25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menonton Video Klip Radiohead

Muhamad Kusuma GotansyahbyMuhamad Kusuma Gotansyah
February 2, 2018
inCerpen

Ilustrasi karya: IB Pandit Parastu

7
SHARES

 

Cerpen: Muhamad Kusuma Gotansyah

MALAM itu seseorang memenggal kepalaku di lorong sepi itu, kemudian mengambil kepalaku dan menaruhnya di dalam sebuah karung kecil. Dari celah-celah kecil di karung itu, aku dapat melihat bahwa orang itu membawaku berjalan ke halte lalu menunggu bus di sana. Beberapa menit kemudian bus sampai dan ia menaiki bus itu terburu-buru. Bus itu diisi dengan pasangan-pasangan kursi di kiri dan kanan hingga belakang. Melihat orang itu terburu-buru, si supir bus sempat menghentikannya dan mengingatkannya membayar tiket, dan orang itu pun membayarnya kemudian lanjut terburu-buru mencari tempat duduk paling belakang.

Bus itu sepi, hanya ada seorang wanita tua yang sedang tertidur dan seorang lelaki yang sedang mabuk dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan dengan bergumam. Mereka duduk di tempat duduk-tempat duduk depan bersama kesibukan mereka masing-masing.

Orang yang membawa kepalaku duduk di kursi yang kiri kemudian mengeluarkan kepalaku yang tak sedikit pun bersimbah darah, lalu menempatkan kepalaku di sebelahnya, di kursi yang kanan, menghadap jendela. Aku tak ingin bicara apa-apa, takut ia marah. Sementara ia sendiri membungkam, diam tanpa secercah kata pun.

Mendekati halte berikutnya, orang itu kembali gegabah melakukan sesuatu. Kali ini ia mengeluarkan iPhone-nya yang tersambung dengan earphone yang kabelnya terlilit-lilit. Ia membuka lilitan kabel itu cepat-cepat, dan ketika semakin dekat dengan halte berikutnya ia semakin tak sabar. Setelah berhasil membukanya ia dengan cepat menancapkan earphone ke telingaku, namun hanya yang kanan yang sempat tertancap ke dalam telinga kananku, lalu ia terbirit-birit kabur.

Terdengar petikan gitar di awal lagu ketika orang itu terburu-buru beranjak dari kursinya lalu dengan separuh berlari keluar bus, membuat si supir membentaknya dengan kata ‘bangsat’.

Saat vokal mulai masuk ke dalam lagu, aku mulai sadar bahwa ini adalah lagu Radiohead yang terbaru. Baru saja kemarin aku mendengar dan menonton video klipnya di Youtube. Judulnya I Promise, lagu yang mereka rekam dua puluh tahun silam di waktu yang sama dengan rekaman album mereka yang bertajuk Ok Computer. Perilisan lagu ini adalah salah satu lagu dari tiga lagu yang sebelumnya tidak dirilis di album tersebut untuk memperingati dua puluh tahun album itu rilis.

Lagu yang sederhana, dengan kunci-kunci gitar yang sederhana, lirik yang terbilang sederhana, dan dengan keindahan vokal Thom Yorke yang sederhana. Lalu keadaanku sekarang mengingatkanku kepada video klip lagu itu yang menampilkan hal yang persis sama. Seonggok kepala yang terpenggal duduk memandang keluar jendela di dalam bus yang bergerak maju. Aku menyukai situasi ini, membuatku serasa ada di dalam video klip itu bersama anggota Radiohead yang sedang memainkan lagu itu di dalam bus ini.

Lirik-liriknya mengalir dengan lancar di telingaku. Aku ingin bicara, bukan kepada sesiapa, hanya kepada diri sendiri. Namun ketika bicara, tekakku agak sakit, maka aku tak banyak bicara. Aku pun hanya membuka-buka mulut sedikit, menggumamkan beberapa lirik yang kuhafal sambil melirik-lirik keluar jendela bus.

Di luar jendela bus, aku tak melihat hal-hal yang muncul di video klip itu. Seperti bus-bus lain yang berpapasan dan penumpang-penumpangnya yang sedikit namun berperawakan aneh, atau orang-orang yang menghangatkan tubuh dengan unggun api, dan pejalan kaki di tepian yang memandang-mandang hal yang tak bisa kujelaskan apa. Juga tak ada pemabuk gemuk yang jalan tak menentu muncul dari lorong-lorong di sepanjang jalan.

Cukup anti-klimaks, segalanya tiba-tiba tidak seperti video klip itu. Di luar jendela tak ada siapa-siapa. Selain itu, jika aku memicingkan mata dan memfokuskan padangan, aku dapat melihat bayangan kepalaku di kaca jendela bus ini. Tak ada selain dua hal itu yang aku lihat, membuatku cukup kecewa.

