3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Wayang Warisan Jero Dalang

I Putu Agus Phebi RosadibyI Putu Agus Phebi Rosadi
February 2, 2018
inCerpen

Ilustrasi: IB Pandit Parastu

18
SHARES

Cerpen: I Putu Agus Phebi Rosadi

TAK ada rintih sedih di matanya. Perkabungan justru menyulap Basur menjadi orang paling bahagia. Ditambah lagi, ibu dan saudaranya menyetujui niat untuk menjual satu peti wayang peninggalan bapaknya.

Dalam rapat keluarga sore itu, Basur amat bersemangat.

“Percayalah, bila wayang itu memang satu-satunya pilihan dan harus diimani sebagai jalan keluar keluarga kita!” Basur bersabda dengan wajah berseri-seri sambil memegang kedua tangan ibunya. Memang begitulah perangai Basur, kalau urusan jual-menjual kadang melintang di garis depan.

“Kau tahu sendiri, ada ruh yang hidup di dalamnya, kalau mereka tak menghendaki, mereka akan kembali ke rumah ini, rumah pemiliknya, dengan usaha apapun orang lain mengambilnya,” ibunya mengingatkan.

“Sudahlah, wayang itu tak akan kembali. Uang hasil penjualan wayang bisa kita gunakan untuk biaya ngaben. Sisanya juga masih banyak. Semua akan dibagi rata,” katanya menggebu-gebu meyakinkan. Basur tak membenarkan bantahan ibunya.

“Tapi terlalu beresiko kalau ternyata wayang itu tak berkehendak dijual. Dan apabila sesuatu yang tak diinginkan benar terjadi, kita bisa dituduh menipu…” sergah Kompyang, adik kandung Jero Dalang.

“Ini kesempatan,” potong Basur. ”Mumpung ada pembeli dengan harga tinggi.” Basur memelas. “Sekarang coba pikir baik-baik, kondisi keuangan kita sedang tidak bagus. Agar derajat terjunjung sebagai dalang, pengabenan bapak tentu harus sedikit megah. Paling tidak, ada lembu dan naga banda. Harga dua benda itu tak murah. Percayalah. Kadang untuk mendapatkan sesuatu kita harus mengorbankan sesuatu yang lain.”

“Sudah, sudah, kita turuti saja kemauannya. Tapi dengan satu syarat. Kalau wayang itu kembali ke rumah kita, berarti ia tak mau dijual, dan segala resiko kau yang tanggung. bagaimana?” tanya saudaranya yang lain sambil mendelik ke arah Basur.

Basur memberi anggukan yang sekaligus menutup dengan mufakat rapat keluarga. Ia lekas bergegas meraih ponsel dan menghubungi seorang kolektor.

“Tuan tak akan kecewa. Asli. Terawat. Dijamin. Tak akan tuan temukan di lain tempat,” kata Basur pada sang kolektor.

Memang benar, wayang Jero Dalang kesohor sebagai wayang langka. Kulit bahan wayang juga tak sembarang. Jero Dalang dulu membuatnya dengan kulit sapi gading titisan suci wong samar. Sebab bahan itu pula sanggup memalang gangguan gaib yang mungkin ditujukan kepada si empunya atau wayang itu sendiri. Itulah musabab harganya sekarang terpikat mahal.

Sebenarnya usaha menjual wayang itu pernah Basur lakukan. Setelah Jero Dalang jatuh sakit, dan sanggar pedalangan ditutup, wayang itu tak dipakai lagi. Beberapa kali Basur membujuk bapaknya, dan selalu ia mendapat jawaban yang sama: “Kita lebih baik miskin, Sur, daripada harus menjual harta paling berharga keluarga.”

Saat-saat seperti itu Jero Dalang ingin sebenarnya membentak Basur dan berkata : “Anak kurang ajar! Tidakkah kau tahu, aku membesarkanmu dan menghidupi keluarga dengan wayang itu?!” Tapi Jero Dalang tak kuasa melakukan itu. Bagaimana ia sanggup membentak bila untuk bernapas saja terengah.

