2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Melalui Kesunyian Suara Bisa Terdengar – Bersama Wanggi Hoed di Parade Teater Canasta 2018

SatyawatibySatyawati
November 3, 2018
inKhas
Melalui Kesunyian Suara Bisa Terdengar – Bersama Wanggi Hoed di Parade Teater Canasta 2018

Wanggi Hoed (Instagram)

20
SHARES

JUSTRU suara yang keras itu lebih sering tidak terdengar dan bahkan mungkin sengaja untuk tidak didengar. Melalui kesunyian, Wanggi Hoed menyampaikan berbagai persoalan yang dirasa meresahkan. Dan justru itu lebih kedengaran hingga gaungnya terus menggema.

Wanggi Hoed menyampaikan berbagai persoalan itu dalam diskusi di hari kedua Parade Teater Canasta 2018 di Canasta Creative Space, Denpasar, 30 Oktober 2018.

Ketika itu, saya baru saja sampai di Canasta Creative Space, ternyata diskusi sore baru saja bubar. Memang saya datang agak sedikit terlalu cepat karena saya pikir diskusi malam akan segera dibabat. Diskusi malam itu memang saya tunggu: tentang proses kreatif bersama Wanggi Hoed.

Sekitar jam 20.00, acara diskusi baru saja dibuka. Pembukaan diskusi ini diawali dengan penjelasan tentang latar belakang Mas Wanggi, tentang berbagai hal yang sudah dilakukan dan dicapai. Nggak berlama-lama, Mas Wanggi pun menampilkan film sunyi yang ia buat berkolaborasi dengan temannya.

Klip ini kira-kira durasinya 15 menit. Nggak terlalu panjang. Tapi dampak setelah menontonnya yang panjang. Mas Wanggi menceritakan latar belakang film ini dibuat adalah respon terhadap isu kesehatan mental yang belakangan memang sedang bergema. Dalam film sunyi ini, Mas Wanggi menampilkan gerakan-gerakan yang memperlihatkan detail tubuh dalam mengekspresikan sesuatu. Ketika gerakan dalam film seperti cemas, saya pun tanpa sadar juga ikut merasa cemas.

Setelah menonton film itu, akhirnya sharing session pun dimulai. Awalnya, Mas Wanggi menceritakan bagaimana ia memulai perjalanannya dengan melakukan pantomim untuk menyampaikan pesan-pesan yang meresahkan. Mas Wanggi juga terutama beraksi di Aksi Kamisan, antara Jakarta dan Bandung. Ia melakukan aksinya no matter what, mau hujan atau badai pun ia tetap melakukannya. Tidak ada yang menonton pun ia akan tetap melakukannya. Inilah perjalanan menyampaikan pesan agar bisa terdengar.

Sebuah usaha tentu tidak ada yang sia-sia. Berkat perjuangannya, ia justru banyak mendapatkan simpati dan tempat di masyarakat yang merasa pesan ini perlu disampaikan. Banyak yang mendengar pesannya ini, walaupun Mas Wanggi menyampaikannya melalui kesunyian.

Contohnya, ia pernah menampilkan pertunjukan, “Sehat itu Milik Siapa?” yang pada saat itu bertepatan dengan Hari Gizi Nasional. Ia melakukannya di Gedung Sate, Bandung. Melalui pertunjukan itu, ternyata banyak media yang meliput hingga Departemen Kesehatan pun mengkliping fotonya.

“Bayangin, ngapain coba salah satu departeman ngliping foto saya, muka saya? Ya, kalau nggak untuk bahan evaluasi, untuk apa lagi? Masa iya, cuma karena suka sama saya. Kan, nggak mungkin,” gitu kata Mas Wanggi. Ya, pesan yang ingin Mas Wanggi sampaikan itu sudah terdengar hingga di ujung puncak. Inilah yang saya maksud usaha tidak ada yang sia-sia.

Kemudian, Mas Wanggi juga mengatakan bahwa, “Ya, satu-satunya cara untuk beraksi adalah buatlah dan lakukanlah.” Memang tidak ada cara lain jika kita ingin melakukan sesuatu. Ya, lakukan saja, nggak perlu banyak nanti-nati. Mas Wanggi melanjutkan, “Bisa isu tentang apa saja. Misalnya, kamu lihat taman di dekat rumahmu rusak, suarakan! Kamu lihat pohon di daerahmu rusak, suarakan!”

Ia menekankan bahwa kita perlu melakukan sesuatu sesuai dengan jalur kita masing-masing. Nggak perlu mengangkat isu yang “tinggi”, angkat apa saja yang ada di sekitar. Nggak perlu juga memikirkan jelek atau bagus, atau ada yang lihat atau tidak. Yang penting, lakukan saja.

