BAGI Sekaa Cak Puspita Jaya, hasil akhir bukanlah menjadi perkara. Apalagi kalau menyangkut jumlah penonton, tak menyurutkan semangat juga kualitas berkesenian sekaa Cak krama (warga) Banjar Ulapan, Badung tersebut.
Itulah yang menjadi pengakuan Ida Bagus Nyoman Mas, selaku Pembina juga salah satu anggota Sekaa Cak Puspita Jaya, Banjar Ulapan, Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung. Tatkala sekaa Caknya mementaskan Tari Cak, kualitas menjadi hal yang paling dijunjung.
“Kami tidak pernah berpengaruh dengan penonton, tidak pernah kalau penonton sedikit kemudian tarian cak kualitasnya menurun,” tuturnya. Termasuk juga pada malam itu, 7 Agustus, Sekaa Cak Puspita Jaya terlibat dalam mengisi acara Bali Mandara Mahalango ke-4. Saat itu, bertajuk ‘Kepandung Sita’, Sekaa Cak Puspita Jaya mempersembahkan Tari Cak yang mengambil cerita dari epos Ramayana.
Diceritakan tentang pengasingan Sri Rama dari kerajaan Ayodya bersama adiknya Laksmana dan istrinya Dewi Sita ke Hutan Dandaka. Namun saat pengasingan mereka harus diganggu oleh niatan Rahwana dari kerajaan Alengka yang ingin merebut Dewi Sita. Dengan mengirim anak buahnya yang menjadi kijang emas, berhasil memisahkan antara Sri Rama dengan Dewi Sita. Dewi Sita diculik dan dibawa ke Alengka.
Mengetahui hal tersebut, Sri Rama dan Laksmana tak tinggal diam. Dengan bala bantuan tentara kera yang dipimpin oleh panglima Sugriwa, mereka berhasil megalahkan bala raksasa yang dipimpin oleh Megananda. Akhirnya Dewi Sita kembali ke pelukan Sri Rama.
Seusai pentas, Tari Cak Pesembahan Sekaa Cak Puspita Jaya pun mendapat sambutan hangat penonton. “Caknya bagus, rapi dan wah, hanya saja kalau menceritakan Ramayana, kurang terasa lengkap,” kataSurya Merta Yasa, salah satu penonton.
Menanggapi Surya, Gus Mas, sapaan akrabnya menjelaskan, karena cak-nya cukup singkat. “Sebenarnya kalau mementaskan ini kan lama, tapi karena kita mempersempahkan tari cak, tidak mungkin lebih dari satu jam, jadi misalnya kijang dan matinya Rahwana tidak ada, yang ada itu matinya Meganada,” tutur Gus Mas.
Tari Cak yang sudah disiapkannya sejak bulan Mei itu pun ternyata sebelumya sudah berkiprah di negeri orang. “Kecak niki sudah 4 kali pergi, untuk yang bertaraf internasional, seperti di Hongkong, Singapura, Jepang, dan Jerman,” tambah Gus Mas sembari menjelaskan.
Namun dikenalnya Sekaa Cak Puspita Jaya di dunia internasional, sempat mendapatkan rintangan untuk bertahan. “Ya jadi dulu waktu Bom Bali I, sempat itu kan turisnya turun, sampai ada yang tidak bisa membayar,” ucap Gus Mas yang mengaku bahwa sekaanya sering diundang ke tempat pariwisata.
Hanya saja, Gus Mas bersama sekaanya tetap bertahan dengan konsisten berkarya. “Dulu Pernah merekrut orang sampai seratus, tapi kalau bicara kualitas, buat apa banyak-banyak kalau tidak efektif, sekarang penari Cak kami hanya 60, tapi semua bersuara,” ungkapnya dengan tegas.
Begitulah cara Sekaa Puspita Jaya berkarya, kualitas senantiasa menjadi yang utama. “Selalu menjunjung semangat dalam kebersamaan, juga merekrut generasi muda untuk senantiasa bergerak di bidang seni budaya,” tutupnya dengan senyum. (T/R)