3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kutub Selatan & Kutub Utara – Pentas Teater Angin & Galang Kangin di Parade Teater Canasta 2018

Agus Noval RivaldibyAgus Noval Rivaldi
November 6, 2018
inUlasan
Kutub Selatan & Kutub Utara – Pentas Teater Angin & Galang Kangin di Parade Teater Canasta 2018

Teater Galang Kangin, SMAN 4 Singaraja

6
SHARES

DILIHAT dari judulnya kayaknya bakal dingin pembahasan saya kali ini. Sepertinya begitu. Tapi entah bagaimana kedepanya, mari kita mulai. Tanggal 1 November 2018, hari ke-4 pementasan teater dalam rangkaian acara “Parade Teater Canasta 2018” kali ini kita kedatangan dua kelompok teater sekolah yaitu Teater Galangan Kangin dari SMAN 4 Singaraja dan Teater Angin dari SMAN 1 Denpasar.

Pembahasan saya kali ini bukan tentang bagaimana alur cerita dari naskah yang mereka bawakan, melainkan dari sudut pandang bentuk pementasan mereka. Kebetulan mereka berasal dari daerah yang berlainan yakni kubu utara Bali dan kubu selatan Bali. Tentu saja ada cara proses dan pertumbuhan teater tersendiri di daerah mereka masing-masing. Saya selalu bangga ketika melihat anak SMA tampil di acara parade Teater yang begitu sederhana ini.

Pementasan pertama adalah Teater Galang Kangin. Saat pentas berlangsung, saya begitu menikmati pertunjukan yang mereka tampilkan, membawakan naskah “Tentang Kita Dan Pertemuan Yang Hilang”. Pementasanya begitu realis kalau dibilang. Jadi siapapun yang menyaksikan langsung mengerti bagaimana alur dan akhir ceritanya. Dengan artistik dan properti yang begitu tertata rapi sesuai dengan kebutuhan di naskah itu, dengan lampu yang enak dilihat sesuai dengan adeganya.

Mereka menceritakan orang-orang di zaman sekarang begitu terhipnotisnya dengan kejahatan tekhnologi seperti telpon genggam misalnya. Terkadang kita sampai lupa waktu dan tempat kalau sudah berhadapan empat mata dengan telpon genggam. Apalagi ditambah sekarang ada media-media sosial yang membebaskan kita untuk menyuarakan apapun.

Setelah pementasan dari Teater Galang Kangin selesai, penonton beristirahat sekaligus memberikan waktu untuk persiapan pementasan selanjutnya dari Teater Angin. Justru disini saya merasa agak aneh ketika melihat dari segi pemilihan tempat dan artistik yang dipakai oleh Teater Angin.

Timbul beribu pertanyaan ketika saya melihat beberapa artistik mereka. Ada tiga helm yang dicat emas dengan kawat yang menyerupai tanduk tapi bentuknya tak sama. Kemudian ada ratusan tisu yang mereka gantung. Tisu itu memang sudah ada dari sebelumnya karena itu bekas karya instalasi teman saya Komang Tress. Mau di apakan tisu-tisu itu?

Sebelum mengetahui tisu itu akan menjadi apa dan bagaimana, saya akan memberi tau terlebih dahulu naskah berjudul “Cut Out” karya Riyadh’i Solihin yang dibawakan oleh Teater Angin. Sebelumnya saya belum pernah sama sekali membaca naskah ini. Ketika pementasan berlangsung saya duduk dengan tenang. Tetapi perasaan tenang itu berubah ketika terlihat para aktor mulai berdialog.

Dialognya terdengar samar karena lokasi yang mereka pilih sangat dekat sekali dengan jalan raya. Secara tidak langsung, mau tidak mau saya harus lebih fokus mendengarkan mereka berdialog. Gerakan tubuh dan koreonya begitu tertata rapi. Tetapi saya tidak mengerti dengan dialog dan gerak tubuhnya karena koreo yang mereka buat seperti simbol dan mempunyai arti sendiri.

Beberapa menit kemudian ada cahaya dari arah proyektor, mengarah ke arah ratusan tisu bergantung itu. Ternyata mereka memanfaatkan tisu itu sebagai layarnya. Menarik. Di layar tersebut terdapat beberapa gambar dan video tentang rakyat dan petugas keamanan sebelum kemerdekaan Indonesia tampaknya, karena kualitas dan bentuk videonya terlihat jelas tahunnya tapi saya tidak tau tepatnya itu tahun berapa. Apalagi setelah mendengar beberapa dialog mereka juga seperti makalah atau artikel sejarah. Bukan lagi berbicara tentang dialog keseharian. Sumpah ini berat saya pahami.

Saya tetap menyaksikan pementasan mereka berlangsung walau dialognya tidak dapat saya mengerti keseluruhan. Setidaknya saya mengetahui tambahan sedikit tentang kesejarahan negara Indonesia. Ya, walaupun sedikit, lumayanlah. Ditambah lagi penggunaan helm berwarna emas yang saya bilang tadi, mungkin bisa jadi bekal saya bertanya ketika diskusi.

Beberapa saat kemudian pementasan dari Teater Angin selesai dan mendapat tepuk tangan yang begitu meriah. Secara sepontan saya ikut bertepuk tangan, tapi dalam hati masih bingung dan penonton yang lain pasti sama. Saya yakin itu. Akhirnya waktu diskusi tiba dengan pembukaan kesan dari I Wayan Sumahardika atau biasa dipanggil Suma, tentang pembacaanya kepada teater di Singaraja dan Denpasar. Kebetulan dia sudah lama berkecimpung di dunia teater Denpasar dan Singaraja. Setelah Suma selesai memberikan beberapa pengalamanya melihat teater SMA di Bali khususnya Singaraja dan Denpasar, waktunya dari kedua kelompok teater tersebut memberikan pengalamanya selama proses kreatif mereka.

Ada persamaan dari kedua kelompok ini ketika menceritakan tentang proses kreatif mereka terutama saat proses latihan. Mereka masih agak susah membagi waktunya untuk berproses latihan teater dan kegiatan rutin sekolah. Apalagi dengan jangka waktu latihan mereka yang begitu singkat. Hanya jelang dua minggu sebelum pementasan.

Ada juga yang berbagi kesannya ketika harus mendalami peran sebagai suami atau istri, misalnya. Seperti yang diceritakan salah satu aktor dari Teater Galang Kangin. Mereka agak kesulitan karena memang tubuh mereka belum sampai disana. Tapi kan secara tidak langsung bagi saya ketika mereka bisa membagi waktu dan mendalami tokoh yang mereka perankan, itu membangun kesadaran mereka perlahan tentang rasa tanggung jawab, “assssek”.

Tapi ada juga ketidaksamaan dari kedua kelompok ini dari segi bentuk pementasan, dan tentang pemahaman naskah. Bahkan sepertinya tidak saya saja yang merasakan itu. Disini menariknya ketika ada ruang terbuka untuk mengekspresikan apa yang sebenarnya mereka ingin buat dengan idenya masing-masing. Setidaknya memberikan pandangan berbeda antara kedua kelompok dan penonton tentang teater.

Kalau dari bentuk pementasan sudah jelas terlihat berbeda ketika saya menyaksikan langsung. Tetapi yang belum saya ketahui adalah tentang pemahaman dan proses menghafal naskah. Dari keterangan pembina mereka, disini juga ada ketidaksamaan cara memahami naskah itu sendiri. Kalau dari Teater Angin keterangan dari pembinanya, bahwa si pembina itu sendiri lebih menginginkan kesadaran para aktornya tentang sejarah, secara tidak langsung para aktornya mengetahui sejarah negaranya, dan kalimat yang jarang mereka jumpai di keseharian. Karena dari cerita salah satu aktornya dia harus membuka “google” dulu untuk mengetahui apa arti dari satu kata yang dia tidak ketahui artinya.

Sedangkan pendapat dari pembina Teater Galang Kangin sendiri, bahwa si pembina lebih menginginkan kepada para aktornya untuk mengenalkan teater lebih luas lagi. Sementara kalau soal naskah mereka selalu berdiskusi antara pembina dan aktor tentang alur dan cerita yang dimaksud, agar mereka benar-benar paham tentang naskah dan tokohnya.

Diskusi malam itu berjalan begitu hangat dan menarik. Saya sampai iri kepada anak-anak SMA, apalagi mereka lucu dan yang perempuan saya lihat cantik-cantik “hahahaa”.

Teater Angin SMAN 1 Denpasar

Setelah beberapa lama diskusi dan waktu terus berjalan, tak terasa hari sudah begitu malam. Bagi anak seumuran mereka, diskusi harus disudahi. Karena dari Teater Galang Kangin kebetulan juga harus balik ke Singaraja malam itu juga untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran di sekolahnya. Sebelum diskusi selesai ada sepatah dua patah kata lagi dari Suma, untuk kedua kelompok teater itu khususnya teater sekolah-sekolah di Bali.

Dia menjelaskan bahwa mereka harus terus menggiati teater. Jangan beranggapan teater itu hanya sebuah pementasan di dalam ranah panggung. Buktinya mereka bisa merespon beberapa ruang yang ada di Canasta untuk dijadikan tempat pementasan dengan lampu dan properti seadanya. Dalam artian tidak menuntut kemungkinan untuk mereka berteater di ruang apapun untuk berekspresi.

Karena sebenarnya teater secara tidak langsung mengajarkan mereka untuk menjadi dirinya sendiri yang mereka inginkan. Ditambahkan pula untuk para pembina, bahwa dalam berteater tidak harus dan tidak hanya memberikan materi tentang teater saja. Namun harus selalu ada pembelajaran lain di dalamnya. Percayalah bahwa teater akan memanusiakan manusia. Begitu kata Suma sebelum mengakhiri diskusi malam itu.

Dan begitupun dengan tulisan ini. Saya akhiri dulu sampai di sini, karena saya rasa pengalaman menonton kali ini sudah selesai. Apalagi saya mulai mengantuk karena harus megadang menulis ini “hehehee”. (T)

 

Tags: denpasarParade Teater CanastaSingarajaTeater
Previous Post

“Raja Muda” dan “Raja Buduh” dalam Budaya Politik Kita #Kolom Made Metera

Next Post

Perahu Kertas dan Kapsul Harapan Anak-anak Donggala – Catatan Baksos Kapal Pemuda Nusantara 2018

Agus Noval Rivaldi

Agus Noval Rivaldi

Adalah penulis yang suka menulis budaya dan musik dari tahun 2018. Tulisannya bisa dibaca di media seperti: Pop Hari Ini, Jurnal Musik, Tatkala dan Sudut Kantin Project. Beberapa tulisannya juga dimuat dalam bentuk zine dan dipublish oleh beberapa kolektif lokal di Bali.

Next Post
Perahu Kertas dan Kapsul Harapan Anak-anak Donggala – Catatan Baksos Kapal Pemuda Nusantara 2018

Perahu Kertas dan Kapsul Harapan Anak-anak Donggala – Catatan Baksos Kapal Pemuda Nusantara 2018

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co