Pikir Basur, bila jalan baik-baik tak berdaya, maka jalan lain patut dicoba. Ia kemudian mengendap diam-diam mencuri dan menjualnya kepada seorang kolektor asal Australia. Entah apa yang terjadi, sesampai wayang itu di Australia, Basur mendapat telepon bahwa wayang itu hilang. Dan ketika Basur mencari-cari di rumahnya, peti yang berisi puluhan wayang itu terongok di tempat semula, seperti tak pernah bergeser sedikitpun dari tempatnya. Basur heran bukan main. Kejadian itu membikin Basur berkalang kecewa dan merugi. Ia harus mengembalikan uang dari kolektor yang sebagian telah ia habiskan.

Ada dua alasan sebenarnya mengapa Basur amat semangat ingin menjual wayang milik bapaknya. Alasan pertama adalah ranum dendam yang sejak lama bersemayam di kepala Basur. Sekira di usia tujuh tahunan, meski ia nakal, Basur tumbuh menjadi anak berbakat. Di hari pertama ia mulai mencoba memainkan wayang, Basur sudah seperti dalang sungguhan.

Saat sebelum memainkan wayang Basur mengucapkan mantra untuk menyapa lelembut agar mereka tak mengganggu jalannya pertunjukan. Setelah ia mulai mengambil gunungan, mantra untuk menenangkan penonton diucapkan. Sampai pertunjukan selesai, ia juga merapal mantra ucapan terimakasih kepada seisi alam semesta karena pertunjukan telah dilancarkan.

Semua mantra yang rumit itu ia hafal dengan mudah hanya dengan kebiasaan menonton bapaknya mendalang. Jero Dalang merasa bangga kepada anakanya. Sejak itu ia kerap bertutur kepada murid-muridnya bahwa Basur benar-benar akan sanggup melampaui kemahirannya mendalang.

Di hari-hari berikutnya, Basur sering mencuri wayang-wayang itu ketika bapaknya melakukan jeda istirahat latihan mendalang. Ia memainkan sendiri dengan sembarang. Tapi diam-diam Jero Dalang mengawasinya dari jauh. Tapi suatu hari Jero Dalang tiba-tiba murka gara-gara melihat Basur menabrakkan wayang-wayang itu dengan dinding hingga lecet sebagian.

Jero Dalang lalu menghampiri dan bercerita pada Basur kecil bahwa bila wayang-wayang itu disakiti mereka akan berubah menjadi sosok jahat. Tubuhnya akan membesar, berkulit legam dan seram. Matanya besar dan menjorok keluar. Basur ingin sebenarnya tidak percaya.

Namun kenyataannya memang benar seperti itu. Semua cerita bapaknya terseret ke dalam mimpi. Dalam tidurnya, Basur sering bertemu dengan Rahwana dan seluruh konconya. Basur sering dikeroyok dan disakiti. Sampai hari ini, ia seperti tersekap dalam ruang kebencian. Jangankan untuk memainkannya, menyentuh wayang itu saja Basur enggan.

Alasan kedua adalah takdir yang menggiringnya bertemu Retni. Perempuan berwajah rekah dengan mata segar kelopak mawar, dan bila ia tersenyum, bibir tipisnya selalu membuat Basur menelan ludah. Baginya Retni adalah palung nasib. Meski alir deras, Basur akan berenang sekuat mungkin menujunya.

“Retni memang cantik, Sur. Tapi perlu banyak modal untuk mencintainya. Dia janda kembang mata duitan. Sainganmu juga semua orang kaya,” kata teman-temannya mengingatkan.

“Tapi aku terlanjur mencintainya. Sekali berani, maka perjuangan harus sampai mati!” bentak Basur.

Sampai suatu sore, Basur berkunjung ke rumah Retni. Sepulangnya ia memasang wajah murung. “Retni baru saja pergi, dijemput pacarnya.” kata ibunya.

Sejak saat itu, Basur sangat ambisi dan pantang baginya memberikan orang lain untuk mendahului mengajak Retni pergi. Basur berhasil mengandaskan hubungan Retni dengan lelaki itu hanya dalam tenggang sebulan. Entah bagaimana caranya, semua orang heran. Ia pemuda pengangguran, tapi setiap sore ia selalu punya alasan untuk mengajak Retni keluar, dan sepulang itu, Basur selalu membikin Retni kerepotan membawa belanjaan.