 

BACA JUGA

  • Hal-hal Kecil yang Teater? – Pertanyaan di Parade Teater Canasta 2018
  • Tiga Lapis Kesedihan Teater Kalangan – Hari Pertama Parade Teater Canasta 2018

 

Diskusi ini berubah menjadi obrolan yang lumayan seru karena pembawaan Mas Wanggi yang energik dan ekspresif. Ditambah lagi, ia juga bercerita tentang pengalamannya digiring oleh intel.

“Pas saya baru datang, saya bingung, nih. Kok mukanya nggak ada yang saya kenal, ya? Tapi saya tetep masuk aja, nyelonong boy gitu,” ketika saya mendengar cerita ini antara takjub dan bingung. Sebab, saya hanya pernah baca cerita-cerita ini di cerpen atau novel saja.

“Saya udah feeling, nih. Kayak ada yang nggak beres. Yauda saya keluar lagi aja. Eh tiba-tiba ada bapak-bapak nyegat saya, terus tiba-tiba mobil Alphard dateng,” Mas Wanggi menceritakan pengalaman ini dengan biasa-biasa saja, seperti bukan sesuatu yang luar biasa. “Pas saya lihat mobil Alphard dateng, saya seneng sebenernya. Alphard, lho! Tapi, ya, di dalem saya ditanya-tanya.” Ia melanjutkan bahwa ia ditanya kenapa ia menyebabkan keributan dan sebagainya.

Cerita Mas Wanggi pun berlanjut ke cerita yang lain. Salah satu hal yang saya ingat dari perkataan Mas Wanggi adalah, “Kita menjadi bola-bola kecil aja, tapi dampaknya bisa ke mana-mana.” Begitu kira-kira katanya. Saya setuju banget, sih. Sering kali yang besar-besar itu justru tidak memberikan dampak apa-apa. Justru pesan yang ingin disampaikan sering kali tersamar dengan pesan-pesan “bawaan” lainnya. Mas Wanggi menambahkan juga tidak perlu menjadi seorang maestro yang tinggi, atau apalah yang tinggi-tinggi. Semakin tinggi kita berada, semakin kencang pula angin menerpa. Perlu balik ke ajaran padi itu, semakin berisi semakin merunduk.

Saya semakin sadar bahwa ketika ingin didengar dan terdengar, bukan berarti kita harus menaikkan volume suara kita, teriak sekeras-kerasnya. Sebab, dengan berbagai hal bisa dilakukan untuk bisa menyampaikan pesan yang ingin kita sampaikan. Caranya pun bisa bermacam-macam. Nggak melulu harus menggunakan caranya sama dari waktu ke waktu. Kalau kata Mas Wanggi, “Hellooo, ini udah tahun berapa. Masih aja duduk di bawah pohon menunggu hujan dan panas.”

Obrolan bersama Mas Wanggi tidak hanya terjadi ketika acara diskusi saja. Setelahnya, saya dan Mas Wanggi ngobrol sedikit tentang bahasa Isyarat dan pantomim. Saya mengatakan bahwa pantomim itu bukan bahasa, tapi gestur dan sebaliknya, bahasa Isyarat itu, ya, bahasa. Seperti bahasa Bali, Jawa dan lainnya.

Mas Wanggi pun setuju dengan pernyataan saya. Ia bilang, “Kalau di pantomim, misalnya mau gerakan bapak, kan bisa kayak gini, nih.” Ia pun mencontohkan gestur bertubuh besar dengan gerakan-gerakan yang menggambarkan bapak. “Tapi, kalau di bahasa Isyarat kan ga bisa. Kalau bapak gini, ya harus gini. Nggak bisa ganti-ganti.” Mas Wanggi juga menambahkan bahwa pantomim itu bebas sebab terbangun dari imajinasi. Imajinasi, kan, nggak terbatas.

Ya, obrolan perlu berhenti sebab malam juga perlu berhenti. Semoga akan ada lagi pertemuan-pertemuan selanjutnya!

Melalui kesunyian, suara justru terdengar. (T)

Tags: filmKreativitasParade Teater Canastaproses kreatif
Previous Post

Tiga Lapis Kesedihan Teater Kalangan – Hari Pertama Parade Teater Canasta 2018

Next Post

Punya Tampang Boyolali, Boleh Saja “Ndeso” Tapi Sering “Bejo”

Satyawati

Satyawati

Biasa dipanggil Tya. Mahasiswa linguistik Unud yang cukup aktif menulis di blog pribadinya: lihat-dengar.blogspot.com

Next Post
Punya Tampang Boyolali, Boleh Saja “Ndeso” Tapi Sering “Bejo”

Punya Tampang Boyolali, Boleh Saja “Ndeso” Tapi Sering “Bejo”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co