2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mencegah Generasi Koruptor dengan “Pokemon”

Made Agus MahendrabyMade Agus Mahendra
February 2, 2018
inOpini

Google

6
SHARES

 

INDONESIA, negeri yang adiluhung dengan bentangan alam bak zamrud khatulistiwa membentang dari Sabang sampai Merauke. Negara yang dianugerahi keindahan alam yang melimpah, bentangan permadani biru menyeruak dan kilauan emas di setiap jengkal tanah negeri ini. Indonesia, negeri seribu pulau tanah nusantara yang indah nan permai bagai firdaus di khatulistiwa.

Namun potret negeri ini terkoyak, bak bongkahan permata yang belum diasah karena sumber daya manusianya yang belum bisa mengolahnya. Mari kita merenung, ketika seluruh negara didunia berlomba-lomba mendaratkan diri ke luar angkasa dan membangun teknologi milenial raksasa.

Di negeri ini malah sibuk mengurusi masalah perbedaan yang telah di trahkan. Belum lagi, masalah korupsi yang seakan melekat dari bangsa ini. Pemberantasan korupsi laksana oase di padang pasir.

 

Mafia hukum

Hukum saja

Karna hukum tak mengenal siapa

Korupsi korupsi kata ini lagi

Selalu menghantui negeri yang frustasi

Korupsi korupsi semakin menjadi

Apapun terjadi diatas transaksi

Tertangkap bercinta dihukum penjara

Korupsi berjuta masih berkuasa

Prinsip imprasial tak berlaku lagi

Siapa punya modal takkan masuk bui

Mafia hukum Hukum saja Karna hukum tak mengenal siapa

Mau lawan mereka, hati-hati saja

Karena mereka dijaga buaya

Buaya-buaya piaraan mafia

Mafia-mafia isinya pengusaha

Pengusaha-pengusaha kongsi dengan penguasa

Walau sudah kaya masih kurang juga

Hukum direkayasa hanya buat yang kaya

Yang jadi korbannya, rakyat jelata”.

– Navicula

 

Penggalan lirik lagu di atas dirasa pantas ketika melihat potret suram negeri kita sekarang. Sesuai dengan data Lembaga Transparency International (TI) tahun 2015, indeks persepsi korupsi Indonesia menempati posisi 88 dari 168 negara dengan skor 36. Di samping itu, berdasarkan hasil pemantauan Indonesia Corruption Watch (ICW) tahun 2015, terdapat 308 kasus dengan 590 orang tersangka. Adapun total potensi kerugian negara dari kasuskasus ini mencapai 1,2 triliun rupiah dan potensi suap sebesar 457,3 miliar rupiah.

Persoalan korupsi terus saja menumpuk menjadi benang kusut yang sulit diurai. Aparat dibuat pusing tujuh keliling belum lagi satu kasus dibereskan, muncul lagi kasus baru. Sekalipun persoalan korupsi sudah menumpuk dan ancamannya sudah berbahaya, tidak ada terobosan untuk mengatasinya.

Mengingat bahaya laten yang ditimbulkan korupsi, Indonesia harusnya sudah bangun dari bius-bius para elite politik yang mengambil keuntungan dengan kedok memajukan negeri. Negara kita akan stagnan bahkan berjalan mundur di tengah derasnya arus kemajuan dunia.

Korupsi akan terus menjadi momok bagi kaum idealis dan akan menjadi ladang basah bagi para penyunggi „uang haram‟. Para penyetir kepentingan yang tak pernah akan kenyang dan akan tetap haus uang panas ketika para kaum idealis tak berani ambil pusing turut mengulung lengan baju bahu-membahu memberantas tikus berdasi.

Koruptor di negeri ini pandai bermain patgulipat sehingga terbebas dari riuhnya meja hijau dan dinginnya sel tahanan. Dinasti demi dinasti koruptor sudah tersibak, dan oknumnya bukan dari perseorangan saja. Banyak peran di dalamnya yang „bergotong royong‟ mencabik-cabik uang negeri ini.

Sinisme dan sikap apatis dari kalangan masyarakat juga meningkat karena janji-janji pemberantasan korupsi terasa jauh dari kenyataan. Terlebih masyarakat semakin merasa sebagai korban perilaku korup para pejabat dan elit politik mulai pusat sampai ke daerah sekalipun, sungguh ironis memang.

Mencegah Generasi Koruptor dengan “Pokemon”

Tagline visioner “Generasi Emas menuju Indonesia Hebat” menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka dan bonus demografi, tekad mewujudkan generasi emas tahun 2045 perlu kerja keras. Generasi emas bukan generasi yang memiliki banyak emas, melainkan generasi yang kompetitif dan mampu bersaing. Peningkatan kualitas sumber daya manusia amat krusial untuk menunjang langkah Indonesia kedepannya.

Langkah yang terus dipupuk Indonesia yaitu dengan meratakan pendidikan diseluruh pelosok Indonesia. Pendidikan cenderung akan melatih kecerdasan intelektual seseorang. Menurut hasil penelitian bahwa IQ hanya menyumbang paling banyak 20% bagi kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 80% ditentukan faktor lain. Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak-gejolak yang ditimbulkan oleh kesulitan-kesulitan hidup.

Banyak bukti yang memperlihatkan bahwa orang yang cakap secara emosional mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, serta mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif, memiliki kesuksesan dalam setiap bidang kehidupan. Howes dan Herald (1999) mengatakan, pada intinya potensi kecerdasaan emosional (pokemon) merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi.

Emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.

Mengamati perilaku dari kehidupan anak–anak dewasa ini justru membuat risau. Banyak peristiwa menyimpang yang dilakukan oleh anak. Pelanggaran umum dimasa kanak– kanak tidak bisa dianggap sebagai masalah yang sepele, tetapi merupakan masalah yang serius. Pelanggaran tersebut antara lain mencakup berbohong, berbuat curang, mencuri, merusak dan membolos, dan ini merupakan tanda bahaya dari penyesuaian pribadi dan sosial buruk pada anak (Hurlock, 1978).

Misalnya dalam hal berbohong, walaupun berbohong sering dapat dimaklumi dari segi perkembangan anak, ini dapat menjadi masalah bila berbohong menjadi kebiasaan. Berbohong mengikis kedekatan dan keakraban, berbohong menumbuhkan benih ketidakpercayaan, karena perbuatan ini mengkhianati kepercayaan orang lain.

Penelitian terhadap anak-anak yang sering berbohong menunjukkan bahwa mereka juga sering terlibat dalam bentuk-bentuk perilaku antisosial, termasuk menipu, mencuri dan aksi kekerasan. Ini antara lain akibat kenyataan bahwa anak-anak yang berbohong biasanya berteman dengan anak-anak lain yang tidak jujur dan mereka mengembangkan kelompok sebaya yang percaya bahwa berbohong kepada orang di luar kalangan diperbolehkan (Shapiro, 1997).

Selain itu, Alhadza (2000) dalam penelitiannya menemukan bahwa koruptor-koruptor besar, penipu-penipu ulung dan penjahat kerah putih yang marak disorot saat ini adalah penyontek-penyontek berat ketika mereka masih berada di bangku sekolah, atau sebaliknya mereka yang terbiasa menyontek di sekolah, memiliki potensi untuk menjadi koruptor, penipu ulung dan penjahat kerah putih dalam masyarakat nanti.

Suharsono (2001) kecerdasan emosi tidak hanya berfungsi untuk mengendalikan diri tetapi juga mencerminkan kemampuan dalam mengelola ide, konsep, karya atau produk. Suharsono (2001) menjelaskan keuntungan bila seseorang memiliki kecerdasan emosional secara memadai.

Pertama, kecerdasan emosi mampu menjadi alat untuk pengendalian diri sehingga seseorang tidak terjerumus kedalam tindakan-tindakan bodoh, yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

Kedua, kecerdasan emosi bisa diimplementasikan sebagai cara yang sangat baik untuk memasarkan atau membesarkan ide, konsep atau bahkan sebuah produk.

Ketiga, kecerdasan emosi adalah modal penting bagi seseorang untuk mengimbangkan bakat kepemimpinan dalam bidang apapun juga. Potensi kecerdasan emosional (pokemon) dapat mengembangkan emosi anak yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.

Kesadaran diri dapat membuat anak mengenali perasaan yang sedang ia rasakan, anak mampu memahami penyebab perasaan yang timbul, anak juga menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dan yang mereka pikirkan, perbuat dan katakan, sehingga dengan keterampilan tersebut anak mampu mengenali perbedaan perasaan dan tindakan. Tingginya kesadaran diri anak maka anak akan lebih mampu menekan tindakan yang negatif dan anak lebih berperilaku secara moral (Goleman, 1999).

Pengaturan diri dapat membuat anak mempunyai kemampuan untuk mengatur dirinya kearah yang positif, anak dapat mengelola emosinya dengan baik, anak mampu mengendalikan perilakunya, mempunyai kehati-hatian dalam bertindak atau berperilaku dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi atas apa yang dilakukannya. Anak dapat selalu berfikir jernih dalam menghadapi tekanan, sehingga dapat meminimalkan perilaku tidak bermoral (Goleman, 1999).

Motivasi dapat membuat anak memiliki dorongan untuk berprestasi, mempunyai ketekunan dalam melakukan sesuatu, anak juga gigih dalam memperjuangkan tujuan yang akan dicapai dan siap apabila mengalami kegagalan (Goleman, 1999).

