11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Cerita Ngurah dari Papua# Saya, Bunga Papua, dan Kita (2)

I Ngurah SuryawanbyI Ngurah Suryawan
February 2, 2018
inEsai
6
SHARES

 

Aku Anak Papua

Aku anak Papua

Dan kau anak Papua

Kita semua anak Papua

…

Kaki disentak-sentak

Pinggung digoyang-goyang

Tangan dilambaikan

…

Putar badan…

(Ciptaan: Abner E Korwa)

PADA bagian pertama esai ini saya telah mencoba mengawali bagaimana sangat pentingnya kita merefleksikan situasi dunia pendidikan di tanah Papua—juga di negeri ini tentunya—dengan diri kita. Sekolah Bunga Papua hanyalah salah satu contoh untuk kita bersama-sama bercermin tentang wajah kita sendiri dalam silang sengkarut dunia pendidikan. Sekolah Bunga Papua saya kira menjadi menjadi salah satu oase yang semoga ke depannya menjadi inspirasi untuk gerakan pendidikan yang mencerdaskan kehidupan berbangsa kita.

Bagian kedua esai ini diawali dengan kutipan lagu “Aku Anak Papua” yang selalu dinyanyikan dalam setiap pembelajaran di beberapa sekolah Bunga Papua di Kota Sorong, Papua Barat. Lagu ini sarat makna dan cermin kegembiraan anak-anak Papua sebelum menerima pelajaran dari para bunda mereka. Dalam proses pendidikan, rasa riang gembira itulah yang utama di atas segalanya. Jika anak-anak sudah riang gembira, maka proses pendidikan akan berlangsung dengan mulus dan proses pembelajaran akan berlangsung dengan menyenangkan.

Sebagai sebuah oase di tengah sesak hingar bingar Kota Sorong, Bunga Papua tidak bisa menjangkau seluruh tempat-tempat yang tersisihkan dari laju moderitas tersebut. Beberapa wilayah kampung di pusat kota maupun pinggiran berusaha dijangkau dengan kemampuan yang tersedia. Beberapa daerah tersebut diantaranya adalah Aspen dan Rufei yang merupakan daerah orang-orang Tambrauw. Wilayah Malamo merupakan daerah khusus yang berada di kawasan prostitusi di Sorong.

Banyak anak-anak di kawasan ini yang tidak mendapatkan pendidikan dasar layak. Daerah Kuda Laut yaitu di seputaran Supermarket Saga adalah kompleks dari masyarakat Suku Ayamaru di Kota Sorong. Kawasan lainnya adalah wilayah Bambu Kuning yang merupakan perkampungan orang-orang Suku Moi. Wilayah-wilayah inilah yang awalnya menjadi sasaran dari Bunga Papua untuk melaksanakan kegiatannya. Memang tidak mudah, tapi mereka terus berusaha untuk membuka sekolah di beberapa kampung lainnya untuk anak-anak agar mendapatkan pendidikan dasar.

Anak-anak Bunga Papua bersama dengan para bunda menyanyikan lagu “Aku Anak Papua“ (foto: I Ngurah Suryawan)

“Kami tidak memikirkan gedung. Bahkan tidak memakai gedung,” ujar Danarti. Mereka mengawalinya dengan meminjam teras-teras rumah warga yang bersedia dijadikan tempat untuk belajar. Mereka mencoba untuk memakai terus rumah-rumah keluarga di kampung untuk pelaksanaan proses belajar mengajar. Perlengkapan juga mereka sediakan sendiri atau dibantu oleh keluarga-keluarga yang anaknya ikut belajar di Bunga Papua. Cara mereka belajar sangat sederhana dengan duduk di lantai beralasan tikar atau karpet plastik. Meja-meja sederhana dibuat dari kayu menjadi teman keseharian anak-anak.

Salah satu persoalan penting mengenai pendidikan usia dini di tanah Papua secara umum adalah ketersediaan buku-buku penunjang. Bunga Papua menyadari itu dan enggan untuk memilih bergantung ke dinas pendidikan untuk mendapatkan buku ajar. Mereka memilih untuk kreatif membuat materi ajar sendiri dengan materi, desain, dan produksi sendiri. Materi-materinya berkonteks lokal Papua yang berhubungan dengan keseharian anak-anak Papua. Desainnya mereka buat sendiri dengan sederhana dan perbanyak untuk kepentingan sendiri pula.

Materi-materi untuk pendidikan anak usia dini mereka dapatkan dari bahan di internet. Tim dari Bunga Papua juga membandingkan dengan buku-buku PAUD yang digunakan di sekolah-sekolah. Keseluruhan materi-materi tersebut mereka modifikasi terlebih dahulu dengan unsur utama memasukkan materi dengan latar belakang lingkungan Papua yang akrab dengan keseharian anak-anak di kampung. Bunga Papua juga memasukkan materi-materi lagu-lagu Papua dan anak-anak.

Salah satu keberuntungan yang dimiliki oleh Bunga Papua adalah kehadiran para pendamping yang mayoritas perempuan. Para pendamping inilah yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan pendidikan Bunga Papua dengan kemampuan mereka memainkan alat musik dan bernyanyi. Keunggulan itulah yang mereka manfaatkan untuk melaksanakan proses pendidikan dengan media bernyanyi. Para pendamping inilah—yang bekerja dengan sukarela—menciptakan lagu-lagu yang berisi materi pembelajaran bagi anak-anak.