Namun cukup bodoh juga jika aku mengharapkan hidupku menjelma seperti sebuah video klip hanya karena kemiripan yang bisa saja kebetulan. Namun seiring waktu aku merasa bosan, menunggu-nunggu sesuatu yang aku tidak tahu.

Tidak selang dua menit bus berhenti di sebuah halte dekat restoran. Aku mendengar pintu terbuka, kemudian ada langkah kaki perlahan menuju tempat duduk paling belakang. Di sela-sela bunyi langkah kaki itu, terdengar si supir kembali menghujat.

“Jangan bawa makanan ke dalam kendaraan tolol!”

Namun bunyi langkah-langkah itu seakan tak peduli. Tiba-tiba seorang lelaki dua puluh tahunan datang bersama sekantung besar makanan cepat saji di tangan kanannya. Ia melihatku dan sedikit terkejut.

“Wah, kamu kenapa?”

“Oh, ada seseorang yang tidak kukenal tadi memenggalku, lalu kepalaku ia bawa ke sini dan ditinggalkan,” ucapku susah payah, menahan sakit tekak.

“Aneh, tetapi tidak apa-apa, kamu bisa jalan-jalan malam tanpa bayaran bukan? Boleh aku duduk di sampingmu?”

Aku menertawai ucapannya sembari mengedipkan mataku perlahan sebagai pengganti mengangguk. Ia duduk di sampingku kemudian lanjut mengunyah nugget dari kantung makanan cepat sajinya. Ia menawarkanku sepotong, namun aku menolak karena kerongkonganku terputus, sehinnga makanan yang aku makan akan keluar begitu saja dari ujung kerongkongan yang tersisa. Lelaki itu menampakkan wajah memaklumi, seakan berbicara ah, ya, dunia lucu ya?

“Lagi mendengarkan apa?” tanyanya sambil menunjuk ke telinga kananku yang tersumbat earphone.

“Lagu terbaru Radiohead itu, yang spesial ulang tahun kedua puluh Ok Computer,” ucapku perlahan.

“Oh, iya iya. Bagus lagunya. Ngomong-ngomong, dipikir-pikir keadaanmu sekarang mirip sekali ya dengan…”

“Iya, memang mirip video klipnya, aku juga berpikir seperti itu.”

Kembali ia memperlihatkan wajah memaklumi yang sama, lalu lanjut melahap makanan cepat sajinya.

Tak lama kemudian lagu itu habis, dan tak ada lagi bunyi apapun dari earphone itu yang keluar. Entah mengapa tiba-tiba tercetus dari mulutku bahwa lagu itu sudah selesai. Lelaki itu terdiam seketika, kemudian menoleh.

“Oh, iya? Mau kumainkan lagi?”

“Hahaha, tak usah… Aku mau lihat-lihat luar saja.”

Mendengar tawaku ia ikut tertawa kecil, agak kebingungan. Lalu ia mendapati kantung makanannya telah kosong, yang bermakna makanan cepat sajinya telah habis. Ia menoleh, lalu sambil tertawa berkata, “Yang ini juga habis.”

Kami berdua terkekeh aneh, menertawakan apa adanya dunia.

“Kenapa ada orang yang tiba-tiba memenggal kepalamu?”

“Aku juga tidak mengerti. Aku sedang pulang dari toko grosiran, tiba-tiba ada seorang lelaki misterius memanggilku dari sebuah lorong gelap yang sepi. Awalnya dia menawarkan mixtape pribadinya dia, bilang macam-macam tentang selera musiknya yang tinggi dan lain-lain. Entah kenapa ketika aku tolak tiba-tiba menggal saja pakai pisau.”

“Begitu saja?”

“Iya, begitu saja.”

“Lalu earphone itu?”

“Ini dia yang nancep.”

“Tujuannya apa?”

“Entah, mungkin lagu itu salah satu lagu di mixtapenya.”

“Tetap saja, tujuannya apa?”

“Ah, entahlah. Mungkin dia mau memaksaku mendengarkan lagunya dengan cara begini supaya lebih nangkap feel-nya.”

“Hahaha, tolol.”

Kemudian kami terdiam kira-kira selama lima menit. Ia memain-mainkan kantung makanannya; ditiup hingga kembung, dirimek lalu dilempar, dikembangkan kembali lalu ditiup kembali. Sementara aku masih sibuk melihat-lihat keluar jendela. Aku melihat orang yang tadi memenggalku di salah satu lorong, kemudian memanggil seseorang. Seketika aku tersentak, lalu memerhatikan pertemuan mereka, namun bus ini melaju lebih dahulu sebelum aku dapat melihat kelanjutan cerita dua makhluk Tuhan itu.