Empati dapat membuat anak memilki kemampuan untuk memahami orang lain, mampu mengerti perasaan dan pikiran orang lain (Goleman, 1999). Anak dengan mengerti, dapat memahami perasaan dan pikiran orang lain atau disebut juga kemampuan berempati atau empati yang tinggi, maka anak akan merasa cemas dan rasa bersalah apabila anak tersebut melakukan kesalahan atau melanggar peraturan yang berlaku (Berk, 1994).

Anak yang mempunyai kemampuan empati kuat cenderung terlibat dalam perbuatan yang lebih prososial, misalnya menolong orang lain dan kesediaan berbagi dan juga memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menjalin hubungan yang akrab dengan orangtua, guru dan teman-temannya.

Keterampilan sosial dapat membuat anak memiliki kemampuan untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi secara tepat dengan orang lain, dengan teman sebaya, mampu beradaptasi dengan lingkungan, serta memiliki kemampuan untuk menjalin kerjasama dengan orang lain (Goleman, 1999).

Keterampilan sosial akan menempa anak terampilan dalam menyelesaikan masalah, tingkah laku menjadi lebih baik, meningkatnya keterlibatan dengan rekan-rekan sebaya, meningkatkan keterampilan dalam menghadapi masalah, berkurangnya perilaku kasar serta meningkatnya keterampilan dalam menyelesaikan konflik.

Semua kenakalan-kenakalan anak saat usia dini yang dianggap bisa dimaklumi karena kurangnya potensi kecerdasan emosional (pokemon) akan menjadi sebuah snow ball/bola salju yang jika dibiarkan akan terus membesar dan membesar. Penguatan kecerdasan emosional sejak dini sangatlah penting untuk dilakukan.

Mengingat telah banyak kasus mengenai degredasi moral yang terjadi di Indonesia. Contoh kasus yang sering terjadi ialah perilaku pembullyan, sikap tidak sopan kepada guru, perkelahian pelajar, dan lain sebagainya. Perilaku-perilaku tersebut dapat menjelma menjadi suatu hal yang lebih besar, contohnya ialah korupsi. Korupsi menunjukkan negeri ini sudah mengalami kemunduran moral yang serius.

Penguatan potensi kecerdasan emoosional (pokemon) sejak dini sangat penting dilakukan dalam upaya pencegahan dan meminimalisir perilaku yang memupuk sifat korup dan mencekoki generasi muda banggsa untuk memutus rantai korupsi di tanah air.

Dengan penguatan potensi kecerdasan emosional (pokemon) sejak dini, besar harapan kita untuk memiliki generasi muda yang lebih baik dan unggul serta memiliki karakter yang tidak menyimpang untuk menjadi agent of change di kemudian hari yang selanjutnya diharapkan mampu membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia ke arah yang lebih baik dengan tidak hanya mengandalkan ilmu pengetahuan, namun tetap menjujung nilai-nilai luhur serta bersikap dan bertingkah laku santun yang merupakan „jubah kebanggaan‟ yang disandang bangsa ini di mata dunia. Karena perubahan dimulai dari diri sendiri.

Antara prilaku korupsi dengan potensi kecerdasan emosional (pokemon) memiliki korelasi dimana korupsi bisa dicegah dengan membentengi generasi muda Indonesia dengan melibatkan potensi kecerdasan emosional (pokemon) sejak dini. Niscaya, generasi muda Indonesia yang memiliki potensi kecerdasan emosional adalah kristalisasi generasi emas Indonesia yang jauh dari korupsi dan masalah lainnya.

Dan generasi yang memiliki pokemon akan menjadi lokomotif perubahan bagi Indonesia. Korupsi di negeri ini akan musnah ketika ada kata sepakat bukan hanya dipermukaan saja namun di dalam permukaan yakti dalam hati nurani juga harus ada kata sepakat. Jika ingin memberantas korupsi maka akan ada seribu jalan, namun jika tidak ingin memberantas korupsi maka akan selalu ada seribu alasan. (T)

Catatan: Esai ini peserta Lomba Penulisan Esai Festival Anti Korupsi Bali 2017

Tags: Festival Anti Korupsi BaliKorupsipokemon
Previous Post

Seleksi Penulis Emerging Indonesia UWRF 2018 Telah Dibuka!

Next Post

Kuta: Dari Tempo Doeloe Hingga ke Mimpi “Kuta International Art Biennale”

Made Agus Mahendra

Made Agus Mahendra

Lahir di Amlapura, 30 Agustus 1999. Kini menempuh pendidikan di Universitas Warmadewa jurusan Ilmu Pemerintahan. Pernah memenangkan berbagai lomba penulisan

Next Post

Kuta: Dari Tempo Doeloe Hingga ke Mimpi “Kuta International Art Biennale”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co