Belakangan, barulah diketahui bagaimana uang-uang itu sampai ke tangan Basur. Sejak Basur jatuh cinta pada Retni, ia jarang pulang. Hidupnya terambung-ambung dan sesak teka-teki. Pernah suatu ketika ia tiba-tiba datang dan meminjam motor salah satu murid di sanggar bapaknya, dan sampai sekarang tak pernah jelas juntrung nasib motor itu.

Sekiranya sudah dua kali Basur berlaku serupa. Esoknya, Jero Dalang selalu menambah utang untuk mengganti rugi motor yang dibawa Basur kabur. Tak hanya itu, ketika Basur terpojok bangkrut, tidak memiliki uang serupiah pun, ia terpaksa pada suatu malam mengendap-endap mencuri induk ayam milik ibunya yang sedang bertelur. Dengan menempelkan sabut kelapa yang digosok bawang di dekat kepalanya, maka mata ayam itu perih dan tak akan berkeok kala didekap. Basur dengan segera kemudian membawa induk ayam beserta telur-telurnya untuk dijual di pasar.

Berbilang bulan kemudian, tabungan bapaknya habis untuk membayar utang. Hampir setiap hari, ada saja yang mengadu perihal utang-utang Basur. Jero Dalang terpatah berkoar mengutuk perangai Basur dan menyumpahi hidupnya. Setiap kali Jero Dalang bertemu Basur, selalu ia merasa bersalah. Karenanyalah Basur tak paham bahwa ia adalah satu-satunya keturunan lelaki yang harus mengadu untung-malang hidup dengan waris ilmu dalang.

Tapi hari ini hidup Basur bergegas kembali meraih titik terang. Ambisinya untuk meminang Retni akan terwujud. Basur benar-benar tak ingin menuai kegagalan lagi. Sore setelah rapat keluarga diputuskan, Basur mendatangi orang pintar, dan menanyakan perihal wayang itu pernah tak mau dijual dan kembali lagi ke rumahnya. “Peninggalan bapakmu bukan wayang biasa. Mestinya tak boleh dijual,” kata orang pintar itu. Ia kemudian berbisik di telinga Basur. Entah apa yang mereka bicarakan.

Sepulangnya, Basur bersiul gembira. Ia langsung menyelinap ke ruang penyimpanan wayang. Basur berdiri ngangkang di atas peti. Mulutnya komat-kamit, tempo-tempo ia membuka peti, kemudian membuka retsleting sebelum ia selorotkan celanaya ke bawah. Sambil mengencingi wayang, Basur membayangkan bagaimana sebentar lagi akan memiliki banyak uang dan menikahi Retni. Dengan langkah tenang dan riap cahaya gembira di wajahnya, hatinya mantap melangkah kemudian menuju kamar. Di atas dipan ia baringkan tubuh.

Menatap langit-langit kamar sambil menyisir rambutnya dengan jemari. Ia ingat petunjuk yang diberikan orang pintar itu perihal ritual selanjutnya, bahwa pada detik matanya mengatup dan memasuki wilayah tidur, ia harus mengucapkan mantra untuk memalang ruh-ruh wayang yang mungkin hadir dalam mimpinya untuk menuntut balas perlakuan kasarnya. Menunggu saat-saat seperti itu adalah siksa. Basur kembali memijat dahinya sendiri tanpa sadar saraf-saraf matanya kian melemas.

Dan akhirnya ia harus mengakui bahwa Tuhan selalu punya siasat untuk mematahkan rencana manusia. Matanya benar-benar terasa berat. Malam itu, tanpa sempat menjalankan petunjuk, Basur langsung tertidur. Nyenyak sekali. (T)

Tags: Cerpen
Previous Post

Arnata Pakangraras# Bertamu ke Perbatasan, Senja Oleng di Teras

Next Post

Memangnya Politikus Saja yang Suka Rebutan Kursi? Mahasiswa juga…

I Putu Agus Phebi Rosadi

I Putu Agus Phebi Rosadi

Setelah menempuh pendidikan di Singaraja, ia kembali ke kampung halamannya di Jembrana untuk menjadi petani sembari nyambi jadi guru. Selain menulis puisi, ia juga menulis esai dan cerpen.

Next Post

Memangnya Politikus Saja yang Suka Rebutan Kursi? Mahasiswa juga…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co