2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Waspada, Terjadi Euforia Lontar di Bali – “Tukang Gebeg Lontar” Terus Beraksi…

I Gede Gita Purnama A.PbyI Gede Gita Purnama A.P
February 2, 2018
inEsai

"Tukang Gebeg Lontar" beraksi di Puri Kauhan Ubud Gianyar

993
SHARES

“Awas, waspada, hati-hati, tukang gebeg lontar sedang beraksi di Bali. Jika tak ingin banyak tahu, cepat sembunyikan lontar Anda. Jika tak ingin sadar akan pentingnya warisan kekayaan intelektualitas manusia Bali tempo doeloe, jangan tunjukkan lontar warisan panglingsir yang selama ini tersimpan dengan tenget tak pernah dibaca. Biarkan lontar itu dimakan ngengat, dimakan rayap, dimakan kecoa, sampai ludes dan Anda tak pernah tahu apa isinya sama sekali!”

He he, jangan dipercaya pesan pembuka tulisan ini. Bacalah tulisan yang agak serius di bawah ini:

***

LONTAR di Bali adalah wadah kedalaman intelektualitas manusia Bali. Dengan media lontar-lah manusia-manusia Bali tempo doeloe menuliskan buah pikirannya, hasil eksperimen, dan simpulan atas fenomena alam, sekala maupun niskala. Maka, kesimpulan sederhananya, lontar yang diwarisi Bali adalah gudang kekayaan intelektualitas.

Percaya? Tentu Anda mesti percaya. Sejarah pun mencatat, peradaban menulis di atas daun lontar (don ental) adalah peradaban kemajuan teknologi keberaksaraan manusia di Bali yang diwariskan dari peradaban di tanah Jawa. Peradaban ini akhirnya dipandang sebagai peradaban yang sukses menyelamatkan harta karun kesusastraan Jawa Kuno pasca runtuhnya kejayaan Majapahit.

Mau bukti? Sudah banyak peneliti menegaskan dengan karya ilmiah bahwa kesusastraan dan berbagai karya ilmiah dalam lontar manusia Bali adalah adaptasi dari karya-karya ilmiah peradaban (keemasan) Jawa. Bahkan saking suksesnya, berbagai genre naskah lontar di Bali kemudian bermunculan, yang tidak hanya hasil adaptasi, namun hasil reinterpretasi, hasil dekonstruksi, hasil ulang alik naskah-naskah lontar Jawa.

Lebih hebat lagi, Bali bahkan menciptakan karya-karya sastra fenomenal yang lepas dari patron Jawa Kuno. Bali sukses mengembangkan pengalaman lahiriah dan batiniahnya lalu didokumentasikan dalam lontar. Guna sekali lagi mempertegas kehebatan ini, Van Eck, seorang penjelajah kesusatraan Jawa Kuno, membuat klasifikasi kepustakaan Bali dengan menyebut bahwa tulisan-tulisan orang Bali sangat komprehensif, sehingga pengklasifikasiannya begitu kompleks. Hebat.

Berdasarkan gambaran itu, tidaklah mengherankan jika masyarakat Bali saat ini mewarisi begitu banyak naskah lontar. Mayarakat Bali banyak yang mewarisi naskah lontar hasil karya kakek-nenek, kumpi, kelab, kléwaran, panglingsir mereka. Sayangnya, generasi pewaris naskah lontar ini cenderung tidak mengetahui dan atau tidak menyadari bahwa mereka mewarisi kekayaan intelektual yang begitu berharga.

Ketidaksadaran ini terjadi akibat beberapa faktor, di antaranya adalah faktor aja wéra. Faktor yang satu ini adalah faktor yang paling dekat dan paling banyak berpengaruh di kalangan generasi pewaris lontar. Aja wéra ini merupakan suatu bentuk ungkapan untuk tidak sembarangan dan serampangan mengambil lontar, apalagi membacanya.

Kesadaran atas ungkapan itu bertujuan positif, tapi kemudian diterjemahkan meleset dari makna sesungguhnya. Aja Wéra sejatinya adalah kesadaran untuk membaca lontar dalam situasi yang “sadar”. Artinya sang calon pembaca lontar memang secara sadar harus siap lahir bathin untuk membaca dan meresapi isi dari lontar. Kemudian, untuk jenis lontar tertentu (kadiatmikan, kalepasan, wariga, modré, dll), membutuhkan guru yang secara khusus mendampingi ketika pembacaan (baca:pembelajaran). Sebab kandungan dalam lontar tersebut tidak saja sulit dipahami tetapi membutuhkan pendekatan khusus. Pada posisi inilah lontar membutuhkan sistem guru-sisya, kepatuhan dan kepatutan. Bukan berarti tidak boleh memegang lontar atau membaca lontar, bukan sama sekali. Ini tegas.

Akhirnya akibat salah persepsi, munculah cerita mistis di balik lontar yang sama sekali tidak berkaitan dengan lontar. Meskipun beberapa lontar tertentu memang diyakini dan memang merupakan dokumentasi dunia mistisitas serta relevansinya dengan kesadaran spiritual manusia Bali. Akibat kesalahpersepsian tersebut, pewaris lontar akhirnya tak berani menyentuh apalagi mencoba menyelami lontar yang mereka miliki. Keadaan ini bertahan dan berlangsung sedemikian lama, diwariskan dari generasi ke generasi, yang menjadikan lontar warisan mereka tak terurus dengan baik. Banyak lontar yang rusak, termakan usia, termakan ngengat, termakan rayap, termakan ketidaksadaran sang pewaris.

Faktor lain yang turut menunjang terpinggirkannya lontar adalah hadirnya jarak antara lontar dan pemiliknya. Jarak yang dimaksud adalah jarak antara naskah lontar beraksara Bali dan berbahasa Jawa Kuno/Bali dengan generasi penerusnya yang alpa belajar aksara Bali apalagi bahasa Jawa Kuno/Bali. Mereka mewarisi fisik lontar, sayang tak mampu menjamah isinya. Kemudian pada beberapa pewaris muncul niat menjamah, namun untuk mengejar keterjarakan aksara dan bahasa terlampau jauh bagi mereka. Akhirnya berhenti, urungkan niat lebih jauh menjamah, sebab takut pula tersesat.

Hadirlah “Tukang Gebeg Lontar”

Dua faktor di atas saja rasanya sudah sangat cukup menggambarkan bagaimana kondisi lontar di Bali. Tapi untuk lebih mendramatisir keadaan, saya tambahkan ungkapan pedas dari Prof. Dr. Dr (HC). Andries “Hans” Teeuw: “Candi di Prambanan telah dipugar, Candi Borobudur sedang dipugar, tetapi candi-candi pustaka Jawa Kuno (baca: Bali) terbengkalai, dilalaikan, dibiarkan bobrok oleh generasi yang seharusnya mencintainya, menyelamatkannya, membanggakannya/” (1978). Cukup pedas bukan?

Atas dua faktos plus satu sindiran A. Teeuw, rasanya sudah cukup alasan untuk para pewaris kebudayaan Bali beranjak dan sadar, bahkan kita adalah pewaris yang sah. Sehingga layak untuk kita preténin warisan candi kebudayaan tersebut. Jika di antara pembaca yang budiman ada yang memiliki warisan candi budaya berupa lontar dan merasa seperti dua faktor yang tersebut di atas, maka solusinya ada di dekat Anda: PENYULUH BAHASA BALI.

Itu adalah solusi yang cepat, hemat, terlebih lagi tepat. Cepat karena mereka hadir menyapa Anda jika berkenan bertandang ke kantor kepala desa atau lurah di tempat Anda berdomisili. Hemat, karena mereka adalah tenaga kontrak yang disiapkan (digaji) oleh Pemerintah Provinsi Bali untuk menjadi garda terdepan menjaga, melestarikan dan menginovasikan Bahasa Bali.

Tepat, karena mereka semua adalah tenaga ahli yang dilahirkan dari dunia akademis jurusan Bahasa dan Sastra Bali/Jawa Kuno di beberapa perguruan tinggi di Bali. Sehingga atas dasar itu, penyuluh Bahasa Bali memiliki kompetensi untuk membantu masyarakat mengelola lontar miliknya.

Secara struktural, penyuluh Bahasa Bali memiliki beberapa divisi, di antaranya adalah Divisi Khusus Konservasi Lontar. Jika sulit dipahami istilah itu, sederhananya mereka adalah baga Pergebegan Lontar. Lebih sederhana lagi, mereka itu Tukang Gebeg Lontar atau “tukang rampas lontar”. Eit, jangan salah. Rampas di sini artinya diambil untuk dibaca dan dikonservasi, dan tentu saja bukan untuk diambil dan dimiliki.

Lihat saja. Mereka siap ngayah bersama Anda (masyarakat) pemilik lontar yang mengalami kesulitan dalam mengelola kekayaan intelektual warisan panglingsir Anda. Kerja mereka sangat militan, cukup teliti, cukup terampil dan tidak menerima upah aliasbayaran, cukup siapkan secangkir kopi atau teh beserta penganannya. Jikalaupun tidak kopi atau teh, atau bahkan air putih, ya tidak masalah juga. Mereka tetap bersedia membantu, tapi itu namanya bes nyajaang sajan. 😀

Sejauh ini, Penyuluh Bahasa Bali telah mendata berbagai jenis lontar di seluruh pelosok Bali. Hasilnya adalah ribuan (lebih dari 8000) yang telah terdata, datanya ada nyata dan bisa kontak penyuluh untuk minta datanya. Beberapa pemilik lontar yang tertutup awalnya, setelah pendekatan yang persuasif dan intensif, perlahan mulai menyadari arti penting penyelamatan (konservasi) sebuah warisan candi budaya.

Sedikit menyombongkan sahabat Penyuluh Bahasa Bali, mereka telah mampu dengan sukses menyadarkan banyak sekali para pewaris candi kebudayaan (lontar) untuk merawat dengan baik warisannya. Euforia lontar di tengah masyarakat Bali kini begitu terasa (jika Anda merasakannya), menggebunya gerakan kemBali pada kecintaan pustaka lontar tengah di hembuskan pada ruang-ruang pemilik cakepan intelektualitas ini.

Sekadar info, penyuluh Bahasa Bali telah membantu mengelola (konservasi) lontar di Gria, Puri, Pondok, Pakubon, Rumah Elite, rumah sederhana, rumah agak sederhana hingga rumah sangat sederhana sekali.

Sugi Lanus dari Hanacaraka Society (paling kanan) saat konservasi lontar di Puri Kauhan Ubud

Klien mereka adalah orang Bali yang (kembali) sadar, dan yang sangat sadar mulai dari Sulinggih, Pemangku, Panglingsir Puri, Pan Kacong, Bapa Redig, Madé Stephen, Kelihan Banjar, Kelihan Subak, Bendesa, Tentara, Dokter, Perawat, bahkan terakhir adalah staf khusus Presiden Jokowi (barangkali menterinya sedang menunggu waktu saja).

Barangkali sebagai penutup, saya ucapkan terimakasih bagi sahabat Penyuluh Bahasa Bali yang telah serius bekerja membantu menjaga kekayaan intelektual panglingsir kita sekalian. Saya angkat topi dan secangkir kopi untuk sekalian Anda. Ayo, siuuuuup…! (T)

Tags: Bahasa Balilontar
Previous Post

Jalan ke Gunung Salak, Selemadeg Timur: Menyelami Ombak Padi, Memandang Ombak Laut Selatan

Next Post

Tak Ada Mitos dan Kutukan di Cardiff – Catatan Waras dari Fans Sejati Juve

I Gede Gita Purnama A.P

I Gede Gita Purnama A.P

Terkenal dengan panggilan Bayu. Hobi membaca dan minum kopi. Sehari-hari mondar-mandir di Fakultas Ilmu Budaya Unud.

Next Post

Tak Ada Mitos dan Kutukan di Cardiff – Catatan Waras dari Fans Sejati Juve

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co