11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kegoblokan Manusia Beradab di Mata Suku Pedalaman yang Tak Beradab

Yoyo RaharyobyYoyo Raharyo
February 2, 2018
inUlasan
21
SHARES

 

  • Judul Buku: Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta
  • Penulis : Luis Sepulveda
  • Penerjemah : Ronny Agustinus
  • Penerbit: Marjin Kiri (2017)
  • Ketebalan: x + 133 halaman

DI mana-mana, kapitalisme menebar keserakahan. Ia menjadi biang kerok dari kerusakan di bumi. Ya manusia, ya alamnya. Di Indonesia, kapitalisme membabati hutan, menyingkirkan manusia di pedalamannya. Di desa-desa, petani disingkirkan dari tanahnya. Dan di pesisir, laut diuruk, yang memaksa nelayan melaut lebih jauh, atau berhenti sama sekali karena alat tangkap yang tak memungkinkan.

Manusia-manusia itu, ya petani, ya nelayan, dan manusia di pedalaman hutan dipaksa menyerah terhadap “peradaban”. Peradaban yang melayani pemodal. Melayani korporasi, seraya menyingkirkan rakyat kebanyakan.

Buku “Pak Tua Yang Membaca Kisah Cinta” karya Luis Sepulveda seperti sedang membaca kondisi Indonesia, mungkin di mana saja di belahan dunia yang buminya sedang diperkosa kejantanan kapitalisme global. Meskipun sebetulnya buku ini sedang berbicara tentang kapitalisme yang menembusi pedalaman hutan Amazon dari sisi Ekuador. Di mana-mana, wajah kapitalisme tak berbeda. Membabati hutan, untuk meraup keuntungan tambang emas, minyak, perkebunan sawit, kayu, yang dikuasai pemodal.

*

ADALAH Antonio Jose Bolivar Proano. Ia memanggul nama besar Simon Bolivar, bapak bangsa Amerika Latin yang melawan penjajahan Spanyol. Suatu ketika, Antonio tidak betah hidup bersama manusia di desanya, di daerah pegunungan Imbabura, Ekuador.

Peradaban telah membusukkan penduduknya. Suka bergunjing. Istrinya, Dolores Encarnacion del Santisimo Sacramento Estupinan Otavala, nama yang sulit untuk dilafalkan, yang sudah dinikahi selama bertahun-tahun tak kunjung hamil. Maka, Dolores dan Antonio kerap menjadi sasaran pergunjingan.

Ini yang membuat sang istri tertekan batinnya. Suatu hari, muncul saran agar sang istri ikut festival San Luis, yang menyajikan seks bebas di ujung pesta, ketika semua tak sadar dalam kemabukan festival. Kali saja, dari festival itu Dolores hamil. Namun Antonio menolak.

Ia memilih menghindar dari para pencibir. Ikut “transmigrasi” yang dicanangkan pemerintah. Lokasinya di pedalaman hutan Amazon di tepian sungai. Dua minggu menumpang bus atau truk dan perahu. Iming-imingnya, di tempat yang baru, yang disebut El Idilio, itu akan mendapat jaminan kesejahteraan.

Seperti di mana-mana terjadi, lain di mulut pemerintah, lain dalam kenyataan. Di tempat yang masih perawan itu, tidak ada jaminan apa-apa. Mereka bergelut dengan pepohonannya dan semak hutan yang rapat, satwanya yang liar, dan manusia pedalamannya yang udik.

Mereka harus menebang pepohonan hutan Amazon. Harus survive sendiri tanpa bantuan pemerintah. Justru, keganasan hutan Amazon membuat sebagian dari pemukim baru ini meregang nyawa. Termasuk Dolores yang terjangkit malaria. Sedangkan, pemerintah melalui tangan-tangan kekuasaannya terus merangsek lebih dalam hutan Amazon, mengambil minyak di buminya, emasnya, serta perburuan satwa penghuni rimba tanpa ampun.

Ini pula yang membuat suku pedalaman Amazon makin terdesak lebih ke dalam. Dan satwanya terancam. Ekosistem Amazon dirusak oleh tangan-tangan manusia serakah.

