JIKA Anda dolan ke kawasan twin lake, danau kembar, Buyan-Tamblingan, di Kawasan Puncak, Buleleng, tapi Anda tidak mengeluarkan HP untuk selfie alias swafoto, atau Anda tidak mengacungkan moncong HP sekadar untuk memotret pepohonan yang disaput kabut di tebing danau, tolong periksakan diri Anda ke psikolog. Mungkin Anda punya kelainan.
Atau, jika Anda sekadar lewat di sekitar-sekitar danau, misalnya di tepi mulus jalan Wanagiri-Munduk, sembari ngebakso, ngerawon iga-babi, ngetipat-sate, ngopi, ngerokok, atau sekadar mendinginkan pantat yang panas sehabis dipanggang sadel motor atau jok mobil, tapi Anda tak berdiri sebentar saja, juga tidak mengeluarkan HP dari kantong celana depan, lalu tidak juga cekrek-cekrek selfie, Anda bisa mencurigai diri Anda. Mungkin Anda punya kelainan. Maka periksakan jiwa Anda ke dokter jiwa, mungkin ada yang harusnya berubah tapi tak berubah, ada yang harusnya tak berubah tapi berubah.
Zaman terus berubah, teknologi berubah, jiwa berubah. Kini, aksi selfie adalah sesuatu yang normal. Yang tak selfie, terutama di tempat yang indah semisal Buyan-Tamblingan, bisa dianggap tidak normal. Kecuali warga setempat yang tentu saja tak bakal hirau dengan selfie, karena sudah katah dengan kabut, pohon menghijau, daun membiru atau ranting memutih di antara keindahan danau.
Dulu, mungkin ada yang nyinyir, tertawa ngakak atau senyum-senyum aneh, ketika melihat seseorang mengacungkan HP ke atas lalu memoyong-memonyongkan bibirnya, mengedip-ngedipkan matanya, mengibas-ngibaskan rambutnya, sebentar-sebentar maju, sebentar-sebentar mundur, lalu cekrek selfie. Lalu dengan cepat melihat layar HP, lalu senyum lagi, atau nyengir, lalu kembali mengacungkan HP ke atas, monyong lagi, maju-mundur lagi. Tapi zaman berubah: yang dulu nyinyir, yang dulu tertawa, bisa ikut-ikutan tanpa bisa mengelak.
Banyak tulisan di media massa dan media online menilai aksi selfie dan mengunggah di media sosial, apalagi secara berlebihan, adalah bagian dari kelainan jiwa. Namun tak ada yang peduli. Kini justru tidak selfie di tempat yang seharusnya selfie dianggap kelainan, dianggap aneh, dianggap sok anti mainstream.
Dan sesungguhnya hal itu bukanlah fenomena baru. Sejak zaman purba manusia memang selalu ingin mendefinisikan diri dengan cara melihat diri sendiri. Dalam bentuk sederhana mereka bisa bercermin di air atau pada cermin. Dulu mereka bisa berfoto lalu rela menunggu proses cetak berhari-hari untuk melihat hasilnya. Dan kini, setelah teknologi foto makin maju dengan adanya smartphone, selfie setiap menit bisa saja terjadi.
Manusia memang selalu ingin merepresentasikan dirinya dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial. Karena manusia sepertinya tak percaya dengan apa yang diketahui dari dirinya, tapi selalu berpikir bagaimana sih orang lain melihat dirinya. Maka media sosial pun dipenuhi foto selfie, agar bisa ditebak bagaimana orang lain menanggapi fotonya. Ditanggapi dengan komentar “mantap” atau “lebay”, selfie toh akan jalan terus.
Pernah terbaca di situs media online, pada masa ini orang-orang di dunia mengambil hampir 1 triliun foto dalam setahun. Foto-foto itu kebanyakan foto narsis, foto diri, yang umumnya diambil dengan HP atau smartphone. Awal Januari 2017 saja terdapat sekitar 300 juta foto Instagram yang ditandai dengan label selfie.
Dari 1 triliun itu, atau dari 300 juta foto Instagram itu, mungkin terselip foto-foto selfie dari kawasan twin lake Buyan-Tamblingan. Belakangan Buyan Tamblingan kini menjadi lokasi selfie yang sangat terkenal. Ketika di-search di Google dengan kata pencarian “selfie di Buyan Tamblingan” muncul 66.900 konten dalam waktu 0,62 detik.
Ini tentu saja karena selain lokasi-lokasi alami, banyak spot-spot untuk selfie yang dibuat dengan sengaja oleh pengusaha pariwsiata atau warga setempat. Ada spot diisi materi ayunan, jembatan bambu, dan materi lain. Yang menarik terdapat kapal bambu dipasang di tepi danau, di mana saat selfie maka gambar kita akan tampak mengapung di atas danau cerah, atau danau berkabut.
Jika sempat berfoto berpasangan dengan sang kekasih, gambar yang dihasilkan bisa mirip seperti adegan Leonardo Dicaprio dan Kate Winslet dalam film Tetanic. Media online sudah banyak memberitakannya. Laman-laman facebook sudah banyak diisi gambar selfie pada spot-spot buatan itu. Maka, kini banyak orang yang datang ke twin lake Buyan-Tamblingan dengan cita-cita untuk selfie.
Selfie di Twin Lake Festival
Nah, selain selfie untuk kepuasan diri sendiri, bagaimana kalau bakat selfie disalurkan melalui lomba. Jadi, datanglah ke acara Twin Lake Festival 6-9 Juli 2017 di Danau Buyan-Tamblingan. Banyak kegiatan menarik yang bisa dilihat sekaligus dipotret untuk selfie dalam acara itu. Hasil selfie itu bisa diikutkan dalam lomba yang digelar Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Humas dan Protokol.
Syarat-syaratnya bisa dilihat dalam poster ini: