30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kota yang Seringkali Disalahpahami…

Kim Al Ghozali AMbyKim Al Ghozali AM
November 6, 2018
inEsai
Kota yang Seringkali Disalahpahami…

Ilustrasi diolah dari Google

11
SHARES

KOTA ini terletak 100 KM tenggara Surabaya. Daerahnya cukup strategis karena selain dilintasi jalur Pantura yang menjadi ‘urat’ pulau Jawa juga memiliki pelabuhan cargo yang kini sedang disulap sebagai pelabuhan pembantu Tanjung Perak. Selain itu juga memiliki pariwisata yang menjadi ikon pariwisata nasional: Gunung Bromo.

Ya meski tentu saja gunung yang sohor dengan lautan pasirnya itu oleh kebanyakan orang lebih dikenal sebagai milik Kabupaten Malang. Padahal sudah jelas-jelas kalau kita naik ke Gunung Bromo di dekat tangganya itu ada patok wilayah Probolinggo—kota/kabupaten yang akan saya perbincangkan dalam tulisan ini. Yang milik Malang (juga milik Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang) tentu adalah taman nasionalnya, yang dikenal dengan sebutan “Bromo-Tengger-Semeru. Tapi mana mereka mau tahu?

Selain cukup strategis, di masa kolonial kota ini dianggap sebagai kota yang cukup penting dan menjanjikan, sehingga akhirnya pemerintah kolonial mengangkat statusnya menjadi gementee (kotapraja)—untuk dibedakannya dengan kabupaten—setelah dipertimbangkan atas tiga faktor: faktor keuangan, faktor penduduk dan faktor keadaan setempat.

Selain tanahnya yang subur, tercatat ada dua belas pabrik gula di sana, dari seratus satu pabrik gula yang ada di Jawa Timur saat itu. Maka, karena keberadaan pabrik yang banyak itu—yang saat itu gula sebagai komoditas penting dalam perekonomian dunia—tak heran jika akhirnya banyak warga Eropa (terutama para pejabat kolonial) mukim di kota yang setiap tahunnya dilalui angin gending ini. Sehingga imbasnya banyak berdiri sekolah-sekolah kolonial, bahkan sekolah guru pun berdiri di sana. Salah satu alumni sekolah guru itu adalah Sukemi, ayah dari Sukarno. Probolinggo sempat dikenal sebagai kota pelajar. Meski kini bekas sebagai kota pelajar itu sudah tak tersisa dan julukan itu kemudian disandang Kota Malang.

Sekarang apa arti semua itu? Barangkali tak ada, kecuali sebagai kajian sejarah dan bahan romantisme semata. Karena selain ikon pariwisatanya yang oleh sebagian orang selalu diidentikkan dengan Malang, kota yang dikenal sebagai kota penghasil anggur dan mangga ini oleh beberapa orang dikira terletak di Jawa Tengah.

Loh kok?

Ini tidak mengada-ngada, Saudara. Tetapi berdasarkan pengalaman pribadi maupun kawan-kawan saya yang berasal dari sana. Biasanya hal itu terjadi ketika bertemu dengan orang-orang yang berasal dari jauh. Orang-orang menyangka Probolinggo itu sama dengan Purbalingga yang berada di Jawa Tengah sono. Bahkan dalam biografi saya di salah satu buku antologi puisi yang saya ikuti, oleh editornya ditulis: Probolinggo – Jawa Tengah. Padahal jelas-jelas ada perbedaan O dengan A. Tapi mana mereka mau mengerti? Atau, kalaupun dalam ejaan Jawa sama-sama dibaca O, tentu kata “Purba/Purbo” jelas berbeda dengan “Probo”—yang memiliki makna “prabu; Probo+linggo, artinya “prabu singgah”, nama ini berkaitan dengan sejarah plesirnya Prabu Hayam Waruk dari Majapahit yang terabadikan dalam kitab Negarakretaga, karangan penyair Mpu Prapanca, dan kemudian menjadi asal-usul nama kota itu.

Sampai di sini sudah paham?

Kalaupun tidak paham ya tak apa-apa. Toh, saya masih sikap khusnudzon kok, bahwa orang yang tak tahu letak Probolinggo itu mungkin orang yang tak pernah melihat peta atau Google Map. Tapi saya haqqul yaqin setelah kasus Dimas Kanjeng jadi pemberitaan nasional selama beberapa pekan itu, maupun kasus teranyar yaitu anak-anak TK yang mengenakan cadar dan menjadi berita internasional, orang-orang yang tidak tahu letak Probolinggo atau menyangka kota itu sama dengan Purbalingga pasti menjadi mengecek lagi di Google Map atau membaca Wikipedia dan menyadari bahwa keduanya adalah dua kota yang berbeda.

Sebagai orang yang lahir dan besar di Probolinggo tapi selalu disangka Probolinggo adalah Purbalingga tentu saya merasa resah nan gelisah. Dan tidak rela jika kota saya disalahpahami. Sekalipun saya sudah lama tidak tinggal di sana, toh primordialisme saya masih belum pudar.

Tapi, meskipun seringkali disalahpahami tentu saya tetap merasa bangga dengan kota saya. Sebab, rata-rata penduduknya bisa menggunakan tiga bahasa sekaligus dalam sekali percakapan. Kalau Malang punya bahasa walikan, Surabaya punya bahasa arek, Jaksel punya bahasa gado-gado, begitu pun dengan Probolinggo punya bahasa khas yang disebut bahasa “Bolinggoan”.

Jangan heran jika ada orang Probolinggo ketika berbicara, dalam satu kalimat pembicaraannya terdapat tiga bahasa, yaitu bahasa Madura, Jawa dan Indonesia. Ini tentu lebih khas ketimbang bahasa Jaksel dan lebih ramah produk lokal. Jangan heran pula, jika Anda bisa bahasa Madura dan Jawa lalu ketemu dengan orang Probolinggo, lalu mengajak berbincang dengan bahasa Madura tapi ditanggapi dengan bahasa Jawa. Atau mengajak berbincang dengan Bahasa Jawa tapi ditanggapi dengan bahasa Madura atau bahasa Indonesia. Mohon maklum. Kami memang biasa demikian. Selain sering disalahpahami, kami memang suka menyalahpahami.

Namun yang paling membanggakan dari sekadar bahasa yang campur aduk itu adalah, soal sepak bolanya. Bukan klubnya yang saya banggakan—karena klubnya sendiri tak pernah masuk devisi utama dalam liga Indonesia—melainkan supporternya. Ya supporternya.

Mengapa demikian? Karena klub sepak bola kota kami yang disebut Persipro itu memiliki supporter dengan nama “Jinggo Mania” atau “Laskar Minak Jinggo”, mengambil nama dari Prabu Minak Jinggo. Lha, padahal Prabu Minak Jinggo ini pahlawannya—atau setidaknya tokoh sejarah/legenda yang dibanggakan—orang Banyuwangi, karena ia sendiri konon adalah raja Blambangan. Tapi orang Probolinggo berani menyerobotnya dan memakai nama itu!

Meski, benar memang Probolinggo pada zaman dahulu adalah bagian dari kerajaan Blambangan dan menurut cerita raja yang selalu digambarkan antagonis oleh orang-orang non Blambangan itu konon mati di Probolinggo ketika melawan Damar Wulan, tapi toh daerah ini kan cuma pedukuhan kecil di tengah-tengah hutan dekat perbatasan bagian barat. Tentu bagi saya ini pencapaian luar biasa karena tak ada rasa ewuh-pakewuh terhadap warga pusat kerajaan. [T]

Tags: Jawa TimurKotaNamaProbolinggo
Previous Post

Tentang Teater Sekolah – Diskusi Panas Usai Pentas di Parade Teater Canasta 2018

Next Post

“Raja Muda” dan “Raja Buduh” dalam Budaya Politik Kita #Kolom Made Metera

Kim Al Ghozali AM

Kim Al Ghozali AM

Penulis puisi, prosa, dan esai. Ia memulai proses kreatifnya di Denpasar, dan kini mukim di Surabaya.

Next Post
“Raja Muda” dan “Raja Buduh” dalam Budaya Politik Kita #Kolom Made Metera

“Raja Muda” dan “Raja Buduh” dalam Budaya Politik Kita #Kolom Made Metera

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co