Para pendamping anak-anak di Bunga Papua disebut dengan bunda. Para bunda ini berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Mereka berasal dari kampung setempat atau kampung tetangga. Ada juga yang dengan sukarela bersedia mengajar dengan jarak yang jauh dari tempat tinggalnya. Semuanya diberikan kebebasan. Sebagian besar dari para bunda ini sudah lulus pendidikan kejar paket, Sekolah Dasar (SD), bahkan ada sukarelawan yang sudah sarjana. Bunga Papua membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siapa saja yang bersedia menjadi bunda, terutama anak-anak muda dan mama-mama di kampung tersebut.

Para bunda yang direkrut oleh Bunga Papua sebelumnya diberikan pelatihan untuk lebih mengenal tujuan dan model pendidikan yang akan dilakukan. Intinya adalah mereka—para bunda—ini bersedia dengan sukarela untuk membantu mengajar. Tim Bunga Papua hanya memberikan pondasi dasar dari kehadiran Bunga Papua dan sebagai sebuah kegiatan sosial yang membantu anak-anak kurang mampu di kantong-kantong kemiskinan di Kota Sorong. Dasar inilah yang harus dipahami oleh para bunda agar mereka menyadari kegiatan sosial ini. Selanjutnya adalah komitmen dan kesadaran dari para bunda untuk kesediaan mengajar dan bersama-sama aktif di Bunga Papua.

Baca Juga : Cerita Ngurah dari Papua# Saya, Bunga Papua, dan Kita (1)

Bunga Papua juga membuka kesempatan untuk proses saling belajar diantara sesama guru. Danarti Wulandari menjelaskan bahwa terkadang terdapat guru-guru PAUD yang datang ke sekolah-sekolah Bunga Papua untuk membantu mengajar dengan sukarela. Terkadang ada juga pelatihan-pelatihan bagi guru-guru PAUD yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Sorong.

Para bunda Bunga Papua juga ikut serta dalam kegiatan pelatihan tersebut. Kendala tersedianya para bunda untuk mengajar selalu menjadi masalah pelik bagi Sekolah Bunga Papua. Namun seiring dengan berjalannya waktu, para bunda selalu datang silih berganti. Selalu saja ada bunda-bunda baru yang datang dan bersedia untuk mengajar dengan sukarela. Meski memang diakui susah untuk bertahan lama.

Keceriaan dan riang gembira adalah modal utama berlangsungnya proses pembelajaran yang menjadi prinsip Sekolah Bunga Papua (foto: I Ngurah Suryawan).

Permasalahan para bunda selalu diatasi dengan cara tak terduga dan selalu saja kejutan-kejutan untuk menyelamatkannya. Danarti mengakui bahwa para bunda boleh datang dan pergi silih berganti, namun visi dan misi Bunga Papua harus terus berjalan siapapun para bundanya. Tantangan terbesar sudah menunggu di depan mata mereka: anak-anak Papua yang membutuhkan kasih sayang mereka. Anak-anak Papua yang bisa ceria dan gembira di tengah kesulitan hidup yang mereka hadapi bersama dengan orang tua mereka.

Mayoritas yang menjadi anak-anak Bunga Papua adalah anak-anak Papua dari kampung-kampung tersisihkan tersebut. Tim dari Bunga Papua terlebih dahulu akan mendata kampung tersebut dan anak-anak yang ikut bersekolah. Langkah ini juga menjadi bagian dari survei awal untuk mencari bunda-bunda yang berasal dari kampung tersebut dan juga rumah yang bersedia dijadikan lokasi belajar.

Hal ini tentu saja setelah mendapat persetujuan dari kepala kampung dan tetua adat di lokasi tersebut. Syarat-syaratnya tidak terlalu membebani mereka dengan surat-surat. Danarti menjelaskan yang penting bersemangat dan mempunyai tekad untuk belajar. Tim Bunga Papua sudah memahami betul situasi mereka.

Sekolah Bunga Papua mencoba untuk menepis cara pandang “orang-orang kaya” di Kota Sorong yang selalu melihat jika sekolah jorok maka tidak mau bersekolah. Cara pandang seperti ini hanya mementingkan gedung dan sarana pendidikan, bukan isi dari pendidikan tersebut. Sarana pendidikan tetap penting, namun yang jauh lebih penting adalah proses pendidikan itu sendiri.

Oleh sebab itulah Sekolah Bunga Papua melangsungkan proses belajar mengajarnya dengan tidak ada gedung permanen yaitu hanya menumpang di rumah orang tua siswa di kampung-kampung. Juga tidak ada seragam, sepatu yang nantinya akan membebani para siswa. “Kami merancang pondasi Bunga Papua sebagai pendidikan anak usia dini sebagai sanggar belajar bagi anak-anak yang bersemangat dan ceria,” ungkap Danarti. (T)

Tags: anak-anakPapuaPendidikanpendidikan usia dinisekolah
Previous Post

Pameran Reinterpreting Culture #3: Progresif Seni Rupa Membara dari Spiritualitas

Next Post

Catatan Harian Sugi Lanus# Komisi Percepatan Ganti Ban Cikar

I Ngurah Suryawan

I Ngurah Suryawan

Antropolog yang menulis Mencari Bali yang Berubah (2018). Dosen di Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Papua (UNIPA) Manokwari, Papua Barat.

Next Post

Catatan Harian Sugi Lanus# Komisi Percepatan Ganti Ban Cikar

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co