Aku masih dibayang-bayangi penampilan dan perilaku orang itu. Seorang lelaki muda dengan penampilan khas anak-anak terbiar yang punya masalah keluarga dan gemar mendengarkan Green Day, lengkap dengan hoodie. Menawarkan CD berisi mixtapenya yang ia sanjung-sanjung berupa kumpulan lagu-lagu favoritnya yang berkualitas tinggi, dari lagu pop hit zaman 1960an hingga musik alternatif awal 2000an. Tiba-tiba menebas leherku dengan sebilah pisau tajam, memisahkan kepalaku dengan tubuhnya dengan sempurna. Kemudian ia menyimpan kepalaku ke dalam karung kecil miliknya yang dari tadi ternyata ia sembunyikan di balik hoodienya. Dan meninggalkanku di dalam sebuah bus.

“Kamu tidak kangen dengan tubuhmu?” ucap lelaki di sampingku, memecahkan hening, setelah sebentar tadi kuintip ia memasang wajah mengingat-ingat sesuatu, lalu menemukan hal yang ia coba ingat-ingat itu.

“Sekarang, setelah kamu mengatakannya, sepertinya cukup kangen.”

“Kamu masih ingat dimana tubuhmu tertinggal?”

“Eh, sudah berapa halte tadi ya?”

“Sepertinya lima.”

“Nah, lima halte sebelum ini, di lorong sepi di antara sebuah apartemen dan toko peti mati.”

“Baiklah, mau kuantar kesana?”

“Hah, memangnya kenapa?”

“Bisa kubawa ke rumah agar dijahitkan kembali oleh ibuku. Dulu kepala adik perempuanku juga pernah terputus dari tubuhnya, lalu ibuku menjahitkannya kembali ke tubuhnya, dan sekarang ia tumbuh dewasa seperti biasa, tidak ada masalah. Mungkin saja ibuku dapat membantumu.”

“Ah baik sekali kamu. Boleh juga, terima kasih banyak ya sebelumnya.”

“Tak usah dipikirkan, aku hanya mau membantu. Setelah ini halte terakhir, lalu kita cari bus yang menuju halte yang kau sebut tadi. Semoga tubuhmu masih ada.”

“Aku mengharapkan hal yang sama.”

“Eh, tetapi, ngomong-ngomong, boleh aku menaruhmu di kantung ini?”

“Hm? Ah tidak apa-apalah, sekurang-kurangnya bau makanan.”

Ia tertawa kemudian memasukkanku ke dalamnya. Aku cukup terkejut karena muat, antara kepalaku yang tergolong kecil atau lelaki itu memesan makanan ukuran jumbo. Ia bertanya kepadaku apakah aku ada masalah pernafasan ketika aku berada di dalam kantung itu, aku menjawab tidak ada masalah. Kami berdua keluar bus di halte terakhir, lalu menunggu bus yang menuju ke arah berlawanan.

Ketika bus yang baru telah sampai, kami pun berangkat. Dan aku menikmati malamku yang ditunda menjadi video klip sebuah lagu. (T)

Kuala Lumpur, Juni 2017

Tags: Cerpen
Previous Post

Bangli, Tempat “Orang-orang Gila” Berkumpul

Next Post

Dua Esai IBM Dharma Palguna yang Tertinggal tentang Tabanan: Pelangi di Tengah Pasar dan Batu Bolong

Muhamad Kusuma Gotansyah

Muhamad Kusuma Gotansyah

Lahir di Tangerang, Banten, pada 14 Maret 2002. Menetap dan belajar di Kuala Lumpur. Gemar bermusik, menulis, dan membaca. Beberapa karyanya berupa cerpen dan puisi pernah dimuat di media-media online seperti Flores Sastra dan Nusantaranews.

Next Post

Dua Esai IBM Dharma Palguna yang Tertinggal tentang Tabanan: Pelangi di Tengah Pasar dan Batu Bolong

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more

Saatnya Pertanian Masuk Medsos

by I Wayan Yudana
May 24, 2025
0
Saatnya Pertanian Masuk Medsos

DI balik keindahan pariwisata Bali yang mendunia, tersimpan kegelisahan yang jarang terangkat ke permukaan. Bali krisis kader petani muda. Di...

Read more

Mars dan Venus: Menjaga Harmoni Kodrati

by Dewa Rhadea
May 24, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DI langit malam, Mars dan Venus tampak berkilau. Dua planet yang berbeda, namun justru saling memperindah langit yang sama. Seolah...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co