Beruntung, Antonio mendapat pertolongan sekelompok suku Indian Shuar, salah satu suku penghuni pedalaman Amazon yang hidup berkelompok, bertelanjang, dan bertahan hidup dari berburu. Ia pun belajar menjadi seperti suku tak “beradab” tersebut. Hidup seperti mereka. Berburu untuk hidup. Berkawan dengan alam Amazon yang liar hingga dimakan usia.

Kematian kawannya, Nushino, oleh pemburu liar berujung panjang. Kematian pemburu pembunuh Nushino menggunakan senapan oleh Antonio bagi suku Shuar sebagai cara yang “tak terhormat”, yang menurut kepercayaan Shuar berakibat roh Nushino tak diterima di alam lain, gentayangan di bumi.

Antonio pun terusir dari suku Shuar. Ia kemudian mencari tempat baru. Menyendiri. Dan selalu terobsesi untuk bisa membaca buku tentang kisah cinta. Yang haru, dan (selalu) berakhir tragis.

Ia bermaksud meninggalkan hutan. Ke Kota El Dorado menumpang sucre, semacam perahu, untuk memenuhi obsesinya membaca kisah cinta. Namun, takdir berkata lain. Perjumpaannya dengan dr Rubicundo Loachamin, seorang dokter mengurungkan niatnya.

Dokter yang biasa mengunjungi El Idilio dua tahun sekali itu berjanji membawakan buku kisah cinta untuk Antonio. Dengan novel-novel picisan yang didapat dr Loachamin dari rumah bordil, itu Antonio membaca pelan-pelan, karena ia memang tidak lancar membaca, dan mengulangi berkali-kali sampai hafal di luar kepala.

*

KERAKUSAN kapitalisme menembus Amazon, mengeruk kekayaannya, dan perburuan terhadap satwa di dalamnya membuat penghuninya marah. Alam membalasnya melalui macan kumbang betina yang mengamuk, dendam, setelah sang jantan dan anaknya dibunuh para pemburu dari orang-orang “beradab”. Beberapa orang, mati oleh amukan macan kumbang betina.

Antonio yang sudah tua, cukup mengenal pedalaman Amazon. Antonio memiliki persoalan dengan walikota El Idilio yang biasa disebut la Babosa, Siput Lendir, karena ia berperawakam tambun, lamban, dan terus berkeringat.

Persoalannya, ia menempati lahan yang diklaim sebagai milik negara, maka Pak Tua terpaksa menuruti sang walikota, ikut dalam tim pemburu macan kumbang betina yang mengamuk, daripada ia diusir dari tanah itu. Medan menuju tempat persembunyian macan kumbang tidak mudah ditembus. Si Siput Lendir membuat perjalanan terasa lamban. Kisah Pak Tua berakhir dengan terbunuhnya macan kumbang. Sesuatu yang sebetulnya tak Antonio kehendaki.

“Maaf, kawan. Bule brengsek itu membuat hidup kita semua serba salah.” Lalu ia menembak. (Hal. 115)

*

BUKU ini tidak hanya menyuguhkan betapa kapitalisme merongrong Amazon. Di dalam buku ini, kita juga seperti diajak mengenal etnografi masyarakat komunal di pedalaman rimba yang menjadi salah satu paru-paru bumi. Suku Shuar khususnya. Contoh yang mungkin lucu, bagi kita, adalah bagaimana suku Shuar tak mengenal ciuman ala Prancis. Bagi suku Shuar, itu tindakan menjijikkan.

Yang membuat kita, sebagai manusia “beradab”, juga harus berpikir dan menanyakan ulang kehidupan kita adalah soal kerja. Orang Shuar menganggap aneh, kita yang bekerja dari pagi sampai petang, berulang terus seperti itu. Mungkin, bagi orang Shuar, ini adalah kerja yang melelahkan. Karena orang Shuar mencari makan dengan cara berburu, sebagaimana kehidupan masyarakat komunis primitif, dengan suka cita. Produksi untuk kegunaan.

