai sistem yang tadinya tampak digdaya ternyata begitu rapuh dan ...

February 21, 2021
Penulis berpose di areal Makam Gus Dur
Perjalanan

Ziarah ke Makam Gus Dur; Batu Nisan Tertulis Indah, Tempat Berbaring Seorang Pejuang Kemanusiaan

Sudah beberapa pekan saya tinggal di Kampung Inggris Pare-Kediri, Jawa Timur. Aktivitas sehari-hari saya habiskan hanya untuk les Bahasa Inggris, ...

January 31, 2020
Anak-anak Papua. /Foto: Dok. Sekolah Bunga Papua
Esai

Cerita Ngurah dari Papua# Saya, Bunga Papua, dan Kita (3)

  “Yang sekolah kan bukan seragamnya tapi anaknya loh” (Danarti Wulandari, pendiri Sekolah Bunga Papua kepada redaksi aldp-papua.com) BAGIAN kedua ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Anak-anak di Banjar Ole, Marga, Tabanan, mengikuti workshop yang digelar CushCush Galerry
Acara

Burung Menabrak Pesawat, Lele Dipatuk Ayam | Charcoal For Children 2021: Tell Me Tales

by tatkala
April 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Gejala Bisa Sama, Nasib Bisa Beda

by Putu Arya Nugraha
April 13, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (68) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1456) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (343)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In