26 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Foto ilustrasi hasil cropping dari foto di Google

Foto ilustrasi hasil cropping dari foto di Google

Gus Ipul, Kopi, dan Politik

Ozik Ole-olang by Ozik Ole-olang
February 2, 2018
in Opini
4
SHARES

 

KONSOLIDASI, pertemuan, dan lobi-lobi sudah memang menjadi pekerjaan politikus. Spanduk isi foto calon kandidat, stiker, juga poster sudah biasa dijadikan metode “formalitas” sekaligus klasik dalam berpolitik. Selanjutnya kemudian kampanye-kampanye dilakukan dalam berbagai bentuk mulai dari orkes, konser, sampai yang islami-islami semacam pengajian dan istighatsah akbar sudah banyak dilakukan dan dilestarikan.

Sampai secara kebetulan dan secara tidak sengaja saya temukan sebuah kemasan kopi shaset-an bermerek salah seorang yang bisa kita bilang politikus di daerah Jawa Timur (namanya sudah tercantum di Judul). Toh, memang tidak selamanya politik itu kotor, tetapi sejumlah orang bahkan kebanyakan berparadigma dan mempersepsikan hal-hal yang berbau politik sebagai isu-isu yang jika dikatakan hampir mendekati kata “jelek”.

Tak jarang saya temui setiap ada sebuah perkumpulan seperti pengajian, harlah, halal bi halal yang dihadiri oleh beberapa dewan dan para politikus maka di pojok-pojok dan di balik keremangan kampung, orang-orang seperti terdengar berbisik-bisik dan menerka bahwa acara yang dihadiri para politikus itu sudah tercemar aroma politik. Seakan politik seperti menjadi sebuah hama dan virus yang bisa merebak ke mana saja.

Hal-hal semacam korupsi, ingkar janji, dan sikap PHP (Pemberi Harapan Palsu) para politikus yang banyak ditemui menjadi faktor terbesar dalam membentuk paradigma masyarakat tentang politik. Padahal secara sederhana politik adalah dialektika perebutan kekuasaan yang tidak harus diwarnai hal-hal negatif. Maka ketika sudah terjadi dan ditemukan kenegatifan politik, masyarakat mulai mempersepsikan bahwa politik itu kotor. Bahkan seorang tokoh besar pada abad pertengahan menyatakan bahwa seorang ulama’ adalah orang jauh dari intrik-intrik politik.

Kemudian saya bolak-balik kemasan kopi instan tersebut, bagian depannya terdapat nama sekaligus foto yang pastinya sedang tersenyum. Setelah memandang agak lama pada bagian belakang kemasan, saya sedikit mengelus dada lega. Ada catatan di pojok kanan kemasan bertuliskan “tidak untuk diperjual-belikan”. Orang yang tertera pada kemasan yang sekaligus namanya dijadikan merek itu dikenal dengan embel-embel “gus” sebagai panggilan orang jawa bagi para keturunan kiyai yang masih muda.

Melihat dewasa ini, hubungan ulama’ dan politik sudah bukan hal yang tabu. Beberapa tokoh ikut kampanye, ikut teriak-teriak di depan rakyat. Agak risih sebenarnya, tapi saya yakin mereka pasti mempunyai alasan. Paling tidak mereka akan bilang begini: “Kalau politik dibiarkan terus memburuk, diisi oleh orang-orang yang tidak beres, maka siapa lagi kalau bukan kita sebagai pembersih citra buruk kepemimpinan politik”.

Paradigma baru kemudian muncul dan perkataan Imam Ghazali tadi seperti tidak berlaku di Indonesia. Secara akal, ulama’ dan semacamnya seperti kiyai pula tokoh masyarakat bagi masing-masing individu memang ditugaskan untuk menyebarkan Islam baik secara kuantitas ataupun nilai-nilai formalnya. Maka politik sebagai salah satu budaya yang ada sudah menjadi kemestian untuk juga dikawal dan dibina dari ketercemaran dan harus diluruskan sebagai salah satu tanggung jawab dan misi dakwah.

