22 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Tetimpug. /Foto: Dede Nyana

Tetimpug. /Foto: Dede Nyana

Kulkul Kala Bhuta, Harmonisasi Tenaga & Waktu – Catatan “Metulung Ngae Ben Banten”

Gde Nyana Kesuma by Gde Nyana Kesuma
February 14, 2018
in Esai
7
SHARES

PERNAH metulung ngae ben banten? Kalau diterjermahkan secara bebas pertanyaan ini ke Bahasa Indonesia mungkin jadi begini: Pernah membantu orang membuat daging banten (sarana upacara)?

Jawabannya: saya sering. Kalian? Jawab sendiri.

Membuat ben banten dalam sebuah upacara di pura atau di rumah seorang krama adat, kadang dianggap sebagai pekerjaan orang tua, sehingga anak-anak muda sering hanya menonton. Padahal sambil menonton bisa juga membantu. Awalnya bisa membantu kecil-kecilan, misalnya mengambil, mengiris, atau memasang. Lama-lama, bisa bikin sendiri. Bukankah suatu saat anak muda akan menjadi anak tua?

Metulung ngae ben banten bisa belajar banyak hal. Misalnya saat ada upacara mecaru, saya bisa belajar tentang harmonisasi, atau keseimbangan.

Bali terkenal dengan tradisi dan budaya yang sangat kental dengan kekuatan adat istiadat dan spiritual yang tinggi. Masyarakat Bali mengakui adanya perbedaan, yaitu dengan adanya kepercayaan tentang istilah Rwa Bineda yang sering ditentukan oleh Desa Kala Patra.

Desa Kala Patra memiliki pemahaman yang sering ditentukan oleh faktor ruang, waktu, dan kondisi riil di lapangan. Konsep tersebut menyebabkan kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan selektif akan adanya menerima pengaruh kebudayaan luar.

Kebudayaan Bali sangat menjunjung tinggi keseimbangan dan harmonisasi dalam kehidupan. Hal tersebut tercerminkan melalui ajaran Tri Hita Karana, yang menyatakan tiga penyebab terciptanya kebahagiaan. Tri Hita Karana menjelaskan  hubungan manusia dengan Tuhan (parahyangan), hubungan sesama manusia (pawongan), dan hubungan manusia dengan lingkungan (palemahan).

Untuk menjaga keseimbangan dan harmonisasi dalam kehidupan, masyarakat Bali percaya dengan mengadakan upacara bhuta yadnya yang disebut dengan caru. Caru merupakan upacara agama Hindu yang dipersembahkan kepada bhuta, lebih tinggi dari banten saiban, jotan dan yadnya sesa serta segehan.

Caru berarti baik, dan serasi. Sehingga caru merupakan upacara  yang bisa menyerasikan bhuana agung dan bhuana alit agar mencapai kesejahteraan.  Caru merupakan bagian dari upacara bhuta yadnya. Bhuta berarti kegelapan, membuat perasaan yang tidak baik, yang menggangu ketentraman hidup manusia.

Upacara caru memiliki beberapa makna dan fungsi . Upacara caru sebagai sarana untuk menetralisir kekuatan-kekuatan alam yang bersifat buruk yang dapat menghilangkan keseimbangan hidup antara manusia dengan alam disekitarnya sehungga muncul di muka bumi bermacam-macam kejadian yang dapat menyengsarakan kehidupan manusia.

Upacara caru sebagai sarana penyucian Tri Bhuana ini sehingga proses ekosistem alam ini dapat lestari, seimbang dan berkesinambungan.

Dalam upacara caru ada beberapa sarana dan prasara yang digunakan, antara lain: banten suci, banten caru, ayam (layang-layang), sanggah cucuk, sengkui, sampat, tulud, lis, sibuh pepek, payuk pere dan tetimpug. Sarana dan prasana upacara caru berbeda-beda menurut tingkatan dan  desa mawacara atau dresta yang dimiliki desa pakraman masing-masing.

Hal-hal semacam itulah yang bisa dipelajari saat membantu orang dalam sebuah upacara mecaru. Mungkin agak serius. Mungkin menyisakan pertanyaan. Mungkin menimbulkan diskusi lanjutan. Tapi begitulah selalu saat kita belajar.

Tetimpug

Ada yang menarik perhatian dalam sarana dan prasarana upacara caru dan sering terlepas dari perhatian masyarakat Bali ada umumnya. Jika ditanyakan tetimpug pasti banyak yang menjawab tahu akan tetapi kurang tahu maknanya.

Dalam kehidupan sehari-hari apabila ada upacara mecaru saya sering mengikuti persiapan dari rangkaian upacara tersebut. Sering disebut dengan matulung ngae ben banten,  dalam hal itu banyak hal yang dapat dipelajari secara adat istiadat.

Akan tetapi seperti pernyataan terkait dengan tetimpug sering kali saya penasaran akan arti dan makna dari satu sarana tersebut. Rasa penasaran tersebut saya pertanyakan kepada beberapa penglingsir dalam keluarga saya namun tak mendapatkan jawaban pasti pada saat merangkai bersama sarana dan prasarana caru tersebut.

Diskusi terkait dengan hal itu pun mengerucut dengan Ibu dan Bapak saya yang notabena menjadi pengayah pemangku yang sering menyusun hingga menjalankan upacara mecaru tersebut. Menariknya persepsi mereka tidak sama dengan saya,  akan tetapi informasi yang diberikan memberikan pemahaman yang baru bagi saya. Tetimpug merupakan sarana untuk mengundang kekuatan untuk melaksanakan sebuah upacara yadnya.

Menurut Ida Bagus Suragatana ketua paguyuban pemangku Desa Kelusa, Payangan, Gianyar menyatakan  tetimpug merupakan kulkul bhuta kala.  Tetimpug  terbuat dari satu ruas bambu yang nantinya akan dipanaskan menggunakan daun kelapa yang sudah tua yang dibakar, hingga menghasilkan sebuah letupan.

Tetimpug ada beberapa ada tiga atau lima buah. Sesuai dengan tingkatan. Upacara caru yang menggunakan tiga buah tetimpug digunakan dalam upacara caru yang biasa dan melambangkan Tri Kona, yaitu utpeti, stiti, dan pralina. Jika yang menggunakan lima buah tetimpug upacara caru tersebut sudah berada dalam tingkatan yang lebih besar, seperti karya agung. Hal tersebut melambangkan  Panca Maha Bhuta, yaitu pertiwi, apah, teja, bayu, dan akasa.

Persepsi tersebut memberikan pemahaman bahwa tetimpug memiliki makna yang sangat mendalam dalam sebuah upacara yadnya, karena tetimpug merupakan sarana pengundang tenaga dan waktu agar harmonis. Jika tetimpug tidak bersuara maka kala itu tidak datang, begitu juga sebaliknya jika bersuara kala itu datang dan merasa terpanggil.  (T)

Tags: balihinduupacara
Gde Nyana Kesuma

Gde Nyana Kesuma

Lahir di Denpasar 19 Maret 1994. Tinggal di Banjar Yehtengah, Kelusa, Payangan, Gianyar. Lulusan Undiksha jurusan Pendidikan Bahasa Bali ini punya hobi main voli, namun kini merasa senang belajar menulis.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Esai

Tentang Hujan

Hujan, ia seperti sebuah perjalanan pulang. Perjalanan pulang selalu ditunggu-tunggu dan menyertakan rasa rindu. Rasa rindu senantiasa meminta sebuah pertemuan ...

November 25, 2020
Karya lukisan anak-anak binaan mahasiswa KKN PPM Unud 2018 di Mas Ubud
Khas

KKN PPM Unud 2018 di Mas Ubud: Dengan Melukis, Perangi Sampah Plastik

“Siapa yang bercita-cita menjadi seorang pelukis?” tanya Ryan, salah seorang mahasiswa KKN PPM XVI Universitas Udayana Tahun 2018, kepada 47 ...

February 22, 2018
Opini

Ayoo…, Diet Internet Awal Tahun!

“AKU lagi diet instagram bulan ini, jadi nggak tahu informasi yang lagi hits,” jawab seorang kawan dengan ketus, saat saya menanyakan ...

February 2, 2018
Foto: Mursal Buyung (foto hanya sebagai ilustrasi)
Opini

Ospek Bisa Tiru Indomaret: “Selamat Datang di Kampus, Selamat Bergembira…”

MAHASISWA baru, di mana pun, mau tak mau, akan mengawali “kuliah” dengan melakukan adaptasi dan pengenalan lingkungan kampus. “Kuliah” awal ...

February 2, 2018
Foto-foto: Istimewa
Esai

Zaman Patung Bali Membaca Lontar – Catatan Harian Sugi Lanus

Ada jaman dimana patung Bali membaca lontar. Ya banyak. Tersebar di berbagai belahan dunia. Begitulalah yang tertangkap seniman patung di ...

December 17, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Foto : Dok. Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan
Acara

Lomba Tari Bali dan Lomba Busana | Festival Budaya XI Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan

by tatkala
January 20, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

KEMUNCULAN SERIRIT DALAM PETA BALI UTARA | Kilas Balik Kemunculan Desa-Desa Bulelang Barat

by Sugi Lanus
January 21, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1354) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (309) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In