Mereka menentukan makanan apa yang ingin ia makan, yang tersedia di alam, berusaha meraihnya, membaginya, dan masuk ke dalam perut. Hari-hari bersantai, juga bersenggama, tentunya, mungkin mendominasi hidup mereka. Sedangkan kita, manusia modern, harus bekerja setiap pagi sampai petanh, begitu seterusnya untuk mendapat upah. Berproduksi untuk dijual.

“…Orang gunung [beradab] tidak berburu.”

“Lalu, mereka makan apa?”

“Apa saja. Kentang, jagung. Kadang babi biasa atau ayam, di hari pesta. Atau marmot di hari pasar.”

“Dan apa yang mereka perbuat kalau tidak berburu?”

“Kerja. Dari matahari terbit sampai terbenam.”

“Goblok sekali! Goblok sekali!” seru orang-orang Shuar itu. (Hal. 32-33)

Ya, mungkin orang-orang Shuar benar menganggap manusia “beradab” itu goblok. Kerja seharian, bahkan lebih bila harus kerja lembur, untuk mendapat upah, sedangkan sebagian hasil produksinya tidak menjadi milik mereka. Melainkan menjadi milik pemilik modal, atau pemilik alat produksi, atau pemilik pabrik, majikan mereka. Buruh, dalam masyarakat “beradab” di bawah naungan kerajaan kapitalisme hanya mengejar upah untuk bertahan hidup.

Lantas kita, yang katanya manusia “beradab” mungkin harus introspeksi diri, menanyakan diri benarkah cara kita hidup sudah menjadi hal yang ideal? Apakah kita, manusia “beradab” tetap menganggap suku-suku pedalaman, termasuk di pedalaman Papua, sebagai manusia barbar, hidup di hutan, yang menurut kita perlu diberadabkan (baca: dikapitaliskan) seperti kita? Melalui MIFEE* misalnya?

Tampaknya, kita harus mau jujur, memikirkan ulang cara berpikir kita. Bisa jadi, manusia yang dikatakan tidak beradab –menurut kita manusia “beradab”, ternyata sudah hidup bersama dengan kecukupan, tidak merasa kekurangan, berbahagia, meski mereka hidup telanjang.

Satu hal yang kurang dari buku ini adalah upaya manusia melawan keserakahan kapitalisme. Perlawanan hanya tampak dari seekor macan kumbang betina. Antonio, misalnya, tidak menghimpun suku pedalaman Amazon, misalnya untuk menahan keserakahan kapitalisme.

Padahal kita tahu, banyak contoh suku-suku pedalaman di Amerika Latin yang berlawan. Pak Tua dalam novel ini tampak hanya lebih berhasrat terus membaca novel picisan kisah cinta yang didapat dari tempat pelacuran, dan tak ada upaya untuk mengubah keadaan.

Bukankah para filosof, termasuk kita, terlalu sering hanya menafsirkan, padahal yang lebih penting adalah bagaimana mengubahnya? Kurang lebih begitu kata mbah brewok, Karl Marx, dalam poin ke-11 dari Tesis tentang Feuerbach. (T)

*) MIFEE, akronim dari Merauke Integrated Food and Energy Estate . Sebuah megaproyek yang membabat hutan jutaan hektare untuk proyek perkebunan dan pertanian yang dikuasai korporasi, dan menyingkirkan suku pedalaman Papua dari hutan yang memberi mereka hidup.

Tags: BukunovelresensiSuku Pedalaman
Previous Post

Tugas Kampus Bisa Bikin “Mati Muda”

Next Post

Apalah Arti Gol Semata Wayang Lilipaly? – Menafsir Kembali Makna Sebuah Kiasan

Yoyo Raharyo

Yoyo Raharyo

Wartawan dan penulis esai yang belakangan berminat nulis fiksi yang diolah dari kisah-kisah nyata. Tinggal di Bali

Next Post

Apalah Arti Gol Semata Wayang Lilipaly? - Menafsir Kembali Makna Sebuah Kiasan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co