Dalam salah satu guyonan teman saya ketika tahu ada merek kopi yang seperti itu dia bertutur begini: “Wah, jadi kopi ini enaknya disuguhkan bukan dalam bentuk seduhan, tapi tinggal diletakkan di ruang tamu buat pajangan. Nanti kalau ada tamu tinggal dibagi-bagi, kita nyeduh kopi merek lain aja.”

Kopi yang sejak dulu menjadi budaya kuliner turun-temurun dan banyak disuguhkan dalam berbagai hajatan, kini menjadi “kendaraan” baru perpolitikan Indonesia. Terlepas dari rasanya yang entah enak atau tidak ataupun niat di balik pemproduksiannya, tetapi pergunjingan merek yang diambil dari nama salah satu politikus itu pastilah ada.

Daripada mempersoalkan orang yang sedang tersenyum pada kemasan kopi itu, mending kita seduh sembari memperbincangkan harapan-harapan bagi politik di masa mendatang. Hitung-hitung minum kopi dan ngobrol politik agar berkesan layaknya acara talk show di televisi.

Sampai kemudian saya menulis artikel ini, entah dalam bayangan saya kelak akan muncul banyak makanan-makanan yang bermerk nama-nama politikus, entah rujak Jokowi, soto Amin Rais, atau bahkan garam Prabowo. Yah, semoga saya tidak diciduk akibat ketergelitikan saya dalam melihat merek kopi ini. Tapi pada intinya, harapan rakyat kepada perpolitikan pastilah baik-baik dan tidak menginginkan hal-hal buruk. (T)

Tags: Jawa TimurkopiPilkadaPolitik
Ozik Ole-olang

Ozik Ole-olang

Pemuda asal Madura yang lahir di Lamongan dan berdomisili di kota Malang.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Esai

Idul Fitri & Kepura-puraan Kita

Sebulan penuh kita belajar untuk bisa ‘menahan’. Menahan segala sesuatu yang berkaitan dengan nafsu/ego. Bukan hanya mulutnya saja yang ditahan, ...

June 4, 2019
I Dewa Gede Soma Wijaya dan Patung Klasik yang Artistik
Khas

I Dewa Gede Soma Wijaya dan Patung Klasik yang Artistik

Beraneka ragam hasil kerajinan akan tampak terpampang berderet di pinggiran jalan, jika melewati seputaran jalan Sukawati, Gianyar. Hasil kerajinan yang ...

July 17, 2020
Ilutrasi dari Google
Esai

Penguatan Bahasa Nasional Indonesia di Era Disrupsi: Dominasi, Infiltrasi dan Dialogisasi

Menjadi salah satu mahasiswa yang mengambil program studi pendidikan sejarah merupakan sebuah labelitas yang cukup berat bagi saya. Karna untuk ...

March 16, 2020
Atraksi Okokan di Festival Tepi Sawah, Pejeng, Gianyar/ Foto-foto: Agung Putradhyana
Peristiwa

Okokan dan Rintih Merdu “Lelakut Nyuling” dari Kediri – Catatan Festival Tepi Sawah

SUASANA hening. Sejumlah orang menikmati  malam di tepi sawah, di atas dangau kayu tanpa atap. Mata sejumlah orang tertuju pada ...

February 2, 2018
Foto: Putik
Ulasan

Peta dan Wacana Ihwal Tubuh: Seni Rupa Bali Dasa Warsa Terakhir

Judul Buku: EKSPLO(RA)SI TUBUH - ESAI-ESAI KURATORIALSENI RUPAPenulis: HardimanPenerbit: Mahima Institute IndonesiaTebal : viii + 307 ISBN : 978-602-18311-7-5 Buku Eksplo(ra)si ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Sayang Kukiss/Diah Cintya
Esai

7 Jurus Memperbaiki Diri untuk Melangkah pada Rencana Panjang | tatkalamuda

by Sayang Kukiss
January 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1360) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In